Blog Cerita Dewasa - Namaku Darwin (32 thn). Sesungguhnya saya telah memiliki seseorang istri yang cantik serta telah dikaruniai seseorang anak lelaki yang berusia 2 thn. Namun keinginan berpetualang serta nikmati hubungan sex yang beragam membuatku menginginkan senantiasa coba mencari pasangan terkecuali istriku.
Saya tidak sukai ‘jajan’. Sebab terkecuali takut juga akan bebrapa kemungkinan yang tidak dikehendaki, saya juga tidak sukai hubungan yang dilandasi ‘jual beli’, tidak ada romantisnya. Hubungan sesuai sama itu cuma seperti bila kita menginginkan buang air kecil di toilet umum, sesudah usai, tinggal keluarkan uang receh, lantas pergi. Belum juga mengingat kemungkinan penyakit menyebar seksual yang saat ini berbagai macam macamnya.
Saya memiliki sebagian cerita menarik berkenaan dengan petualanganku untuk coba macam seksual terkecuali dengan istriku. Nyaris keseluruhnya affair itu saya kerjakan dengan wanita-wanita yang kukenal baik lewat chatting di internet maupun perjumpaan tanpa ada berniat di kendaraan umum saat dalam perjalananku menuju ke tempat kerja.
Satu diantara narasi yang juga akan kubagi di sini yaitu pengalaman pertamaku dengan seseorang gadis muda, seseorang wanita yang bekerja jadi seseorang karyawati disebuah perusahaan yang bergerak dalam penyediaan tempat pameran, seminar, dan sebagainya.
Petualangan yang juga akan kuceritakan ini berlangsung tidaklah terlalu lama berselang. Jadi seseorang karyawan satu perusahaan asing yang beroperasi di sektor konsultasi tehnis yang berada di daerah Kelapa Gading, saya pergi serta pulang dari kantor senantiasa memakai kendaraan umum. Saya umumnya memakai bis Patas AC. Saya senantiasa berupaya untuk pilih tempat duduk yang bersebelahan dengan seseorang wanita.
Ini yaitu pertimbanganku supaya perjalanan yang cukup jauh dari tempat rumahku jadi nyaman. Karna dengan duduk bersebelahan dengan wanita, pertama-tama saya terasa aman karna juga akan jauh dari rasa kuatir pada peluang jadi korban copet. Ke-2, aroma beberapa wanita umumnya lebih enak, serta sudah pasti juga akan adalah menambahkan rasa aman sepanjang diperjalanan.
Disuatu saat, saya duduk bersebelahan dengan seseorang dara cantik.
Saya umumnya membawa majalah untuk dibaca-baca supaya bisa mengusir kejenuhan perjalanan. Sebab dengan jarak perjalanan yang cukup jauh, tanpa ada aktivitas apa apa juga akan buat situasi jadi jemu serta menjemukan. Saat saya tengah asik membaca, gadis cantik disamping saya kuperhatikan juga turut melirik bacaan yang tengah kubaca. Saya kenali dari ekor mataku yang meliriknya memerhatikan bacaan yang kubawa. Lalu saya mulai berbasa-basi padanya.
“Mau ngantor ya mbak? ” Tanyaku klise untuk memecahkan kekakuan.
“Iya.. ” Jawab gadis itu singkat.
“Kantornya di mana mbak? ” Tanyaku sekali lagi untuk lebih perpanjang perbincangan.
“Di daerah Kemayoran”
Lantas kamipun ikut serta percakapan tentang beberapa hal yang enteng. Sebelumnya saya turun, saya tidak lupa memohon nomor teleponnya. Serta memohon izin apakah saya dapat meneleponnya di kantor. Singkat narasi, kamipun senantiasa terkait lewat telepon. Setelah itu kuketahui jika dia bernama Vero.
Gadis itu memiliki rambut yang indah dan bibir yang sensual sekali. Tinggi tubuhnya sekitaran 167 cm. Kami kadang-kadang janjian untuk pulang bareng, karna rute bis yang kami lewati sama. Satu waktu saya mengajaknya untuk nonton di Atrium, Senen. Sebelumnya film diputar, kami makan dahulu di satu diantara fast food resto yang ada disitu. Dari situ dia lantas menceritakan mengenai problem pribadinya.
Dia menceritakan kalau dia mempunya affair dengan atasannya yang telah memiliki istri di kantor. Saya ajukan pertanyaan mengapa tidak mencari pria yang lebih muda serta masih tetap single. Dia menjawab kalau dia telah terlanjur sayang dengan pria ini. Saya katakan dia mesti berupaya melepas diri dari pria beristri ini. Saya miliki langkah, tawarku. Lantas kamipun masuk teater 21, karna film telah mulai diputar.
Sepanjang film diputar, saya berupaya untuk menciumnya. Namun dia masih tetap berupaya bertahan. Pada akhirnya, saya bersabar saja. Lantas saat film telah selesai, saya mengajaknya untuk mencari tempat bercakap serta makan sekali lagi, karna perutku belum juga kenyang dengan makanan ‘fast food’ barusan. Kami menuju ke Hotel Cempaka Sari, di mana disitu kuketahui juga mempunyai restoran. Sesudah pesan nasi minuman dan makanan. Saya menawari pada Vero untuk makan dikamar supaya tambah nyaman serta dapat sembari bercakap.
Lantas Tak tahu apa yang terlintas di fikirannya, dia segera mengiyakan saja ajakanku itu. Lantas saya menuju ke front office serta pesan kamar sembari menyebutkan supaya makanan yang kami pesan barusan segera diantar kekamar. Sesampainya dikamar, saya tawarkan supaya dia mandi dahulu. Dia katakan kelak saja, sesudah usai makan. Sesudah usai makan, saya berbaring di tempat tidur. Saya memandang muka gadis yang memanglah cantik ini. Lantas saya menarik tangannya untuk dengan berbaring di kasur. Lantas saya mulai memancingnya menceritakan lebih jauh sekali lagi mengenai affair dianya dengan atasannya di kantor.
Sembari menceritakan saya dekatkan diriku makin dekat dengan badannya. Kugenggan tangannya lantas kubelai rambutnya. Dia diam tidak bereaksi. Lantas tanganku beralih membelai pipinya, Pelan-pelan tanganku kuturunkan ke bibirnya, dia juga diam tidak bereaksi. Kulihat matanya terpejam. Lantas saya mendekatkan wajahku ke berwajah. Saya mencium pipinya. Dia agak menghindar kesempatan ini. Saya lantas membaringkan dianya pas di bawahku. Dia pejamkan matanya. Saya tau ini yaitu satu tanda. Lantas kukecup kening, ke-2 pipinya. Lalu saya berpindah kebibirnya yang sensual itu. Dia cuma diam tidak membalas.
“Jangan ah.. ” katanya.
Saya tidak mempedulikan larangannya. Karna saya tau dia mulai suka pada serangan-seranganku. Saya membelai payudaranya sembari kukecup selalu bibirnya. Perlahan-lahan, dia mulai mengerang serta buka mulutnya.
“Ah.. Sshh.. Janganlah.. Saya tidak dapat seperti gini.. Sshh” Protesnya perlahan-lahan tanpa ada lakukan perlawanan yang bermakna.
Saya lantas mulai buka, kancing pakaiannya. Tetapi dia menggenggan tanganku punya maksud melarang saya untuk melanjutkan perbuatanku. Saya mesti agak sabar memanglah. Kuturunkan wajahku ke perutnya yang masih tetap dibungkus baju warna coklat muda. Ku tatap belahan selangkangannya yang masih tetap tertutupi celana yang seirama dengan bajunya. Lantas kecium belahan di antara ke-2 pahanya. Dia merintih sekali lagi.
“Ahh.. ”
Saya selalu mencium daerah yang paling sensitive itu sepanjang sebagian waktu. Dia mulai merenggangkan kakinya.
“Buka saja ya celananya, agar agak lebih enak? ” Ujarku untuk memohon izinnya.
“Jangan ah. Begini saja. Kelak keterusan”
“Gak apa apa kok. Tidak bakalan hingga keterusan” Jawabku menentramkan hatinya.
Lantas kutarik resleting celananya. Lalu kuturunkan perlahan-lahan celananya. Dia menambah pinggulnya menolong. Terlihatlah CD nya yang berwarna krim yang terbuat berbahan katun halus. Pas ditengahnya terpampang gundukan indah yang terlihat mulai basah. Lantas kucium gundukan itu.
“Ahh.. Sshh.. ” Vero memegang kepalaku.
selalu mengecup serta menjilat gundukan memeknya yang masih tetap ditutupi CD nya, saya buka celana jeans yang kupakai. Lantas kulempar jeans itu tidak peduli ia terbang kemana. Lantas saya melepas juga bajuku. Kulihat Vero memandang diriku yang bugil serta agak kaget lihat kontolku yang telah menegang serta siap menyerang. Dia tampak pasrah serta tidak peduli sekali lagi apa yang juga akan kulakukan setelah itu.
Lantas kuturunkan sekali lagi wajahku ke berwajah. Saya mengecup bibirnya. Kesempatan ini dia membalas. Bahkan juga dia melingkarkan tangannya ditubuhku. Saya meregangkan ke-2 belah kakinya. Kugesek-gesekkan kontolku di di atas memeknya yang masih tetap berbalut CD. Lantas saya memegang kontolku. Saya telah tidak tahan. Saya mencari-cari sela di antara CD nya untuk dapat menyentuh memeknya dengan kepala kontolku.
“Jangan dimasukin.. Ahh.. Saya tidak dapat.. Sshh.. ” Kembali dia memprotes.
Namun saya tidak peduli. Saya tau dia mulai suka pada permainanku. Sesudah kubuka sedikit celah CD nya yang pas menutupi bibir memeknya, saya menggosokikan kepala kontolku di bibir memeknya, pasti masih tetap dengan pertolongan tanganku. Merasa basah serta berlendir. Lantas saya mencari-cari lubang memek yang disebut tujuan utamaku. Saat merasa kepala kontolku telah pas ada dimuka lubang memeknya yang licin serta basah, saya mendorong pantatku perlahan-lahan.
“Ooghhh.. Ssshh.. Jangann.. Ahh.. ” Dia mengerang saat kepala kontolku mulai menerobos masuk.
Saya lantas menghimpit lebih kuat sekali lagi. Serta.. Blssesbb.. Masuklah dengan berhasil kontolku dalam lubang kesenangan kepunyaannya. Matanya yang indah itu sedikit terbelalak, lantas terpejam kembali
“Ahh.. Sshh.. Oohh.. ” Dia melingkarkan ke-2 kakinya ke pinggangku.
Saya selalu menyodok serta mendorongkan kontolku dalam memeknya. Saya mengerjakannya cukup lama. Sekitaran 25 menit. Lantas tampak dia menegang serta merangkulku dengan kencang. Saya tau ini waktunya dia orgasme. Saya juga tidak ingin kehilangan event ini. Saya makin percepat ritme kocokan kontolku menghujam lubang memeknya.
“Ahh.. Janganlah dikeluarin di dalam.. Ahh.. Oohh.. Yahh.. ” Bisiknya.
Lantas merasa aliran klimaks mulai mengaliri diriku. Saya terasa kontolku juga akan memuntahkan sperma. Saya mengocok makin keras. Lantas saya memeluk dianya erat-erat bersamaan dengan tarikan kakinya yang makin memeluk pinggangku dengan kuat. Saya tidak berdaya sekali lagi. Serta crett.. Creett.. Creett.. Tumpahlah spermaku menghujani lubang memek hingga ke rahimnya.
“Ooghhh.. ” Dia mengerang keras.
Saya menatapnya lemas tanpa ada keluarkan kontolku yang masih tetap ada di dalam memeknya yang merasa masih tetap memijat-mijat kontolku. Tampak dia tersenyum, namun kulihat ada linangan air mata dipipinya.
“Kamu nakal. Namun kamu begitu lama bercinta dari pada pacarku” Tuturnya.
Setelah itu kami juga tertidur, sampai jam dua pagi saya terbangun kembali. Saya memandang disekelilingku serta coba-coba mengingat apa yang sudah berlangsung. Lalu kulihat seseorang wanita terbaring disisiku. Vero. Ah, nyatanya dia demikian masih tetap menggairahkan, fikirku dalam hati. Saya lantas berfikir untuk menyetubuhinya lagi. Lantas kubuka selangkangannya yang sudah dia tutupi dengan celana dalamnya. Lalu kujilat celah di antara pahanya. Saya lantas keluarkan kontolku. Kubuka CD nya bebrapa perlahan tanpa ada berupaya membangunkannya. Kuusap bukit berbulu yang indah itu pas ditengahnya, merasa demikian basah. Lantas kulumuri batangku dengan lendir memeknya yang beraroma begitu ciri khas.
Saya telah tidak tahan. Lantas perlahan-lahan kuarahkan kepala kontolku yang mengkilat kedepan lubang memeknya yang kubuka dengan pertolongan dua jari tanganku. Lantas kudorong perlahan-lahan. Keliatan dia menggeliat sebentar. Lantas terdiam kembali. Saya mendorong kontolku lebih dalam, serta karna liang memeknya telah demikian basah, amblas semuanya batangku menyodok daging empuk, hangat serta lembab itu. Saya lantas menyodok serta mengocok dengan perlahan-lahan. Terdengar dia mendesis, namun seolah tidak ingin buka matanya. Crekk.. Crekk.. Crekk.. Zlhebb.. Zlheebb. Makin cepat serta makin cepat. Dia lantas merintih halus.
“Ooghh.. Sshh.. Sshhhh.. ”
Saya lantas lihat dia mengejang serta kakinya merapat. Saya tau dia mulai rasakan orgasmenya, ntah dia sadar atau tidak. Saya juga terasa gumpalan-gumpalan naik menghadap ke kepala kontolku siap untuk dimuntahkan. Lantas kutekan dalam-dalam kontolku saat kurasa semprotan pejuhku juga akan meledak. Crott.. Crott.. Crott.. Crott.. Crott.
“Hegghh.. Ooohhh.. ” Jeritnya.
Saya tau dia rasakan semprotan pejuhku yang panas sudah membanjiri lubang memek sampai ke rahimnya. Hingga saat kucabut perlahan-lahan, tampak menetes tetap dalam kekentalan keluar disela-sela lubang memek sampai menetes ke paha serta lubang anusnya. Ah, begitu enaknya, fikirku.
Lantas kami selalu terlelap sampai esok pagi. Mulai sejak waktu itu. Vero tidak ingin berjumpa sekali lagi denganku.
Dia cuma katakan, dia terasa bersalah sudah mengkhianati pacarnya yang sudah beristri itu. Serta saat saya meneleponnya sesekali sembari mengingatkan dianya mengenai momen malam itu, dia cuma katakan supaya janganlah terulang kembali serta cuma jadi rahasia kami berdua saja.
Senin, 21 Agustus 2017
Begitu Hotnya Tubuh Tetanggaku
Blog Cerita Dewasa - Seperti sudah anda kenali hubunganku dengan Bu Ihksan istri tetanggaku yg cantik itu tetaplah berlanjut hingga saat ini, meskipun saya sudah berumah tangga. Tetapi dalam perkimpoianku yg telah jalan dua tahun lebih, kami belum juga dikaruniai anak.
Istriku tdk hamil-hamil juga meskipun k0ntolku kutojoskan ke memek istriku siang malam dengan penuh semangat. Kebetulan istriku juga memiliki nafsu sex yg besar. Baru disentuh saja nafsunya telah naik.
Umumnya dia lantas melorotkan celana dalamnya, membuka baju dan mengangkangkan pahanya supaya memeknya yg tidak tipis bulunya itu selekasnya dikerjakan. Dimana saja, di kursi tamu, di dapur, di kamar mandi, terlebih ditempat tidur, bila telah nafsu, ya saya masukan saja k0ntolku ke memeknya. Istriku dengan juga penuh gairah terima coblosanku. Saya sendiri selalu jelas setiap waktu lihat istriku senantiasa nafsu saja deh. Memanglah istriku betul-betul buat hidupku penuh semangat serta gairah.
Namun karna istriku tdk hamil-hamil juga saya jadi agak kawatir. Bila mandul, terang saya tdk. Karna telah dapat dibuktikan Bu Ihksan hamil, serta anakku yg cantik itu saat ini jadi anak yang paling disayangi keluarga Pak Ihksan. Apakah istriku yg mandul? Bila lihat fisik dan haidnya yg teratur, saya percaya istriku subur juga.
Apakah saya terkena hukuman karna saya selingkuh dengan Bu Ihksan? aah, mosok. Tidak mungkin saja itu. Apakah karna dosa? Waah, harusnya ya memanglah dosa besar. Namun karna menyetubuhi Bu Ihksan itu enak serta nikmat, terlebih dia juga suka, jadi hubungan gelap itu butuh diteruskan, dijaga, serta dilestarikan.
Untuk mengatur perselingkuhanku dengan Bu Ihksan, kami setuju dengan buat kode spesial yg cuma di ketahui kami berdua. Jika Pak Ihksan tdk berada di tempat tinggal serta betul-betul aman, Bu Ihksan memadamkan lampu di sumur belakang tempat tinggalnya.
Umumnya lampu 5 watt itu menyala selama malam, tetapi bila pada jam 20. 00 lampu itu padam, bermakna kondisi aman serta saya bisa berkunjung ke Bu Ihksan. Karna dari samping rumahku bisa tampak belakang tempat tinggal Bu Ihksan, dengan gampang saya bisa menangkap tanda itu. Namun sempat tanda itu tdk ada hingga 1 atau 2 bulan, bahkan juga 3 bulan.
Saya terkadang jadi agak kesal serta frustasi (karna kangen) serta saya menduga juga Bu Ihksan telah jemu denganku. Namun nyatanya memanglah peluang itu betul-betul tdk ada, hingga tdk aman untuk berjumpa. Disuatu hari saya berpapasan dengan Bu Ihksan di jalan serta seperti umumnya kami sama-sama menegur baik-baik. Sebelumnya meneruskan perjalanannya, dia berkata,
“Dik Iwan, besok malam minggu ada kepentingan tidak? ”
“Kayaknya sich tidak ada acara kemana saja. Emangnya ada apa? ” jawabku dengan penuh keinginan karna telah nyaris sebulan kami tdk bermesraan.
“Nanti ke tempat tinggal yaa! ” tuturnya dengan tersenyum malu-malu.
“Emangnya Pak Ihksan tidak ada? ” kataku.
Dia tdk menjawab, hanya tersenyum manis serta pergi melanjutkan perjalanannya. Meskipun telah umum, darahku juga berdesir juga membaygkan pertemuanku malam minggu kelak. Seperti umum malam minggu yaitu giliran ronda malamku.
Istriku sudah mengetahui itu, hingga tdk menyimpan berprasangka buruk atau ajukan pertanyaan apa-apa bila pergi keluar malam itu. Saya telah bersiap untuk menjumpai Bu Ihksan. Saya cuma menggunakan sarung, tdk menggunakan celana dalam serta kaos lengan panjang agar agak hangat.
Serta memanglah bila tidur saya tdk sempat gunakan celana dalam namun cuma menggunakan sarung saja. Rasa-rasanya lebih santai serta tdk sumpek, dan k0ntolnya agar memperoleh udara yg cukup sesudah sepanjang hari dipepes dalam celana dalam yg ketat.
Saat tunjukkan jam 22. 00. Lampu belakang tempat tinggal Bu Ihksan telah padam dari barusan. Saya jalan memutar dahulu untuk lihat kondisi apakah telah betul-betul sepi serta aman. Sesudah percaya aman, saya menuju ke samping tempat tinggal Bu Ihksan. Saya ketok kaca nako kamarnya. Tanpa ada menanti jawaban, saya segera menuju ke pintu belakang. Tdk berapakah lama terdengar kunci di buka. Perlahan pintu terbuka serta saya masuk kedalam. Pintu ditutup kembali.
Saya jalan bersama-sama ikuti Bu Ihksan masuk ke kamar tidurnya. Sesudah pintu ditutup kembali, kami segera berpelukan serta berciuman untuk menyalurkan kerinduan kami. Kami begitu nikmati kemesraan itu, karna memanglah telah nyaris sebulan kami tdk memiliki peluang untuk mengerjakannya.
Kemudian, Bu Ihksan mendorongku, tangannya di pinggangku, serta tanganku ada di pundaknya. Kami berpandangan mesra, Bu Ihksan tersenyum manis serta memelukku kembali erat-erat. Kepalanya disandarkan di dadaku.
“Paa, telah lama kita tidak begini”, tuturnya lirih.
Bu Ihksan saat ini bila tengah bermesraan atau bersetubuh menyebutku Ayah. Demikian pula saya senantiasa membisikkan serta mengatakannya Ibu padanya. Kelihatannya Bu Ihksan menghayati benar kalau Nia, anaknya yg cantik itu bikinan kami berdua.
“Pak Ihksan tengah kemana sich maa”, tanyaku.
“Sedang ikuti piknik karyawan ke Pangandaran. Saya berniat tidak turut serta cuma Nia saja yg turut. Tenang saja, pulangnya baru besok sore”, tuturnya sembari selalu mendekapku.
“Maa, saya ingin ngomong nih”, kataku sembari duduk bersanding ditempat tidur. Bu Ihksan diam saja serta memandangku penuh tanda bertanya.
“Maa, telah dua tahun lebih saya berumah tangga, namun istriku belum juga hamil-hamil juga. Kamu paham.kamu mengerti, mustinya dengan fisik, kami tdk ada problem. Saya terang dapat buat anak, buktinya telah ada kan. Saya tidak tahu mengapa kok belum juga jadi juga. Walau sebenarnya bikinnya tdk sempat berhenti, siang malam”, kataku agak melucu. Bu Ihksan memandangku.
“Pa, saya mesti berbuat apa untuk membantumu. Bila saya hamil sekali lagi, saya percaya suamiku tdk juga akan mengijinkan adiknya Nia kamu minta jadi anak angkatmu. Toh anak kami kan baru dua orang nanti, serta tentu suamiku juga akan sayang sekali.
Untukku sich memanglah semestinya bapaknya sendiri yg mengurusinya. Tdk seperti saat ini, keenakan dia. Hanya buat doang, giliran telah jadi bocah orang yang lain dong yg mengurus”, tuturnya sembari merenggut manja. Saya tersenyum kecut.
“Jangan-jangan ini hukuman buatku ya maa, Saya dihukum tdk miliki anak sendiri. Agar tahu rasa”, kataku.
“Ya sabar dahulu deh paa, mungkin saja belum juga cocok saja. Spermamu belum juga cocok ketemu sama telornya Rina (nama istriku). Siapa tahu bulan depan berhasil”, tuturnya menghiburku.
“Ya semoga. Tolong didoain yaa…”
“Enak saja. Didoain? Mustinya saya kan tidak ikhlas Ayah menyetubuhi Rina istrimu itu. Mustinya
Ayah kan punyaku sendiri, saya monopoli. Tidak bisa miliki Ayah masuk ke perempuan beda kan. Kok jadi minta didoain. Bagaimana siih”, tuturnya manja serta sembari memelukku erat-erat. Benar juga, harusnya kami ini jadi suami-istri, serta Nia itu anak kami.
“Maa, bila kita ngomong-ngomong begini, jadinya nafsunya jadi jadi alami penurunan lho. Jangan-jangan tidak jadi main nih”, kataku menggoda.
“Iiih, dasar”, tuturnya sembari mencubit pahaku kuat-kuat.
“Makanya janganlah ngomong saja. Selekasnya saja Ibu ini diperlakukan seperti harusnya. Selekasnya dikerjakan doong! ” tuturnya manja.
Kami berpelukan serta berciuman sekali lagi. Sudah pasti kami tdk senang cuma berciuman serta berpelukan saja. Kutidurkan dia ditempat tidur, kutelentangkan. Bu Ihksan mandah saja. Pasrah saja ingin diapain. Dia menggunakan daster dengan kancing yg berderet dari atas ke bawah.
Kubuka kancing dasternya satu per satu dari mulai dada selalu ke bawah. Kusibakkan ke kanan serta ke kiri pakaiannya yg telah terlepas kancingnya itu. Menyembullah buah dadanya yg putih menggunung (dia telah tdk gunakan BH). Celana dalam warna putih yg menutupi memeknya yg nyempluk itu saya pelorotkan.
Saya betul-betul nikmati keindahan badan istri gelapku ini. Waktu satu kakinya ditekuk untuk melepas celana dalamnya, pergerakan kakinya yg indah, memeknya yg agak terbuka, aduh panorama itu benar-benar indah. Betul-betul membuatku menelan ludah. Muka yg ayu, buah dada yg putih menggunung, perut yg langsing, memek yg nyempluk serta agak terbuka, kaki yg indah agak mengangkang, benar-benar menarik.
Saya tdk tahan sekali lagi. Saya lempar sarungku serta kaosku tak tahu jatuh di mana. Saya selekasnya naik diatas badan Bu Ihksan. Kugumuli dia dengan penuh nafsu. Saya tdk perduli Bu Ihksan megap-megap keberatan saya tindih seutuhnya. Habis gemes banget, nafsu banget sich.
Uugh janganlah nekad tho. Berat nih”, keluh Bu Ihksan.
Saya bertelekan pada telapak tanganku serta dengkulku. K0ntolku yg telah tegang banget saya paskan ke memeknya. Trampil tangan Bu Ihksan memegangnya serta dituntunnya ke lubang memeknya yg telah basah. Tdk ada kesusahan sekali lagi, masuklah semua kedalam memeknya.
Dengan penuh semangat kukocok memek Bu Ihksan dengan k0ntolku. Bu Ihksan makin naik, menggeliat serta merangkulku, melenguh serta merintih. Makin lama makin cepat, makin naik, naik, naik ke puncak.
“Teruuus, teruus paa.. sshh… ssh…” bisik Bu Ihksan
“Maa, saya juga telah mau… keluaarr”
“Yg dalam paa… yg dalamm. Keluarin di dalaam Paa… Paa… Adduuh Paa nikmat banget Paa…, ouuch.. ”, jeritnya lirih yg merangkulku kuat-kuat.
Kutekan dalam-dalam k0ntolku ke memeknyanya. Creeet, croot, crroottt, keluarlah spermaku didalam rahim istri gelapku ini. Napasku seperti terputus. Kesenangan mengagumkan menyebar kesuluruh badanku. Bu Ihksan menggigit pundakku. Dia juga telah menjangkau puncak. Sebagian detik dia saya tindih serta dia merangkul kuat-kuat.
Pada akhirnya rangkulannya lepas. Kuangkat badanku. K0ntolku masih tetap didalam, saya gerakkan bebrapa perlahan, aduh geli serta ngilu sekali hingga tulang sumsum. Memeknya licin sekali penuh spermaku. Kucabut k0ntolku serta saya terguling di samping Bu Ihksan. Bu Ihksan miring menghadapku serta tangannya ditempatkan diatas perutku.
Dia berbisik,
“Paa, Nia telah cukup besar untuk miliki adik. Semoga kesempatan ini segera jadi ya paa.
Saya menginginkan dia seseorang lelaki. Sebelumnya Ayah barusan mengeluh Rina belum juga hamil, saya memanglah telah punya niat untuk membikinkan Nia seseorang adik. Sekalian untuk test apakah Ayah masih tetap joos apa tdk. Bila saya hamil sekali lagi bermakna Ayah masih tetap joosss. Bila kelak pengin menggendong anak, ya gendong saja Nia sama adiknya yg barusan di buat ini. ” Dia tersenyum manis.
Saya diam saja. menerawang jauh, alangkah enaknya dapat menggendong anak-anakku.
Istriku tdk hamil-hamil juga meskipun k0ntolku kutojoskan ke memek istriku siang malam dengan penuh semangat. Kebetulan istriku juga memiliki nafsu sex yg besar. Baru disentuh saja nafsunya telah naik.
Umumnya dia lantas melorotkan celana dalamnya, membuka baju dan mengangkangkan pahanya supaya memeknya yg tidak tipis bulunya itu selekasnya dikerjakan. Dimana saja, di kursi tamu, di dapur, di kamar mandi, terlebih ditempat tidur, bila telah nafsu, ya saya masukan saja k0ntolku ke memeknya. Istriku dengan juga penuh gairah terima coblosanku. Saya sendiri selalu jelas setiap waktu lihat istriku senantiasa nafsu saja deh. Memanglah istriku betul-betul buat hidupku penuh semangat serta gairah.
Namun karna istriku tdk hamil-hamil juga saya jadi agak kawatir. Bila mandul, terang saya tdk. Karna telah dapat dibuktikan Bu Ihksan hamil, serta anakku yg cantik itu saat ini jadi anak yang paling disayangi keluarga Pak Ihksan. Apakah istriku yg mandul? Bila lihat fisik dan haidnya yg teratur, saya percaya istriku subur juga.
Apakah saya terkena hukuman karna saya selingkuh dengan Bu Ihksan? aah, mosok. Tidak mungkin saja itu. Apakah karna dosa? Waah, harusnya ya memanglah dosa besar. Namun karna menyetubuhi Bu Ihksan itu enak serta nikmat, terlebih dia juga suka, jadi hubungan gelap itu butuh diteruskan, dijaga, serta dilestarikan.
Untuk mengatur perselingkuhanku dengan Bu Ihksan, kami setuju dengan buat kode spesial yg cuma di ketahui kami berdua. Jika Pak Ihksan tdk berada di tempat tinggal serta betul-betul aman, Bu Ihksan memadamkan lampu di sumur belakang tempat tinggalnya.
Umumnya lampu 5 watt itu menyala selama malam, tetapi bila pada jam 20. 00 lampu itu padam, bermakna kondisi aman serta saya bisa berkunjung ke Bu Ihksan. Karna dari samping rumahku bisa tampak belakang tempat tinggal Bu Ihksan, dengan gampang saya bisa menangkap tanda itu. Namun sempat tanda itu tdk ada hingga 1 atau 2 bulan, bahkan juga 3 bulan.
Saya terkadang jadi agak kesal serta frustasi (karna kangen) serta saya menduga juga Bu Ihksan telah jemu denganku. Namun nyatanya memanglah peluang itu betul-betul tdk ada, hingga tdk aman untuk berjumpa. Disuatu hari saya berpapasan dengan Bu Ihksan di jalan serta seperti umumnya kami sama-sama menegur baik-baik. Sebelumnya meneruskan perjalanannya, dia berkata,
“Dik Iwan, besok malam minggu ada kepentingan tidak? ”
“Kayaknya sich tidak ada acara kemana saja. Emangnya ada apa? ” jawabku dengan penuh keinginan karna telah nyaris sebulan kami tdk bermesraan.
“Nanti ke tempat tinggal yaa! ” tuturnya dengan tersenyum malu-malu.
“Emangnya Pak Ihksan tidak ada? ” kataku.
Dia tdk menjawab, hanya tersenyum manis serta pergi melanjutkan perjalanannya. Meskipun telah umum, darahku juga berdesir juga membaygkan pertemuanku malam minggu kelak. Seperti umum malam minggu yaitu giliran ronda malamku.
Istriku sudah mengetahui itu, hingga tdk menyimpan berprasangka buruk atau ajukan pertanyaan apa-apa bila pergi keluar malam itu. Saya telah bersiap untuk menjumpai Bu Ihksan. Saya cuma menggunakan sarung, tdk menggunakan celana dalam serta kaos lengan panjang agar agak hangat.
Serta memanglah bila tidur saya tdk sempat gunakan celana dalam namun cuma menggunakan sarung saja. Rasa-rasanya lebih santai serta tdk sumpek, dan k0ntolnya agar memperoleh udara yg cukup sesudah sepanjang hari dipepes dalam celana dalam yg ketat.
Saat tunjukkan jam 22. 00. Lampu belakang tempat tinggal Bu Ihksan telah padam dari barusan. Saya jalan memutar dahulu untuk lihat kondisi apakah telah betul-betul sepi serta aman. Sesudah percaya aman, saya menuju ke samping tempat tinggal Bu Ihksan. Saya ketok kaca nako kamarnya. Tanpa ada menanti jawaban, saya segera menuju ke pintu belakang. Tdk berapakah lama terdengar kunci di buka. Perlahan pintu terbuka serta saya masuk kedalam. Pintu ditutup kembali.
Saya jalan bersama-sama ikuti Bu Ihksan masuk ke kamar tidurnya. Sesudah pintu ditutup kembali, kami segera berpelukan serta berciuman untuk menyalurkan kerinduan kami. Kami begitu nikmati kemesraan itu, karna memanglah telah nyaris sebulan kami tdk memiliki peluang untuk mengerjakannya.
Kemudian, Bu Ihksan mendorongku, tangannya di pinggangku, serta tanganku ada di pundaknya. Kami berpandangan mesra, Bu Ihksan tersenyum manis serta memelukku kembali erat-erat. Kepalanya disandarkan di dadaku.
“Paa, telah lama kita tidak begini”, tuturnya lirih.
Bu Ihksan saat ini bila tengah bermesraan atau bersetubuh menyebutku Ayah. Demikian pula saya senantiasa membisikkan serta mengatakannya Ibu padanya. Kelihatannya Bu Ihksan menghayati benar kalau Nia, anaknya yg cantik itu bikinan kami berdua.
“Pak Ihksan tengah kemana sich maa”, tanyaku.
“Sedang ikuti piknik karyawan ke Pangandaran. Saya berniat tidak turut serta cuma Nia saja yg turut. Tenang saja, pulangnya baru besok sore”, tuturnya sembari selalu mendekapku.
“Maa, saya ingin ngomong nih”, kataku sembari duduk bersanding ditempat tidur. Bu Ihksan diam saja serta memandangku penuh tanda bertanya.
“Maa, telah dua tahun lebih saya berumah tangga, namun istriku belum juga hamil-hamil juga. Kamu paham.kamu mengerti, mustinya dengan fisik, kami tdk ada problem. Saya terang dapat buat anak, buktinya telah ada kan. Saya tidak tahu mengapa kok belum juga jadi juga. Walau sebenarnya bikinnya tdk sempat berhenti, siang malam”, kataku agak melucu. Bu Ihksan memandangku.
“Pa, saya mesti berbuat apa untuk membantumu. Bila saya hamil sekali lagi, saya percaya suamiku tdk juga akan mengijinkan adiknya Nia kamu minta jadi anak angkatmu. Toh anak kami kan baru dua orang nanti, serta tentu suamiku juga akan sayang sekali.
Untukku sich memanglah semestinya bapaknya sendiri yg mengurusinya. Tdk seperti saat ini, keenakan dia. Hanya buat doang, giliran telah jadi bocah orang yang lain dong yg mengurus”, tuturnya sembari merenggut manja. Saya tersenyum kecut.
“Jangan-jangan ini hukuman buatku ya maa, Saya dihukum tdk miliki anak sendiri. Agar tahu rasa”, kataku.
“Ya sabar dahulu deh paa, mungkin saja belum juga cocok saja. Spermamu belum juga cocok ketemu sama telornya Rina (nama istriku). Siapa tahu bulan depan berhasil”, tuturnya menghiburku.
“Ya semoga. Tolong didoain yaa…”
“Enak saja. Didoain? Mustinya saya kan tidak ikhlas Ayah menyetubuhi Rina istrimu itu. Mustinya
Ayah kan punyaku sendiri, saya monopoli. Tidak bisa miliki Ayah masuk ke perempuan beda kan. Kok jadi minta didoain. Bagaimana siih”, tuturnya manja serta sembari memelukku erat-erat. Benar juga, harusnya kami ini jadi suami-istri, serta Nia itu anak kami.
“Maa, bila kita ngomong-ngomong begini, jadinya nafsunya jadi jadi alami penurunan lho. Jangan-jangan tidak jadi main nih”, kataku menggoda.
“Iiih, dasar”, tuturnya sembari mencubit pahaku kuat-kuat.
“Makanya janganlah ngomong saja. Selekasnya saja Ibu ini diperlakukan seperti harusnya. Selekasnya dikerjakan doong! ” tuturnya manja.
Kami berpelukan serta berciuman sekali lagi. Sudah pasti kami tdk senang cuma berciuman serta berpelukan saja. Kutidurkan dia ditempat tidur, kutelentangkan. Bu Ihksan mandah saja. Pasrah saja ingin diapain. Dia menggunakan daster dengan kancing yg berderet dari atas ke bawah.
Kubuka kancing dasternya satu per satu dari mulai dada selalu ke bawah. Kusibakkan ke kanan serta ke kiri pakaiannya yg telah terlepas kancingnya itu. Menyembullah buah dadanya yg putih menggunung (dia telah tdk gunakan BH). Celana dalam warna putih yg menutupi memeknya yg nyempluk itu saya pelorotkan.
Saya betul-betul nikmati keindahan badan istri gelapku ini. Waktu satu kakinya ditekuk untuk melepas celana dalamnya, pergerakan kakinya yg indah, memeknya yg agak terbuka, aduh panorama itu benar-benar indah. Betul-betul membuatku menelan ludah. Muka yg ayu, buah dada yg putih menggunung, perut yg langsing, memek yg nyempluk serta agak terbuka, kaki yg indah agak mengangkang, benar-benar menarik.
Saya tdk tahan sekali lagi. Saya lempar sarungku serta kaosku tak tahu jatuh di mana. Saya selekasnya naik diatas badan Bu Ihksan. Kugumuli dia dengan penuh nafsu. Saya tdk perduli Bu Ihksan megap-megap keberatan saya tindih seutuhnya. Habis gemes banget, nafsu banget sich.
Uugh janganlah nekad tho. Berat nih”, keluh Bu Ihksan.
Saya bertelekan pada telapak tanganku serta dengkulku. K0ntolku yg telah tegang banget saya paskan ke memeknya. Trampil tangan Bu Ihksan memegangnya serta dituntunnya ke lubang memeknya yg telah basah. Tdk ada kesusahan sekali lagi, masuklah semua kedalam memeknya.
Dengan penuh semangat kukocok memek Bu Ihksan dengan k0ntolku. Bu Ihksan makin naik, menggeliat serta merangkulku, melenguh serta merintih. Makin lama makin cepat, makin naik, naik, naik ke puncak.
“Teruuus, teruus paa.. sshh… ssh…” bisik Bu Ihksan
“Maa, saya juga telah mau… keluaarr”
“Yg dalam paa… yg dalamm. Keluarin di dalaam Paa… Paa… Adduuh Paa nikmat banget Paa…, ouuch.. ”, jeritnya lirih yg merangkulku kuat-kuat.
Kutekan dalam-dalam k0ntolku ke memeknyanya. Creeet, croot, crroottt, keluarlah spermaku didalam rahim istri gelapku ini. Napasku seperti terputus. Kesenangan mengagumkan menyebar kesuluruh badanku. Bu Ihksan menggigit pundakku. Dia juga telah menjangkau puncak. Sebagian detik dia saya tindih serta dia merangkul kuat-kuat.
Pada akhirnya rangkulannya lepas. Kuangkat badanku. K0ntolku masih tetap didalam, saya gerakkan bebrapa perlahan, aduh geli serta ngilu sekali hingga tulang sumsum. Memeknya licin sekali penuh spermaku. Kucabut k0ntolku serta saya terguling di samping Bu Ihksan. Bu Ihksan miring menghadapku serta tangannya ditempatkan diatas perutku.
Dia berbisik,
“Paa, Nia telah cukup besar untuk miliki adik. Semoga kesempatan ini segera jadi ya paa.
Saya menginginkan dia seseorang lelaki. Sebelumnya Ayah barusan mengeluh Rina belum juga hamil, saya memanglah telah punya niat untuk membikinkan Nia seseorang adik. Sekalian untuk test apakah Ayah masih tetap joos apa tdk. Bila saya hamil sekali lagi bermakna Ayah masih tetap joosss. Bila kelak pengin menggendong anak, ya gendong saja Nia sama adiknya yg barusan di buat ini. ” Dia tersenyum manis.
Saya diam saja. menerawang jauh, alangkah enaknya dapat menggendong anak-anakku.
Minggu, 20 Agustus 2017
Cerita Dewasa Seru Bersama Perawan
Blog Cerita Dewasa - Sudah merupakan rutinitas jika dalam liburan panjang Aku menginap dirumah Om Bagas dan Tante Rita di Jakarta. Karena kebetulan juga, tempat kerjaku adalah di sebuah sekolah terkenal di Manado. Jadi, kalau pas liburan panjang, otomatis aku juga libur kerja. Tapi sudah sekitar 6 tahun Aku tak pernah lagi liburan ke Jakarta karena sibuk mengurusi kerjaan yang menumpuk. Baru pada tahun 2002 lalu Aku bisa merasakan nikmatnya liburan panjang. Rumah Om Bagas bisa digolongkan pada rumah mewah yang besar. Walaupun begitu, rumahnya sangat nyaman. Itulah sebabnya aku senang sekali bisa liburan ke sana.
Aku tiba di rumah Om Bagas pada pukul 22.00. karena kelelahan aku langsung tidur pulas. Besok paginya, aku langsung disambut oleh hangatnya nasi goreng untuk sarapan pagi. Dan yang bikin aku kaget, heran bercampur kagum, ada sosok gadis yang dulunya masih kelas 4 SD, tapi kini sudah tumbuh menjadi remaja yang cantik jelita. Namanya Nina. Kulitnya yang putih, matanya yang jernih, serta tubuhnya yang indah dan seksi, mengusik mataku yang nakal.
"Hallo Kak..! Sorry, tadi malam Nina kecapean jadi tidak menjemput kakak. Silahkan di makan nasi gorengnya, ini Nina buat khusus dan spesial buat Kakak." Katanya sembari menebarkan senyumnya yang indah. Aku langsung terpana.
"Ini benar Nina yang dulu, yang masih ingusan?" Kataku sambil ngeledek.
"Ia, Nina siapa lagi! Tapi udah enggak ingusan lagi, khan?" katanya sambil mencibir.
"Wah..! Udah lama enggak ketemu, enggak taunya udah gede. Tentu udah punya pacar, ya? sekarang kelas berapa?" tanyaku.
"Pacar? Masih belum dikasih pacaran sama Papa. Katanya masih kecil. Tapi sekarang Nina udah naik kelas dua SMA, lho! Khan udah gede?" jawabnya sambil bernada protes terhadap papanya.
"Emang Nina udah siap pacaran?" tanyaku.
Nina menjawab dengan enteng sambil melahap nasi goreng.
"Belum mau sih..! Eh ngomong-ngomong nasinya dimakan, dong. Sayang, kan! Udah dibuat tapi hanya dipelototin."
Aku langsung mengambil piring dan ber-sarapan pagi dengan gadis cantik itu. Selama sarapan, mataku tak pernah lepas memandangi gadis cantik yang duduk didepanku ini.
"Mama dan Papa kemana? koq enggak sarapan bareng?" tanyaku sambil celingak-celinguk ke kiri dan ke nanan.
Nina langsung menjawab, "Oh iya, hampir lupa. Tadi Mama nitip surat ini buat kakak. Katanya ada urusan mendadak".
Nina langsung menyerahkan selembar kertas yang ditulis dengan tangan. Aku langsung membaca surat itu. Isi surat itu mengatakan bahwa Om Bagas dan Tante Rita ada urusan Kantor di Surabaya selama seminggu. Jadi mereka menitipkan Nina kepadaku. Dengan kata lain Aku kebagian jaga rumah dan menjaga Nina selama seminggu.
"Emangnya kamu udah biasa ditinggal kayak gini, Nin?" tanyaku setelah membaca surat itu.
"Wah, Kak! seminggu itu cepat. Pernah Nina ditinggal sebulan" jawabnya.
"Oke deh! sekarang kakak yang jaga Nina selama seminggu. Apapun yang Nina Mau bilang saja sama kakak. Oke?" kataku.
"Oke, deh! sekarang tugas kakak pertama, antarkan Nina jalan-jalan ke Mall. Boleh, Kak?" Nina memohon kepadaku.
"Oh, boleh sekali. Sekarang aja kita berangkat!" setelah itu kami beres-beres dan langsung menuju Mall.
Siang itu Nina kelihatan cantik sekali dengan celana Jeans Ketat dan kaos oblong ketat berwarna merah muda. Semua serba ketat. Seakan memamerkan tubuhnya yang seksi.
Pulang Jalan-jalan pukul 19. 00 malam, Nina kecapean. Dia langsung pergi mandi dan bilang mau istirahat alias tidur. Aku yang biasa tidur larut pergi ke ruang TV dan menonton acara TV. Bosan menonton acara TV yang kurang menyenangkan, Aku teringat akan VCD Porno yang Aku bawa dari Manado. Sambil memastikan Nina kalau sudah tidur, Aku memutar Film Porno yang Aku bawa itu. Lumayan, bisa menghilangkan ketegangan akibat melihat bodinya Nina tadi siang.
Karena keasyikan nonton, Aku tak menyadari Nina udah sekitar 20 menit menyaksikan Aku Menonton Film itu.
Tiba-tiba, "Akh..! Nina memekik ketika di layar TV terlihat adegan seorang laki-laki memasukkan penisnya ke vagina seorang perempuan. Tentu saja Aku pucat mendengar suara Nina dari arah belakang. Langsung aja Aku matikan VCD itu.
"Nin, kamu udah lama disitu?" tanyaku gugup.
"Kak, tadi Nina mau pipis tapi Nina dengar ada suara desahan jadi Nina kemari" jawabnya polos.
"Kakak ndak usah takut, Nina enggak apa-apa koq. Kebetulan Nina pernah dengar cerita dari teman kalo Film Porno itu asyik. Dan ternyata benar juga. Cuma tadi Nina kaget ada tikus lewat". Jawab Nina. Aku langsung lega.
"Jadi Nina mau nonton juga?" pelan-pelan muncul juga otak terorisku.
"Wah, mau sekali Kak!" Langsung aja ku ajak Nina menonton film itu dari awal.
Selama menonton Nina terlihat meresapi setiap adegan itu. Perlahan namun pasti Aku dekati Nina dan duduk tepat disampingnya.
"Iseng-iseng kutanya padanya "Nina pernah melakukan adegan begituan?" Nina langsung menjawab tapi tetap matanya tertuju pada TV.
"Pacaran aja belum apalagi adegan begini."
"Mau ndak kakak ajarin yang kayak begituan. Aysik, lho! Nina akan rasakan kenikmatan surga. Lihat aja cewek yang di TV itu. Dia kelihatannya sangat menikmati adegan itu. Mau ndak?" Tanyaku spontan.
"Emang kakak pandai dalam hal begituan?" tanya Nina menantang.
"Ee..! nantang, nih?" Aku langsung memeluk Nina dari samping. Eh, Nina diam aja. Terasa sekali nafasnya mulau memburu tanda Dia mulai terangsang dengan Film itu.
Aku tak melepaskan dekapanku dan Sayup-sayup terdengar Nina mendesah sambil membisikkan, "Kak, ajari Nina dong!". Aku seperti disambar petir.
"Yang benar, nih?" tanyaku memastikan. Mendengar itu Nina langsung melumat bibirku dengan lembut. Aku membiarkan Dia memainkan bibirku. Kemudian Nina melepas lumatannya.
"Nina serius Kak. Nina udah terangsang banget, nih!" Mendengar itu, aku langsung tak menyia-nyiakan kesempatan. Aku langsung melumat bibir indah milik Nina. Nina menyambut dengan lumatan yang lembut.
Tiga menit kemudian entah siapa yag memulai, kami berdua telah melepaskan pakaian kami satu persatu sampai tak ada sehelai benangpun melilit tubuh kami. Ternyata Nina lebih cantik jika dilihat dalam kondisi telanjang bulat. Aku mengamati setiap lekuk tubuh Nina dengan mataku yang jelalatan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sempurna. Nina memiliki tubuh yang sempurna untuk gadis seumur dia. Susunya yang montok dan padat berisi, belum pernah tersentuh oleh tangan pria manapun.
"Koq Cuma dilihat?" Lamunanku buyar oleh kata-kata Nina itu. Merasa tertantang oleh kata-katanya, Aku langsung membaringkan Nina di Sofa dan mulai melumat bibirnya kembali sambil tanganku dengan lembutnya meremas-remas susunya Nina yang montok itu. Nina mulai mendesah-desah tak karuan.
Tak puas hanya meremas, semenit kemudian sambil tetap meremas-remas, Aku menghisap puting susu yang berwarna merah muda kecoklatan itu, bergantian kiri dan kanan.
"Oh.. Kak.. Kak..! Enak se.. ka.. li.. oh..!" desah Nina yang membakar gairahku. Jilatanku turun ke perut dan pusar, lalu turun terus sampai ke gundukan kecil milik Nina yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang masih sedikit.
"Ah.. Geli sekali, Kak.. Oh.. nikmat..!" desah Nina waktu Aku jilat Kelentitnya yang mulai mengeras karena rangsangan hebat yang aku ciptakan. Tanganku tak pernah lepas dari Susu Nina yang montok itu. Tiba-tiba, Nina memekik dan melenguh tertahan sambil mengeluarkan cairan vagina yang banyak sekali.
"Akh.. ah.. oh.. e.. nak.. Kak.. oh..!" Itulah orgasme pertamanya. Aku langsung menelan seluruh cairan itu. Rasanya gurih dan nikmat.
"Gimana Enak, Nin?" tanyaku sambil mencubit puting susunya.
"Wah, Kak! Nikmat sekali. Rasanya Nina terbang ke surga." Jawabnya sambil meraih baju dalamnya. Melihat itu, Aku langsung mencegahnya.
"Tunggu, Masih ada yang lebih nikmat lagi." Kataku.
"Sekarang kakak mau ajarin Nina yang kayak begitu" sambil menunjuk adegan di TV dimana serang perempuan yang sedang menghisap penis laki-laki.
"Gimana, mau?" Tanyaku menantang.
"Oke deh!" Nina menjawab dan langsung meraih penisku yang masih tertidur. Nina mengocok perlahan penisku itu seperti yang ada di TV. Lalu dengan malu-malu Dia memasukkannya ke mulutnya yang hangat sambil menyedot-nyedot dengan lembut. Mendapat perlakuan demikian langsung aja penis ku bangun. Terasa nikmat sekali diperlakukan demikian. Aku menahan Air maniku yang mau keluar. Karena belum saatnya. Setelah kurang lebih 15 menit diemut dan dibelai olah tangan halus Nina, penisku udah siap tempur.
"Nah sekarang pelajaran yang terakhir" Kataku. Nina menurut aja waktu Aku angkat Dia dan membaringkan di atas karpet. Nina juga diam waktu Aku mengesek-gesek penisku di mulut vaginanya yang masih perawan itu. Karena udah kering lagi, Aku kembali menjilat kelentit Nina sampai Vaginanya banjir lagi dengan cairan surga. Nina hanya pasrah saja ketika Aku memasukkan penisku ke dalam vaginanya.
"Ah.. Sakit, Kak.. oh.. Kak..!" jerit Nina ketika kepala penisku menerobos masuk. Dengan lembut Aku melumat bibirnya supaya Nina tenang. Setelah itu kembali Aku menekan pinggulku.
"Oh.. Nina.. sempit sekali.. Kamu memang masih perawan, oh..!" Nina hanya memejamkan mata sambil menahan rasa sakit di vaginanya.
Setelah berjuang dengan susah payah, Bless..!
"Akh.. Kak.. sakit..!" Nina memekik tertahan ketika Aku berhasil mencoblos keperawanannya dengan penisku. Terus saja Aku tekan sampai mentok, lalu Aku memeluk erat Nina dan berusaha menenangkan Dia dengan lumatan-lumatan serta remasan-remasan yang lembut di payudaranya. Setelah tenang, Aku langsung menggenjot Nina dengan seluruh kemampuanku.
"Oh.. e.. oo.. hh.., ss.. ah..!" Nina mendesah tanpa arti. Kepalanya kekanan-kekiri menahan nikmat. Nafasnya mulai memburu. Tanganku tak pernah lepas dari payudara yang sejak tadi keremas-remas terus. Karena masih rapat sekali, penisku terasa seperti di remas-remas oleh vaginanya Nina,
"Oh.. Nin, enak sekali vaginamu ini, oh..!" Aku mendesah nikmat.
"Gimana, enak? nikmat?" tanyaku sambil terus menggenjot Nina.
"enak.. sekali, Kak.. oh.. nikmat. Te.. rus.. terus, Kak.. oh..!" Desah Nina.
Setelah kurang lebih 25 menit Aku menggenjot Nina, tiba-tiba Nina mengejang.
"K.. Kak..! Nina udah enggak tahan. Nina mau pi.. piss.. oh..!" Kata Nina sambil tersengal-sengal.
"Sabar, Nin! Kita keluarkan Bersama-sama, yah! Satu.." Aku semakin mempercepat gerakan pinggulku.
"Dua.., Ti.. nggak.. oh.. yess..!" Aku Menyemburkan Spermaku, croot.. croot.. croott..! Dan bersamaan dengan itu Nina juga mengalami orgasme.
"Akh.. oh.. yess..!" Nina menyiram kepala penisku dengan cairan orgasmenya. Terasa hangat sekali dan nikmat. Kami saling berpelukan menikmati indahnya orgasme. Setelah penisku menciut di dalam vagina Nina, aku mencabutya. Dan langsung terbaring di samping Nina. Kulihat Nina masih tersengal-sengal. Sambil tersenyum puas, Aku mengecup dahi Nina dan berkata
"Thank's Nina! Kamu telah memberikan harta berhargamu kepada kakak. Kamu menyesal?" Sambil tersenyum Nina menggelengkan kepalanya dan berkata,
"Kakak hebat. Nina bisa belajar banyak tentang Sex malam ini. Dan Nina Serahkan mahkota Nina karena Nina percaya kakak menyayangi Nina. Kakak tak akan ninggalin Nina. Thank's ya Kak! Yang tadi itu nikmat sekali. Rasanya seperti di surga."
Kemudian kami membenahi diri dan membersihkan darah perawan Nina yang berceceran di karpet. Masih memakai BH dan celana dalam, Nina minta Aku memandikan Dia seperti yang Aku lakukan sekitar enam tahun yang lalu. Aku menuruti kemauannya. Dan kamipun madi bareng malam itu. Sementara mandi, pikiran ngereskupun muncul lagi ketika melihat payudara Nina yang mengkilat kena air dari shower. Langsung aja kupeluk Nina dari belakang sambil kuremas payudaranya.
"Mau lagi nih..!" Kata Nina menggoda. Birahiku langsung naik digoda begitu.
"Tapi di tempat tidur aja, Kak. Nina capek berdiri" kata Nina berbisik. Aku langsung menggendong Nina ke tempat tidurnya dan menggenjot Nina di sana. Kembali kami merasakan nikmatnya surga dunia malam itu. Setelah itu kami kelelahan dan langsung tertidur pulas.
Pagi harinya, aku bangun dan Nina tak ada disampingku. Aku mencari-cari tak tahunya ada di dapur sedang menyiapkan sarapan pagi. Maklum tak ada pembantu. Kulihat Nina hanya memakai kaos oblong dan celana dalam saja. Pantatnya yang aduhai, sangat elok dilihat dari belakang. Aku langsung menerjang Nina dari belakang sambil mengecup leher putihnya yang indah. Nina kaget dan langsung memutar badannya. Aku langsung mengecup bibir sensualnya.
"Wah.. orang ini enggak ada puasnya..!" kata Nina Menggoda. Langsung saja kucumbu Nina di dapur. Kemudian Dia melorotkan celana dalamku dan mulai menghisap penisku. Wah, ada kemajuan. Hisapannya semakin sempurna dan hebat. Aku pun tak mau kalah. Kuangkat Dia keatas meja dan menarik celana dalamnya dengan gigiku sampai lepas. Tanganku menyusup ke dalam kaos oblongnya. Dan ternyata Nina tak memakai BH. Langsung aja kuremas-remas susunya sambil kujilat-jilat kelentitnya. Nina minta-minta ampun dengan perlakuanku itu dan memohon supaya Aku menuntaskan kerjaanku dengan cepat.
"Kak.. masukin, Kak.. cepat.. oh.. Nina udah enggak tahan, nih!" Mendengar desahan itu, langsung aja kumasukkan penisku kedalam lubang surganya yang telah banjir dengan cairan pelumas. Penisku masuk dengan mulus karena Nina sudah tidak perawan lagi kayak tadi malam. Dengan leluasa Aku menggenjot Nina di atas meja makan.
Setelah sekitar 15 menit, Nina mengalami orgasme dan disusul dengan Aku yang menyemburkan spermaku di dalam vagina Nina.
"Oh.. enak.. Kak.. akh..!" desah Nina. Aku melenguh dengan keras
"Ah.. yes..! Nina, kamu memang hebat.."
Setelah itu kami sarapan dan mandi sama-sama. Lalu kami pergi ke Mall. Jalan-jalan.
Begitulah setiap harinya kami berdua selama seminggu. Setelah itu Om Bagas dan Tante Rita pulang tanpa curiga sedikitpun kamipun merahasiakan semuanya itu. Kalau ada kesempatan, kami sering melakukkannya di dalam kamarku selama sebulan kami membina hubungan terlarang ini. Sampai Aku harus pulang ke Manado. Nina menangis karena kepergianku. Tapi Aku berjanji akan kembali lagi dan memberikan Nina Kenikmatan yang tiada taranya.
Aku tiba di rumah Om Bagas pada pukul 22.00. karena kelelahan aku langsung tidur pulas. Besok paginya, aku langsung disambut oleh hangatnya nasi goreng untuk sarapan pagi. Dan yang bikin aku kaget, heran bercampur kagum, ada sosok gadis yang dulunya masih kelas 4 SD, tapi kini sudah tumbuh menjadi remaja yang cantik jelita. Namanya Nina. Kulitnya yang putih, matanya yang jernih, serta tubuhnya yang indah dan seksi, mengusik mataku yang nakal.
"Hallo Kak..! Sorry, tadi malam Nina kecapean jadi tidak menjemput kakak. Silahkan di makan nasi gorengnya, ini Nina buat khusus dan spesial buat Kakak." Katanya sembari menebarkan senyumnya yang indah. Aku langsung terpana.
"Ini benar Nina yang dulu, yang masih ingusan?" Kataku sambil ngeledek.
"Ia, Nina siapa lagi! Tapi udah enggak ingusan lagi, khan?" katanya sambil mencibir.
"Wah..! Udah lama enggak ketemu, enggak taunya udah gede. Tentu udah punya pacar, ya? sekarang kelas berapa?" tanyaku.
"Pacar? Masih belum dikasih pacaran sama Papa. Katanya masih kecil. Tapi sekarang Nina udah naik kelas dua SMA, lho! Khan udah gede?" jawabnya sambil bernada protes terhadap papanya.
"Emang Nina udah siap pacaran?" tanyaku.
Nina menjawab dengan enteng sambil melahap nasi goreng.
"Belum mau sih..! Eh ngomong-ngomong nasinya dimakan, dong. Sayang, kan! Udah dibuat tapi hanya dipelototin."
Aku langsung mengambil piring dan ber-sarapan pagi dengan gadis cantik itu. Selama sarapan, mataku tak pernah lepas memandangi gadis cantik yang duduk didepanku ini.
"Mama dan Papa kemana? koq enggak sarapan bareng?" tanyaku sambil celingak-celinguk ke kiri dan ke nanan.
Nina langsung menjawab, "Oh iya, hampir lupa. Tadi Mama nitip surat ini buat kakak. Katanya ada urusan mendadak".
Nina langsung menyerahkan selembar kertas yang ditulis dengan tangan. Aku langsung membaca surat itu. Isi surat itu mengatakan bahwa Om Bagas dan Tante Rita ada urusan Kantor di Surabaya selama seminggu. Jadi mereka menitipkan Nina kepadaku. Dengan kata lain Aku kebagian jaga rumah dan menjaga Nina selama seminggu.
"Emangnya kamu udah biasa ditinggal kayak gini, Nin?" tanyaku setelah membaca surat itu.
"Wah, Kak! seminggu itu cepat. Pernah Nina ditinggal sebulan" jawabnya.
"Oke deh! sekarang kakak yang jaga Nina selama seminggu. Apapun yang Nina Mau bilang saja sama kakak. Oke?" kataku.
"Oke, deh! sekarang tugas kakak pertama, antarkan Nina jalan-jalan ke Mall. Boleh, Kak?" Nina memohon kepadaku.
"Oh, boleh sekali. Sekarang aja kita berangkat!" setelah itu kami beres-beres dan langsung menuju Mall.
Siang itu Nina kelihatan cantik sekali dengan celana Jeans Ketat dan kaos oblong ketat berwarna merah muda. Semua serba ketat. Seakan memamerkan tubuhnya yang seksi.
Pulang Jalan-jalan pukul 19. 00 malam, Nina kecapean. Dia langsung pergi mandi dan bilang mau istirahat alias tidur. Aku yang biasa tidur larut pergi ke ruang TV dan menonton acara TV. Bosan menonton acara TV yang kurang menyenangkan, Aku teringat akan VCD Porno yang Aku bawa dari Manado. Sambil memastikan Nina kalau sudah tidur, Aku memutar Film Porno yang Aku bawa itu. Lumayan, bisa menghilangkan ketegangan akibat melihat bodinya Nina tadi siang.
Karena keasyikan nonton, Aku tak menyadari Nina udah sekitar 20 menit menyaksikan Aku Menonton Film itu.
Tiba-tiba, "Akh..! Nina memekik ketika di layar TV terlihat adegan seorang laki-laki memasukkan penisnya ke vagina seorang perempuan. Tentu saja Aku pucat mendengar suara Nina dari arah belakang. Langsung aja Aku matikan VCD itu.
"Nin, kamu udah lama disitu?" tanyaku gugup.
"Kak, tadi Nina mau pipis tapi Nina dengar ada suara desahan jadi Nina kemari" jawabnya polos.
"Kakak ndak usah takut, Nina enggak apa-apa koq. Kebetulan Nina pernah dengar cerita dari teman kalo Film Porno itu asyik. Dan ternyata benar juga. Cuma tadi Nina kaget ada tikus lewat". Jawab Nina. Aku langsung lega.
"Jadi Nina mau nonton juga?" pelan-pelan muncul juga otak terorisku.
"Wah, mau sekali Kak!" Langsung aja ku ajak Nina menonton film itu dari awal.
Selama menonton Nina terlihat meresapi setiap adegan itu. Perlahan namun pasti Aku dekati Nina dan duduk tepat disampingnya.
"Iseng-iseng kutanya padanya "Nina pernah melakukan adegan begituan?" Nina langsung menjawab tapi tetap matanya tertuju pada TV.
"Pacaran aja belum apalagi adegan begini."
"Mau ndak kakak ajarin yang kayak begituan. Aysik, lho! Nina akan rasakan kenikmatan surga. Lihat aja cewek yang di TV itu. Dia kelihatannya sangat menikmati adegan itu. Mau ndak?" Tanyaku spontan.
"Emang kakak pandai dalam hal begituan?" tanya Nina menantang.
"Ee..! nantang, nih?" Aku langsung memeluk Nina dari samping. Eh, Nina diam aja. Terasa sekali nafasnya mulau memburu tanda Dia mulai terangsang dengan Film itu.
Aku tak melepaskan dekapanku dan Sayup-sayup terdengar Nina mendesah sambil membisikkan, "Kak, ajari Nina dong!". Aku seperti disambar petir.
"Yang benar, nih?" tanyaku memastikan. Mendengar itu Nina langsung melumat bibirku dengan lembut. Aku membiarkan Dia memainkan bibirku. Kemudian Nina melepas lumatannya.
"Nina serius Kak. Nina udah terangsang banget, nih!" Mendengar itu, aku langsung tak menyia-nyiakan kesempatan. Aku langsung melumat bibir indah milik Nina. Nina menyambut dengan lumatan yang lembut.
Tiga menit kemudian entah siapa yag memulai, kami berdua telah melepaskan pakaian kami satu persatu sampai tak ada sehelai benangpun melilit tubuh kami. Ternyata Nina lebih cantik jika dilihat dalam kondisi telanjang bulat. Aku mengamati setiap lekuk tubuh Nina dengan mataku yang jelalatan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sempurna. Nina memiliki tubuh yang sempurna untuk gadis seumur dia. Susunya yang montok dan padat berisi, belum pernah tersentuh oleh tangan pria manapun.
"Koq Cuma dilihat?" Lamunanku buyar oleh kata-kata Nina itu. Merasa tertantang oleh kata-katanya, Aku langsung membaringkan Nina di Sofa dan mulai melumat bibirnya kembali sambil tanganku dengan lembutnya meremas-remas susunya Nina yang montok itu. Nina mulai mendesah-desah tak karuan.
Tak puas hanya meremas, semenit kemudian sambil tetap meremas-remas, Aku menghisap puting susu yang berwarna merah muda kecoklatan itu, bergantian kiri dan kanan.
"Oh.. Kak.. Kak..! Enak se.. ka.. li.. oh..!" desah Nina yang membakar gairahku. Jilatanku turun ke perut dan pusar, lalu turun terus sampai ke gundukan kecil milik Nina yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang masih sedikit.
"Ah.. Geli sekali, Kak.. Oh.. nikmat..!" desah Nina waktu Aku jilat Kelentitnya yang mulai mengeras karena rangsangan hebat yang aku ciptakan. Tanganku tak pernah lepas dari Susu Nina yang montok itu. Tiba-tiba, Nina memekik dan melenguh tertahan sambil mengeluarkan cairan vagina yang banyak sekali.
"Akh.. ah.. oh.. e.. nak.. Kak.. oh..!" Itulah orgasme pertamanya. Aku langsung menelan seluruh cairan itu. Rasanya gurih dan nikmat.
"Gimana Enak, Nin?" tanyaku sambil mencubit puting susunya.
"Wah, Kak! Nikmat sekali. Rasanya Nina terbang ke surga." Jawabnya sambil meraih baju dalamnya. Melihat itu, Aku langsung mencegahnya.
"Tunggu, Masih ada yang lebih nikmat lagi." Kataku.
"Sekarang kakak mau ajarin Nina yang kayak begitu" sambil menunjuk adegan di TV dimana serang perempuan yang sedang menghisap penis laki-laki.
"Gimana, mau?" Tanyaku menantang.
"Oke deh!" Nina menjawab dan langsung meraih penisku yang masih tertidur. Nina mengocok perlahan penisku itu seperti yang ada di TV. Lalu dengan malu-malu Dia memasukkannya ke mulutnya yang hangat sambil menyedot-nyedot dengan lembut. Mendapat perlakuan demikian langsung aja penis ku bangun. Terasa nikmat sekali diperlakukan demikian. Aku menahan Air maniku yang mau keluar. Karena belum saatnya. Setelah kurang lebih 15 menit diemut dan dibelai olah tangan halus Nina, penisku udah siap tempur.
"Nah sekarang pelajaran yang terakhir" Kataku. Nina menurut aja waktu Aku angkat Dia dan membaringkan di atas karpet. Nina juga diam waktu Aku mengesek-gesek penisku di mulut vaginanya yang masih perawan itu. Karena udah kering lagi, Aku kembali menjilat kelentit Nina sampai Vaginanya banjir lagi dengan cairan surga. Nina hanya pasrah saja ketika Aku memasukkan penisku ke dalam vaginanya.
"Ah.. Sakit, Kak.. oh.. Kak..!" jerit Nina ketika kepala penisku menerobos masuk. Dengan lembut Aku melumat bibirnya supaya Nina tenang. Setelah itu kembali Aku menekan pinggulku.
"Oh.. Nina.. sempit sekali.. Kamu memang masih perawan, oh..!" Nina hanya memejamkan mata sambil menahan rasa sakit di vaginanya.
Setelah berjuang dengan susah payah, Bless..!
"Akh.. Kak.. sakit..!" Nina memekik tertahan ketika Aku berhasil mencoblos keperawanannya dengan penisku. Terus saja Aku tekan sampai mentok, lalu Aku memeluk erat Nina dan berusaha menenangkan Dia dengan lumatan-lumatan serta remasan-remasan yang lembut di payudaranya. Setelah tenang, Aku langsung menggenjot Nina dengan seluruh kemampuanku.
"Oh.. e.. oo.. hh.., ss.. ah..!" Nina mendesah tanpa arti. Kepalanya kekanan-kekiri menahan nikmat. Nafasnya mulai memburu. Tanganku tak pernah lepas dari payudara yang sejak tadi keremas-remas terus. Karena masih rapat sekali, penisku terasa seperti di remas-remas oleh vaginanya Nina,
"Oh.. Nin, enak sekali vaginamu ini, oh..!" Aku mendesah nikmat.
"Gimana, enak? nikmat?" tanyaku sambil terus menggenjot Nina.
"enak.. sekali, Kak.. oh.. nikmat. Te.. rus.. terus, Kak.. oh..!" Desah Nina.
Setelah kurang lebih 25 menit Aku menggenjot Nina, tiba-tiba Nina mengejang.
"K.. Kak..! Nina udah enggak tahan. Nina mau pi.. piss.. oh..!" Kata Nina sambil tersengal-sengal.
"Sabar, Nin! Kita keluarkan Bersama-sama, yah! Satu.." Aku semakin mempercepat gerakan pinggulku.
"Dua.., Ti.. nggak.. oh.. yess..!" Aku Menyemburkan Spermaku, croot.. croot.. croott..! Dan bersamaan dengan itu Nina juga mengalami orgasme.
"Akh.. oh.. yess..!" Nina menyiram kepala penisku dengan cairan orgasmenya. Terasa hangat sekali dan nikmat. Kami saling berpelukan menikmati indahnya orgasme. Setelah penisku menciut di dalam vagina Nina, aku mencabutya. Dan langsung terbaring di samping Nina. Kulihat Nina masih tersengal-sengal. Sambil tersenyum puas, Aku mengecup dahi Nina dan berkata
"Thank's Nina! Kamu telah memberikan harta berhargamu kepada kakak. Kamu menyesal?" Sambil tersenyum Nina menggelengkan kepalanya dan berkata,
"Kakak hebat. Nina bisa belajar banyak tentang Sex malam ini. Dan Nina Serahkan mahkota Nina karena Nina percaya kakak menyayangi Nina. Kakak tak akan ninggalin Nina. Thank's ya Kak! Yang tadi itu nikmat sekali. Rasanya seperti di surga."
Kemudian kami membenahi diri dan membersihkan darah perawan Nina yang berceceran di karpet. Masih memakai BH dan celana dalam, Nina minta Aku memandikan Dia seperti yang Aku lakukan sekitar enam tahun yang lalu. Aku menuruti kemauannya. Dan kamipun madi bareng malam itu. Sementara mandi, pikiran ngereskupun muncul lagi ketika melihat payudara Nina yang mengkilat kena air dari shower. Langsung aja kupeluk Nina dari belakang sambil kuremas payudaranya.
"Mau lagi nih..!" Kata Nina menggoda. Birahiku langsung naik digoda begitu.
"Tapi di tempat tidur aja, Kak. Nina capek berdiri" kata Nina berbisik. Aku langsung menggendong Nina ke tempat tidurnya dan menggenjot Nina di sana. Kembali kami merasakan nikmatnya surga dunia malam itu. Setelah itu kami kelelahan dan langsung tertidur pulas.
Pagi harinya, aku bangun dan Nina tak ada disampingku. Aku mencari-cari tak tahunya ada di dapur sedang menyiapkan sarapan pagi. Maklum tak ada pembantu. Kulihat Nina hanya memakai kaos oblong dan celana dalam saja. Pantatnya yang aduhai, sangat elok dilihat dari belakang. Aku langsung menerjang Nina dari belakang sambil mengecup leher putihnya yang indah. Nina kaget dan langsung memutar badannya. Aku langsung mengecup bibir sensualnya.
"Wah.. orang ini enggak ada puasnya..!" kata Nina Menggoda. Langsung saja kucumbu Nina di dapur. Kemudian Dia melorotkan celana dalamku dan mulai menghisap penisku. Wah, ada kemajuan. Hisapannya semakin sempurna dan hebat. Aku pun tak mau kalah. Kuangkat Dia keatas meja dan menarik celana dalamnya dengan gigiku sampai lepas. Tanganku menyusup ke dalam kaos oblongnya. Dan ternyata Nina tak memakai BH. Langsung aja kuremas-remas susunya sambil kujilat-jilat kelentitnya. Nina minta-minta ampun dengan perlakuanku itu dan memohon supaya Aku menuntaskan kerjaanku dengan cepat.
"Kak.. masukin, Kak.. cepat.. oh.. Nina udah enggak tahan, nih!" Mendengar desahan itu, langsung aja kumasukkan penisku kedalam lubang surganya yang telah banjir dengan cairan pelumas. Penisku masuk dengan mulus karena Nina sudah tidak perawan lagi kayak tadi malam. Dengan leluasa Aku menggenjot Nina di atas meja makan.
Setelah sekitar 15 menit, Nina mengalami orgasme dan disusul dengan Aku yang menyemburkan spermaku di dalam vagina Nina.
"Oh.. enak.. Kak.. akh..!" desah Nina. Aku melenguh dengan keras
"Ah.. yes..! Nina, kamu memang hebat.."
Setelah itu kami sarapan dan mandi sama-sama. Lalu kami pergi ke Mall. Jalan-jalan.
Begitulah setiap harinya kami berdua selama seminggu. Setelah itu Om Bagas dan Tante Rita pulang tanpa curiga sedikitpun kamipun merahasiakan semuanya itu. Kalau ada kesempatan, kami sering melakukkannya di dalam kamarku selama sebulan kami membina hubungan terlarang ini. Sampai Aku harus pulang ke Manado. Nina menangis karena kepergianku. Tapi Aku berjanji akan kembali lagi dan memberikan Nina Kenikmatan yang tiada taranya.
Cerita Dewasa Berasama Supir Angkot
Blog Cerita Dewasa - Kisah ini terjadi ketika aku masih Remaja dan masih duduk di bangku SMA, ketika umurku masih 18 tahun, waktu itu rambutku masih sepanjang sedada dan hitam (sekarang sebahu lebih dan sedikit merah). Di SMA aku termasuk sebagai anak yang menjadi incaran para cowok. Tubuhku cukup proporsional untuk seusiaku dengan buah dada yang sedang tapi kencang serta pinggul yang membentuk, pinggang dan perutku pun ukurannya pas karena rajin olahraga, ditambah lagi kulitku yang putih mulus ini.
Aku pertama mengenal seks dari pacarku yang tak lama kemudian putus, pengalaman pertama itu membuatku haus seks dan selalu ingin mencoba pengalaman yang lebih heboh. Beberapa kali aku berpacaran singkat yang selalu berujung di ranjang. Aku sangat jenuh dengan kehidupan seksku, aku menginginkan seseorang yang bisa membuatku menjerit-jerit dan tak berkutik kehabisan tenaga.
Ketika itu aku belum diijinkan untuk membawa mobil sendiri, jadi untuk keperluan itu orang tuaku mempekerjakaan Bang Tohir sebagai sopir pribadi keluarga kami merangkap pembantu. Dia berusia sekitar 30-an dan mempunyai badan yang tinggi besar serta berisi, kulitnya kehitam-hitaman karena sering bekerja di bawah terik matahari (dia dulu bekerja sebagai sopir truk di pelabuhan). Aku sering memergokinya sedang mengamati bentuk tubuhku, memang sih aku sering memakai baju yang minim di rumah karena panasnya iklim di kotaku. Waktu mengantar jemputku juga dia sering mencuri-curi pandang melihat ke pahaku dengan rok seragam abu-abu yang mini. Begitu juga aku, aku sering membayangkan bagaimana bila aku disenggamai olehnya, seperti apa rasanya bila batangnya yang pasti kekar seperti tubuhnya itu mengaduk-aduk kewanitaanku. Tapi waktu itu aku belum seberani sekarang, aku masih ragu-ragu memikirkan perbedaan status diantara kami.
Obsesiku yang menggebu-gebu untuk merasakan ML dengannya akhirnya benar-benar terwujud dengan rencana yang kusiapkan dengan matang. Hari itu aku baru bubaran pukul 3 karena ada ekstra kurikuler, aku menuju ke tempat parkir dimana Bang Tohir sudah menunggu. Aku berpura-pura tidak enak badan dan menyuruhnya cepat-cepat pulang. Di mobil, sandaran kursi kuturunkan agar bisa berbaring, tubuhku kubaringkan sambil memejamkan mata. Begitu juga kusuruh dia agar tidak menyalakan AC dengan alasan badanku tambah tidak enak, sebagai gantinya aku membuka dua kancing atasku sehingga bra kuningku sedikit tersembul dan itu cukup menarik perhatiannya.
"Non gak apa-apa kan? Sabar ya, bentar lagi sampai kok" hiburnya
Waktu itu dirumah sedang tidak ada siapa-siapa, kedua orang tuaku seperti biasa pulang malam, jadi hanya ada kami berdua. Setelah memasukkan mobil dan mengunci pagar aku memintanya untuk memapahku ke kamarku di lantai dua. Di kamar, dibaringkannya tubuhku di ranjang. Waktu dia mau keluar aku mencegahnya dan menyuruhnya memijat kepalaku. Dia tampak tegang dan berkali-kali menelan ludah melihat posisi tidurku itu dan dadaku yang putih agak menyembul karena kancing atasnya sudah terbuka, apalagi waktu kutekuk kaki kananku sehingga kontan paha mulus dan CD-ku tersingkap. Walaupun memijat kepalaku, namun matanya terus terarah pada pahaku yang tersingkap. Karena terus-terusan disuguhi pemandangan seperti itu ditambah lagi dengan geliat tubuhku, akhirnya dia tidak tahan lagi memegang pahaku. Tangannya yang kasar itu mengelusi pahaku dan merayap makin dalam hingga menggosok kemaluanku dari luar celana dalamku.
"Sshh.. Bang" desahku dengan agak gemetar ketika jarinya menekan bagian tengah kemaluanku yang masih terbungkus celana dalam.
"Tenang Non.. saya sudah dari dulu kesengsem sama Non, apalagi kalau ngeliat Non pake baju olahraga, duh tambah gak kuat Abang ngeliatnya juga" katanya merayu sambil terus mengelusi bagian pangkal pahaku dengan jarinya.
Tohir mulai menjilati pahaku yang putih mulus, kepalanya masuk ke dalam rok abu-abuku, jilatannya perlahan-lahan mulai menjalar menuju ke tengah. Aku hanya dapat mencengkram sprei dan kepala Tohir yang terselubung rokku saat kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup ke pinggir celana dalamku lalu menyentuh bibir vaginaku. Bukan hanya bibir vaginaku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang vaginaku, rasanya wuiihh..gak karuan, geli-geli enak seperti mau pipis. Tangannya yang terus mengelus paha dan pantatku mempercepat naiknya libidoku, apalagi sejak sejak beberapa hari terakhir ini aku belum melakukannya lagi.
Sesaat kemudian, Tohir menarik kepalanya keluar dari rokku, bersamaan dengan itu pula celana dalamku ikut ditarik lepas olehnya. Matanya seperti mau copot melihat kewanitaanku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi dari balik rokku yang tersingkap. Dia dekap tubuhku dari belakang dalam posisi berbaring menyamping. Dengan lembut dia membelai permukaannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke payudaraku, darahku makin bergolak ketika telapak tangannya yang kasar itu menyusup ke balik bra-ku kemudian meremas daging kenyal di baliknya.
"Non, teteknya bagus amat.. sama bagusnya kaya memeknya, Non marah ga saya giniin?" tanyanya dekat telingaku sehingga deru nafasnya serasa menggelitik.
Aku hanya menggelengkan kepalaku dan meresapi dalam-dalam elusan-elusan pada daerah sensitifku. Tohir yang merasa mendapat restu dariku menjadi semakin buas, jari-jarinya kini bukan hanya mengelus kemaluanku tapi juga mulai mengorek-ngoreknya, cup bra-ku yang sebelah kanan diturunkannya sehingga dia dapat melihat jelas payudaraku dengan putingnya yang mungil.
Aku merasakan benda keras di balik celananya yang digesek-gesek pada pantatku. Tohir kelihatan sangat bernafsu melihat payudaraku yang montok itu, tangannya meremas-remas dan terkadang memilin-milin putingnya. Remasannya semakin kasar dan mulai meraih yang kiri setelah dia pelorotkan cup-nya. Ketika dia menciumi leher jenjangku terasa olehku nafasnya juga sudah memburu, bulu kudukku merinding waktu lidahnya menyapu kulit leherku disertai cupangan. Aku hanya bisa meresponnya dengan mendesah dan merintih, bahkan menjerit pendek waktu remasannya pada dadaku mengencang atau jarinya mengebor kemaluanku lebih dalam. Cupanganya bergerak naik menuju mulutku meninggalkan jejak berupa air liur dan bekas gigitan di permukaan kulit yang dilalui. Bibirnya akhirnya bertemu dengan bibirku menyumbat eranganku, dia menciumiku dengan gemas.
Pada awalnya aku menghindari dicium olehnya karena Tohir perokok jadi bau nafasnya tidak sedap, namun dia bergerak lebih cepat dan berhasil melumat bibirku. Lama-lama mulutku mulai terbuka membiarkan lidahnya masuk, dia menyapu langit-langit mulutku dan menggelikitik lidahku dengan lidahnya sehingga lidahku pun turut beradu dengannya. Kami larut dalam birahi sehingga bau mulutnya itu seolah-olah hilang, malahan kini aku lebih berani memainkan lidahku di dalam mulutnya. Setelah puas berrciuman, Tohir melepaskan dekapannya dan melepas ikat pinggang usangnya, lalu membuka celana berikut kolornya. Maka menyembullah kemaluannya yang sudah menegang daritadi. Aku melihat takjub pada benda itu yang begitu besar dan berurat, warnanya hitam pula. Jauh lebih menggairahkan dibanding milik teman-teman SMU-ku yang pernah ML denganku. Dengan tetap memakai kaos berkerahnya, dia berlutut di samping kepalaku dan memintaku mengelusi senjatanya itu. Akupun pelan-pelan meraih benda itu, ya ampun tanganku yang mungil tak muat menggenggamnya, sungguh fantastis ukurannya.
"Ayo Non, emutin kontol saya ini dong, pasti yahud rasanya kalo diemut sama Non" katanya.
Kubimbing penis dalam genggamanku ke mulutku yang mungil dan merah, uuhh.. susah sekali memasukkannya karena ukurannya. Sekilas tercium bau keringat dari penisnya sehingga aku harus menahan nafas juga terasa asin waktu lidahku menyentuh kepalanya, namun aku terus memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju-mundurkan kepalaku. Selain menyepong tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati buah pelirnya.
"Uaahh.. uueennakk banget, Non udah pengalaman yah" ceracaunya menikmati seponganku, sementara tangannya yang bercokol di payudaraku sedang asyik memelintir dan memencet putingku.
Setelah lewat 15 menitan dia melepas penisnya dari mulutku, sepertinya dia tidak mau cepat-cepat orgasme sebelum permainan yang lebih dalam. Akupun merasa lebih lega karena mulutku sudah pegal dan dapat kembali menghirup udara segar. Dia berpindah posisi di antara kedua belah pahaku dengan penis terarah ke vaginaku. Bibir vaginaku disibakkannya sehingga mengganga lebar siap dimasuki dan tangan yang satunya membimbing penisnya menuju sasaran.
"Tahan yah Non, mungkin bakal sakit sedikit, tapi kesananya pasti ueenak tenan" katanya.
Penisnya yang kekar itu menancap perlahan-lahan di dalam vaginaku. Aku memejamkan mata, meringis, dan merintih menahan rasa perih akibat gesekan benda itu pada milikku yang masih sempit, sampai mataku berair. Penisnya susah sekali menerobos vaginaku yang baru pertama kalinya dimasuki yang sebesar itu (milik teman-temanku tidak seperkasa yang satu ini) walaupun sudah dilumasi oleh lendirku.
Tohir memaksanya perlahan-lahan untuk memasukinya. Baru kepalanya saja yang masuk aku sudah kesakitan setengah mati dan merintih seperti mau disembelih. Ternyata si Tohir lihai juga, dia memasukkan penisnya sedikit demi sedikit kalau terhambat ditariknya lalu dimasukkan lagi. Kini dia sudah berhasil memasukkan setengah bagiannya dan mulai memompanya walaupun belum masuk semua. Rintihanku mulai berubah jadi desahan nikmat. Penisnya menggesek dinding-dinding vaginaku, semakin cepat dan semakin dalam, saking keenakannya dia tak sadar penisnya ditekan hingga masuk semua. Ini membuatku merasa sakit bukan main dan aku menyuruhnya berhenti sebentar, namun Tohir yang sudah kalap ini tidak mendengarkanku, malahan dia menggerakkan pinggulnya lebih cepat. Aku dibuatnya serasa terbang ke awang-awang, rasa perih dan nikmat bercampur baur dalam desahan dan gelinjang tubuh kami.
"Oohh.. Non Citra, sayang.. sempit banget.. memekmu.. enaknya!" ceracaunya di tengah aktivitasnya.
Dengan tetap menggenjot, dia melepaskan kaosnya dan melemparnya. Sungguh tubuhnya seperti yang kubayangkan, begitu berisi dan jantan, otot-ototnya membentuk dengan indah, juga otot perutnya yang seperti kotak-kotak. Dari posisi berlutut, dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan menindihku, aku merasa hangat dan nyaman di pelukannya, bau badannya yang khas laki-laki meningkatkan birahiku. Kembali dia melancarkan pompaannya terhadapku, kali ini ditambah lagi dengan cupangan pada leher dan pundakku sambil meremas payudaraku. Genjotannya semakin kuat dan bertenaga, terkadang diselingi dengan gerakan memutar yang membuat vaginaku terasa diobok-obok.
"Ahh.. aahh.. yeahh, terus entot gua Bang" desahku dengan mempererat pelukanku.
Aku mencapai orgasme dalam 20 menit dengan posisi seperti ini, aku melepaskan perasaan itu dengan melolong panjang, tubuhku mengejang dengan dahsyat, kukuku sampai menggores punggungnya, cairan kenikmatanku mengalir deras seperti mata air. Setelah gelombang birahi mulai mereda dia mengelus rambut panjangku seraya berkata, "Non cantik banget waktu keluar tadi, tapi Non pasti lebih cantik lagi kalau telanjang, saya bukain bajunya yah Non, udah basah gini".
Aku cuma bisa mengangguk dengan nafas tersenggal-senggal tanda setuju. Memang badanku sudah basah berkeringat sampai baju seragamku seperti kehujanan, apalagi AC-nya tidak kunyalakan. Tohir meloloskan pakaianku satu persatu, yang terakhir adalah rok abu-abuku yang dia turunkan lewat kakiku, hingga kini yang tersisa hanya sepasang anting di telingaku dan sebuah cincin yang melingkar di jariku.
Dia menelan ludah menatapi tubuhku yang sudah polos, butir-butir keringat nampak di tubuhku, rambutku yang terurai sudah kusut. Tak henti-hentinya di memuji keindahan tubuhku yang bersih terawat ini sambil menggerayanginya. Kemudian dia balikkan tubuhku dan menyuruhku menunggingkan pantat. Akupun mengangkat pantatku memamerkan vaginaku yang merah merekah di hadapan wajahnya. Tohir mendekatkan wajahnya ke sana dan menciumi kedua bongkahan pantatku, dengan gemas dia menjilat dan mengisap kulit pantatku, sementara tangannya membelai-belai punggung dan pahaku. Mulutnya terus merambat ke arah selangkangan. Aku mendesis merasakan sensasi seperti kesetrum waktu lidahnya menyapu naik dari vagina sampai anusku. Kedua jarinya kurasakan membuka kedua bibir vaginaku, dengusan nafasnya mulai terasa di sana lantas dia julurkan lidahnya dan memasukkannya disana. Aku mendesah makin tak karuan, tubuhku menggelinjang, wajahku kubenamkan ke bantal dan menggigitnya, pinggulku kugerak-gerakkan sebagai ekspresi rasa nikmat.
Di tengah-tengah desahan nikmat mendadak kurasakan kok lidahnya berubah jadi keras dan besar pula. Aku menoleh ke belakang, ternyata yang tergesek-gesek di sana bukan lidahnya lagi tapi kepala penisnya. Aku menahan nafas sambil menggigit bibir merasakan kejantanannya menyeruak masuk. Aku merasakan rongga kemaluanku hangat dan penuh oleh penisnya. Urat-urat batangnya sangat terasa pada dinding kemaluanku.
"Oouuhh.. Bang!" itulah yang keluar dari mulutku dengan sedikit bergetar saat penisnya amblas ke dalamku.
Dia mulai mengayunkan pinggulnya mula-mula lembut dan berirama, namun semakin lama frekuensinya semakin cepat dan keras. Aku mulai menggila, suaraku terdengar keras sekali beradu dengan erangannya dan deritan ranjang yang bergoyang. Dia mencengkramkan kedua tangannya pada payudaraku, terasa sedikit kukunya di sana, tapi itu hanya perasaan kecil saja dibanding sensasi yang sedang melandaku. Hujaman-hujaman yang diberikannya menimbulkan perasaan nikmat ke seluruh tubuhku.
Aku menjerit kecil ketika tiba-tiba dia tarik rambutku dan tangan kanannya yang bercokol di payudaraku juga ikut menarikku ke belakang. Rupanya dia ingin menaikkanku ke pangkuannya. Sesudah mencari posisi yang enak, kamipun meneruskan permainan dengan posisi berpangkuan membelakanginya. Aku mengangkat kedua tanganku dan melingkari lehernya, lalu dia menolehkan kepalaku agar bisa melumat bibirku. Aku semakin intens menaik-turunkan tubuhku sambil terus berciuman dengan liar. Tangannya dari belakang tak henti-hentinya meremasi dadaku, putingku yang sudah mengeras itu terus saja dimain-mainkan. Gelinjang tubuhku makin tak terkendali karena merasa akan segera keluar, kugerakkan badanku sekuat tenaga sehingga penis itu menusuk semakin dalam.
Mengetahui aku sudah diambang klimaks, tiba-tiba dia melepaskan pelukannya dan berbaring telentang. Disuruhnya aku membalikan badanku berhadapan dengannya. Harus kuakui dia sungguh hebat dan pandai mempermainkan nafsuku, aku sudah dibuatnya beberapa kali orgasme, tapi dia sendiri masih perkasa. Dia biarkan aku mencari kepuasanku sendiri dalam gaya woman on top. Kelihatannya dia sangat senang menyaksikan payudaraku yang bergoyang-goyang seirama tubuhku yang naik turun. Beberapa menit dalam posisi demikian dia menggulingkan tubuhnya ke samping sehingga aku kembali berada di bawah. Genjotan dan dengusannya semakin keras, menandakan dia akan segera mencapai klimaks, hal yang sama juga kurasakan pada diriku. Otot-otot kemaluanku berkontraksi semakin cepat meremas-remas penisnya. Pada detik-detik mencapai puncak tubuhku mengejang hebat diiringi teriakan panjang. Cairan cintaku seperti juga keringatku mengalir dengan derasnya menimbulkan suara kecipak.
Tohir sendiri sudah mulai orgasme, dia mendesah-desah menyebut namaku, penisnya terasa semakun berdenyut dan ukurannya pun makin membengkak, dan akhirnya.. dengan geraman panjang dia cabut penisnya dari vaginaku. Isi penisnya yang seperti susu kental manis itu dia tumpahkan di atas dada dan perutku. Setelah menyelesaikan hajatnya dia langsung terkulai lemas di sebelah tubuhku yang berlumuran sperma dan keringat. Aku yang juga sudah KO hanya bisa berbaring di atas ranjang yang seprei nya sudah berantakan, mataku terpejam, buah dadaku naik turun seiring nafasku yang ngos-ngosan, pahaku masih mekangkang, celah vaginaku serasa terbuka lebih lebar dari biasanya. Dengan sisa-sisa tenaga, kucoba menyeka ceceran sperma di dadaku, lalu kujilati maninya dijari-jariku.
Sejak saat itu, Tohir sering memintaku melayaninya kapanpun dan dimanapun ada kesempatan. Waktu mengantar-jemputku tidak jarang dia menyuruhku mengoralnya. Tampaknya dia sudah ketagihan dan lupa bahwa aku ini nona majikannya, bayangkan saja terkadang saat aku sedang tidak ‘mood’ pun dia memaksaku. Bahkan pernah suatu ketika aku sedang mencicil belajar menjelang Ebtanas yang sudah 2 minggu lagi, tiba-tiba dia mendatangiku di kamarku (saat itu sudah hampir jam 12 malam dan ortuku sudah tidur), karena lagi belajar aku menolaknya, tapi saking nafsunya dia nekad memperkosaku sampai dasterku sedikit robek, untung kamar ortuku letaknya agak berjauhan dariku. Meskipun begitu aku selalu mengingatkannya agar menjaga sikap di depan orang lain, terutama ortuku dan lebih berhati-hati kalau aku sedang subur dengan memakai kondom atau membuang di luar. Tiga bulan kemudian Tohir berhenti kerja karena ingin mendampingi istrinya yang TKW di Timur Tengah, lagipula waktu itu aku sudah lulus SMU dan sudah diijinkan untuk membawa mobil sendiri.
Aku pertama mengenal seks dari pacarku yang tak lama kemudian putus, pengalaman pertama itu membuatku haus seks dan selalu ingin mencoba pengalaman yang lebih heboh. Beberapa kali aku berpacaran singkat yang selalu berujung di ranjang. Aku sangat jenuh dengan kehidupan seksku, aku menginginkan seseorang yang bisa membuatku menjerit-jerit dan tak berkutik kehabisan tenaga.
Ketika itu aku belum diijinkan untuk membawa mobil sendiri, jadi untuk keperluan itu orang tuaku mempekerjakaan Bang Tohir sebagai sopir pribadi keluarga kami merangkap pembantu. Dia berusia sekitar 30-an dan mempunyai badan yang tinggi besar serta berisi, kulitnya kehitam-hitaman karena sering bekerja di bawah terik matahari (dia dulu bekerja sebagai sopir truk di pelabuhan). Aku sering memergokinya sedang mengamati bentuk tubuhku, memang sih aku sering memakai baju yang minim di rumah karena panasnya iklim di kotaku. Waktu mengantar jemputku juga dia sering mencuri-curi pandang melihat ke pahaku dengan rok seragam abu-abu yang mini. Begitu juga aku, aku sering membayangkan bagaimana bila aku disenggamai olehnya, seperti apa rasanya bila batangnya yang pasti kekar seperti tubuhnya itu mengaduk-aduk kewanitaanku. Tapi waktu itu aku belum seberani sekarang, aku masih ragu-ragu memikirkan perbedaan status diantara kami.
Obsesiku yang menggebu-gebu untuk merasakan ML dengannya akhirnya benar-benar terwujud dengan rencana yang kusiapkan dengan matang. Hari itu aku baru bubaran pukul 3 karena ada ekstra kurikuler, aku menuju ke tempat parkir dimana Bang Tohir sudah menunggu. Aku berpura-pura tidak enak badan dan menyuruhnya cepat-cepat pulang. Di mobil, sandaran kursi kuturunkan agar bisa berbaring, tubuhku kubaringkan sambil memejamkan mata. Begitu juga kusuruh dia agar tidak menyalakan AC dengan alasan badanku tambah tidak enak, sebagai gantinya aku membuka dua kancing atasku sehingga bra kuningku sedikit tersembul dan itu cukup menarik perhatiannya.
"Non gak apa-apa kan? Sabar ya, bentar lagi sampai kok" hiburnya
Waktu itu dirumah sedang tidak ada siapa-siapa, kedua orang tuaku seperti biasa pulang malam, jadi hanya ada kami berdua. Setelah memasukkan mobil dan mengunci pagar aku memintanya untuk memapahku ke kamarku di lantai dua. Di kamar, dibaringkannya tubuhku di ranjang. Waktu dia mau keluar aku mencegahnya dan menyuruhnya memijat kepalaku. Dia tampak tegang dan berkali-kali menelan ludah melihat posisi tidurku itu dan dadaku yang putih agak menyembul karena kancing atasnya sudah terbuka, apalagi waktu kutekuk kaki kananku sehingga kontan paha mulus dan CD-ku tersingkap. Walaupun memijat kepalaku, namun matanya terus terarah pada pahaku yang tersingkap. Karena terus-terusan disuguhi pemandangan seperti itu ditambah lagi dengan geliat tubuhku, akhirnya dia tidak tahan lagi memegang pahaku. Tangannya yang kasar itu mengelusi pahaku dan merayap makin dalam hingga menggosok kemaluanku dari luar celana dalamku.
"Sshh.. Bang" desahku dengan agak gemetar ketika jarinya menekan bagian tengah kemaluanku yang masih terbungkus celana dalam.
"Tenang Non.. saya sudah dari dulu kesengsem sama Non, apalagi kalau ngeliat Non pake baju olahraga, duh tambah gak kuat Abang ngeliatnya juga" katanya merayu sambil terus mengelusi bagian pangkal pahaku dengan jarinya.
Tohir mulai menjilati pahaku yang putih mulus, kepalanya masuk ke dalam rok abu-abuku, jilatannya perlahan-lahan mulai menjalar menuju ke tengah. Aku hanya dapat mencengkram sprei dan kepala Tohir yang terselubung rokku saat kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup ke pinggir celana dalamku lalu menyentuh bibir vaginaku. Bukan hanya bibir vaginaku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang vaginaku, rasanya wuiihh..gak karuan, geli-geli enak seperti mau pipis. Tangannya yang terus mengelus paha dan pantatku mempercepat naiknya libidoku, apalagi sejak sejak beberapa hari terakhir ini aku belum melakukannya lagi.
Sesaat kemudian, Tohir menarik kepalanya keluar dari rokku, bersamaan dengan itu pula celana dalamku ikut ditarik lepas olehnya. Matanya seperti mau copot melihat kewanitaanku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi dari balik rokku yang tersingkap. Dia dekap tubuhku dari belakang dalam posisi berbaring menyamping. Dengan lembut dia membelai permukaannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke payudaraku, darahku makin bergolak ketika telapak tangannya yang kasar itu menyusup ke balik bra-ku kemudian meremas daging kenyal di baliknya.
"Non, teteknya bagus amat.. sama bagusnya kaya memeknya, Non marah ga saya giniin?" tanyanya dekat telingaku sehingga deru nafasnya serasa menggelitik.
Aku hanya menggelengkan kepalaku dan meresapi dalam-dalam elusan-elusan pada daerah sensitifku. Tohir yang merasa mendapat restu dariku menjadi semakin buas, jari-jarinya kini bukan hanya mengelus kemaluanku tapi juga mulai mengorek-ngoreknya, cup bra-ku yang sebelah kanan diturunkannya sehingga dia dapat melihat jelas payudaraku dengan putingnya yang mungil.
Aku merasakan benda keras di balik celananya yang digesek-gesek pada pantatku. Tohir kelihatan sangat bernafsu melihat payudaraku yang montok itu, tangannya meremas-remas dan terkadang memilin-milin putingnya. Remasannya semakin kasar dan mulai meraih yang kiri setelah dia pelorotkan cup-nya. Ketika dia menciumi leher jenjangku terasa olehku nafasnya juga sudah memburu, bulu kudukku merinding waktu lidahnya menyapu kulit leherku disertai cupangan. Aku hanya bisa meresponnya dengan mendesah dan merintih, bahkan menjerit pendek waktu remasannya pada dadaku mengencang atau jarinya mengebor kemaluanku lebih dalam. Cupanganya bergerak naik menuju mulutku meninggalkan jejak berupa air liur dan bekas gigitan di permukaan kulit yang dilalui. Bibirnya akhirnya bertemu dengan bibirku menyumbat eranganku, dia menciumiku dengan gemas.
Pada awalnya aku menghindari dicium olehnya karena Tohir perokok jadi bau nafasnya tidak sedap, namun dia bergerak lebih cepat dan berhasil melumat bibirku. Lama-lama mulutku mulai terbuka membiarkan lidahnya masuk, dia menyapu langit-langit mulutku dan menggelikitik lidahku dengan lidahnya sehingga lidahku pun turut beradu dengannya. Kami larut dalam birahi sehingga bau mulutnya itu seolah-olah hilang, malahan kini aku lebih berani memainkan lidahku di dalam mulutnya. Setelah puas berrciuman, Tohir melepaskan dekapannya dan melepas ikat pinggang usangnya, lalu membuka celana berikut kolornya. Maka menyembullah kemaluannya yang sudah menegang daritadi. Aku melihat takjub pada benda itu yang begitu besar dan berurat, warnanya hitam pula. Jauh lebih menggairahkan dibanding milik teman-teman SMU-ku yang pernah ML denganku. Dengan tetap memakai kaos berkerahnya, dia berlutut di samping kepalaku dan memintaku mengelusi senjatanya itu. Akupun pelan-pelan meraih benda itu, ya ampun tanganku yang mungil tak muat menggenggamnya, sungguh fantastis ukurannya.
"Ayo Non, emutin kontol saya ini dong, pasti yahud rasanya kalo diemut sama Non" katanya.
Kubimbing penis dalam genggamanku ke mulutku yang mungil dan merah, uuhh.. susah sekali memasukkannya karena ukurannya. Sekilas tercium bau keringat dari penisnya sehingga aku harus menahan nafas juga terasa asin waktu lidahku menyentuh kepalanya, namun aku terus memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju-mundurkan kepalaku. Selain menyepong tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati buah pelirnya.
"Uaahh.. uueennakk banget, Non udah pengalaman yah" ceracaunya menikmati seponganku, sementara tangannya yang bercokol di payudaraku sedang asyik memelintir dan memencet putingku.
Setelah lewat 15 menitan dia melepas penisnya dari mulutku, sepertinya dia tidak mau cepat-cepat orgasme sebelum permainan yang lebih dalam. Akupun merasa lebih lega karena mulutku sudah pegal dan dapat kembali menghirup udara segar. Dia berpindah posisi di antara kedua belah pahaku dengan penis terarah ke vaginaku. Bibir vaginaku disibakkannya sehingga mengganga lebar siap dimasuki dan tangan yang satunya membimbing penisnya menuju sasaran.
"Tahan yah Non, mungkin bakal sakit sedikit, tapi kesananya pasti ueenak tenan" katanya.
Penisnya yang kekar itu menancap perlahan-lahan di dalam vaginaku. Aku memejamkan mata, meringis, dan merintih menahan rasa perih akibat gesekan benda itu pada milikku yang masih sempit, sampai mataku berair. Penisnya susah sekali menerobos vaginaku yang baru pertama kalinya dimasuki yang sebesar itu (milik teman-temanku tidak seperkasa yang satu ini) walaupun sudah dilumasi oleh lendirku.
Tohir memaksanya perlahan-lahan untuk memasukinya. Baru kepalanya saja yang masuk aku sudah kesakitan setengah mati dan merintih seperti mau disembelih. Ternyata si Tohir lihai juga, dia memasukkan penisnya sedikit demi sedikit kalau terhambat ditariknya lalu dimasukkan lagi. Kini dia sudah berhasil memasukkan setengah bagiannya dan mulai memompanya walaupun belum masuk semua. Rintihanku mulai berubah jadi desahan nikmat. Penisnya menggesek dinding-dinding vaginaku, semakin cepat dan semakin dalam, saking keenakannya dia tak sadar penisnya ditekan hingga masuk semua. Ini membuatku merasa sakit bukan main dan aku menyuruhnya berhenti sebentar, namun Tohir yang sudah kalap ini tidak mendengarkanku, malahan dia menggerakkan pinggulnya lebih cepat. Aku dibuatnya serasa terbang ke awang-awang, rasa perih dan nikmat bercampur baur dalam desahan dan gelinjang tubuh kami.
"Oohh.. Non Citra, sayang.. sempit banget.. memekmu.. enaknya!" ceracaunya di tengah aktivitasnya.
Dengan tetap menggenjot, dia melepaskan kaosnya dan melemparnya. Sungguh tubuhnya seperti yang kubayangkan, begitu berisi dan jantan, otot-ototnya membentuk dengan indah, juga otot perutnya yang seperti kotak-kotak. Dari posisi berlutut, dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan menindihku, aku merasa hangat dan nyaman di pelukannya, bau badannya yang khas laki-laki meningkatkan birahiku. Kembali dia melancarkan pompaannya terhadapku, kali ini ditambah lagi dengan cupangan pada leher dan pundakku sambil meremas payudaraku. Genjotannya semakin kuat dan bertenaga, terkadang diselingi dengan gerakan memutar yang membuat vaginaku terasa diobok-obok.
"Ahh.. aahh.. yeahh, terus entot gua Bang" desahku dengan mempererat pelukanku.
Aku mencapai orgasme dalam 20 menit dengan posisi seperti ini, aku melepaskan perasaan itu dengan melolong panjang, tubuhku mengejang dengan dahsyat, kukuku sampai menggores punggungnya, cairan kenikmatanku mengalir deras seperti mata air. Setelah gelombang birahi mulai mereda dia mengelus rambut panjangku seraya berkata, "Non cantik banget waktu keluar tadi, tapi Non pasti lebih cantik lagi kalau telanjang, saya bukain bajunya yah Non, udah basah gini".
Aku cuma bisa mengangguk dengan nafas tersenggal-senggal tanda setuju. Memang badanku sudah basah berkeringat sampai baju seragamku seperti kehujanan, apalagi AC-nya tidak kunyalakan. Tohir meloloskan pakaianku satu persatu, yang terakhir adalah rok abu-abuku yang dia turunkan lewat kakiku, hingga kini yang tersisa hanya sepasang anting di telingaku dan sebuah cincin yang melingkar di jariku.
Dia menelan ludah menatapi tubuhku yang sudah polos, butir-butir keringat nampak di tubuhku, rambutku yang terurai sudah kusut. Tak henti-hentinya di memuji keindahan tubuhku yang bersih terawat ini sambil menggerayanginya. Kemudian dia balikkan tubuhku dan menyuruhku menunggingkan pantat. Akupun mengangkat pantatku memamerkan vaginaku yang merah merekah di hadapan wajahnya. Tohir mendekatkan wajahnya ke sana dan menciumi kedua bongkahan pantatku, dengan gemas dia menjilat dan mengisap kulit pantatku, sementara tangannya membelai-belai punggung dan pahaku. Mulutnya terus merambat ke arah selangkangan. Aku mendesis merasakan sensasi seperti kesetrum waktu lidahnya menyapu naik dari vagina sampai anusku. Kedua jarinya kurasakan membuka kedua bibir vaginaku, dengusan nafasnya mulai terasa di sana lantas dia julurkan lidahnya dan memasukkannya disana. Aku mendesah makin tak karuan, tubuhku menggelinjang, wajahku kubenamkan ke bantal dan menggigitnya, pinggulku kugerak-gerakkan sebagai ekspresi rasa nikmat.
Di tengah-tengah desahan nikmat mendadak kurasakan kok lidahnya berubah jadi keras dan besar pula. Aku menoleh ke belakang, ternyata yang tergesek-gesek di sana bukan lidahnya lagi tapi kepala penisnya. Aku menahan nafas sambil menggigit bibir merasakan kejantanannya menyeruak masuk. Aku merasakan rongga kemaluanku hangat dan penuh oleh penisnya. Urat-urat batangnya sangat terasa pada dinding kemaluanku.
"Oouuhh.. Bang!" itulah yang keluar dari mulutku dengan sedikit bergetar saat penisnya amblas ke dalamku.
Dia mulai mengayunkan pinggulnya mula-mula lembut dan berirama, namun semakin lama frekuensinya semakin cepat dan keras. Aku mulai menggila, suaraku terdengar keras sekali beradu dengan erangannya dan deritan ranjang yang bergoyang. Dia mencengkramkan kedua tangannya pada payudaraku, terasa sedikit kukunya di sana, tapi itu hanya perasaan kecil saja dibanding sensasi yang sedang melandaku. Hujaman-hujaman yang diberikannya menimbulkan perasaan nikmat ke seluruh tubuhku.
Aku menjerit kecil ketika tiba-tiba dia tarik rambutku dan tangan kanannya yang bercokol di payudaraku juga ikut menarikku ke belakang. Rupanya dia ingin menaikkanku ke pangkuannya. Sesudah mencari posisi yang enak, kamipun meneruskan permainan dengan posisi berpangkuan membelakanginya. Aku mengangkat kedua tanganku dan melingkari lehernya, lalu dia menolehkan kepalaku agar bisa melumat bibirku. Aku semakin intens menaik-turunkan tubuhku sambil terus berciuman dengan liar. Tangannya dari belakang tak henti-hentinya meremasi dadaku, putingku yang sudah mengeras itu terus saja dimain-mainkan. Gelinjang tubuhku makin tak terkendali karena merasa akan segera keluar, kugerakkan badanku sekuat tenaga sehingga penis itu menusuk semakin dalam.
Mengetahui aku sudah diambang klimaks, tiba-tiba dia melepaskan pelukannya dan berbaring telentang. Disuruhnya aku membalikan badanku berhadapan dengannya. Harus kuakui dia sungguh hebat dan pandai mempermainkan nafsuku, aku sudah dibuatnya beberapa kali orgasme, tapi dia sendiri masih perkasa. Dia biarkan aku mencari kepuasanku sendiri dalam gaya woman on top. Kelihatannya dia sangat senang menyaksikan payudaraku yang bergoyang-goyang seirama tubuhku yang naik turun. Beberapa menit dalam posisi demikian dia menggulingkan tubuhnya ke samping sehingga aku kembali berada di bawah. Genjotan dan dengusannya semakin keras, menandakan dia akan segera mencapai klimaks, hal yang sama juga kurasakan pada diriku. Otot-otot kemaluanku berkontraksi semakin cepat meremas-remas penisnya. Pada detik-detik mencapai puncak tubuhku mengejang hebat diiringi teriakan panjang. Cairan cintaku seperti juga keringatku mengalir dengan derasnya menimbulkan suara kecipak.
Tohir sendiri sudah mulai orgasme, dia mendesah-desah menyebut namaku, penisnya terasa semakun berdenyut dan ukurannya pun makin membengkak, dan akhirnya.. dengan geraman panjang dia cabut penisnya dari vaginaku. Isi penisnya yang seperti susu kental manis itu dia tumpahkan di atas dada dan perutku. Setelah menyelesaikan hajatnya dia langsung terkulai lemas di sebelah tubuhku yang berlumuran sperma dan keringat. Aku yang juga sudah KO hanya bisa berbaring di atas ranjang yang seprei nya sudah berantakan, mataku terpejam, buah dadaku naik turun seiring nafasku yang ngos-ngosan, pahaku masih mekangkang, celah vaginaku serasa terbuka lebih lebar dari biasanya. Dengan sisa-sisa tenaga, kucoba menyeka ceceran sperma di dadaku, lalu kujilati maninya dijari-jariku.
Sejak saat itu, Tohir sering memintaku melayaninya kapanpun dan dimanapun ada kesempatan. Waktu mengantar-jemputku tidak jarang dia menyuruhku mengoralnya. Tampaknya dia sudah ketagihan dan lupa bahwa aku ini nona majikannya, bayangkan saja terkadang saat aku sedang tidak ‘mood’ pun dia memaksaku. Bahkan pernah suatu ketika aku sedang mencicil belajar menjelang Ebtanas yang sudah 2 minggu lagi, tiba-tiba dia mendatangiku di kamarku (saat itu sudah hampir jam 12 malam dan ortuku sudah tidur), karena lagi belajar aku menolaknya, tapi saking nafsunya dia nekad memperkosaku sampai dasterku sedikit robek, untung kamar ortuku letaknya agak berjauhan dariku. Meskipun begitu aku selalu mengingatkannya agar menjaga sikap di depan orang lain, terutama ortuku dan lebih berhati-hati kalau aku sedang subur dengan memakai kondom atau membuang di luar. Tiga bulan kemudian Tohir berhenti kerja karena ingin mendampingi istrinya yang TKW di Timur Tengah, lagipula waktu itu aku sudah lulus SMU dan sudah diijinkan untuk membawa mobil sendiri.
Cerita Dewasa Dengan Shena Kakak Iparku Yang Bohai
Cerita Dewasa Dengan Shena Kakak Iparku Yang Bohai. Cerita Dewasa Terbaru - Aku biasa dipanggil Hardi dan usiaku sekarang 32 tahun. Aku sudah beristri dengan 1 anak usia 2 tahun. Kami bertiga hidup bahagia dalam arti-an kami bertiga saling menyayangi dan mencintai. Namun sebenarnya aku menyimpan rahasia terbesar dalam hidup berumahtangga, terutama rahasia terhadap istriku. Bermula pada saat beberapa tahun yang lalu, ketika aku masih berpacaran dengan istriku. Aku diperkenalkan kepada seluruh keluarga kandung dan keluarga besarnya. Dan dari sekian banyak keluarganya, ada satu yang menggelitik perasaan kelaki-lakianku; yaitu kakak perempuannya yang bernama Shena (sebut saja begitu). Shena dan aku seusia, dia lebih tua beberapa bulan saja, dia sudah menikah dengan suami yang super sibuk dan sudah dikaruniai 1 orang anak yang sudah duduk di sekolah dasar.
Dengan tinggi badan 160 cm, berat badan kurang lebih 46 kg, berkulit putih bersih, memiliki rambut indah tebal dan hitam sebahu, matanya bening, dan memiliki suara agak cempreng tapi menurutku seksi, sangat menggodaku. Pada awalnya kami biasa-biasa saja, seperti misalnya pada saat aku menemani pacarku kerumahnya atau dia menemani pacarku kerumahku, kami hanya ngobrol seperlunya saja, tidak ada yang istimewa sampai setelah aku menikah 2 tahun kemudian dia menghHardiahi kami (aku dan pacarku) dengan sebuah kamar di hotel berbintang dengan dia bersama anak tunggalnya ikut menginap di kamar sebelah kamarku.
Setelah menikah, frekuensi pertemuan aku dengan Shena jHardi lebih sering, dan kami berdua lebih berani untuk ngobrol sambil diselingi canda-canda konyol. Pada suatu hari, aku dan istri beserta mertuaku berdatangan kerumahnya untuk weekend dirumahnya yang memang enak untuk ditinggali. Dengan bangunan megah berlantai dua, pekarangannya yang cukup luas dan ditumbuhi oleh tanaman-tanaman hias, serta beberapa pohon rindang membuat mata segar bila memandang kehijauan di pagi hari. Letak rumahnya juga agak jauh dari tetangga membuat suasana bisa lebih private. Sesampainya disana, setelah istirahat sebentar rupanya istriku dan mertuaku mengajak untuk berbelanja keperluan bulanan.
Tetapi aku agak mengantuk, sehingga aku meminta ijin untuk tidak ikut dan untungnya Shena memiliki supir yang dapat dikaryakan untuk sementara. JHardilah aku tidur di kamar tidur tamu di lantai bawah. Kira-kira setengah jam aku mencoba untuk tidur, anehnya mataku tidak juga terpejam, sehingga aku putus asa dan kuputuskan untuk melihat acara TV dahulu. Aku bangkit dan keluar kamar, tetapi aku agak kaget ternyata Shena tidak ikut berbelanja. Shena menggunakan kaus gombrong berwarna putih, lengan model you can see dan dengan panjang kausnya sampai 15cm diatas lutut kakinya yang putih mulus.
“Lho..kok nggak ikut ?” tanyaku sambil semilir kuhirup wangi parfum yang dipakainya, harum dan menggairahkan,
“Tauk nih..lagi males aja gue..” sahutnya tersenyum dan melirikku sambil membuat sirup orange dingin dimeja makan,
“Herman kemana..?” tanyaku lagi tentang suaminya,
“Lagi keluar negeri, biasa..urusan kHermanrnya..” sahutnya lagi. Lalu aku menuju kedepan sofa tempat menonton TV kemudian aku asik menonton film di TV. Sementara Shena berlalu menuju tingkat atas (mungkin ke kamarnya).
Sedang asik-asiknya aku nonton, tiba-tiba kudengar Shena memanggilku dari lantai atas;
“Di..Hardi..”,
“Yaa..” sahutku,
“Kesini sebentar deh Di..”, dengan tidak terburu-buru aku naik dan mendapatinya sedang duduk disofa besar untuk 3 orang sambil meminum sirup orangenya dan menghidupkan TV. Dilantai atas juga terdapat ruang keluarga mini yang lumayan tersusun apik dengan lantainya dilapisi karpet tebal dan empuk, dan hanya ada 1 buah sofa besar yang sedang diduduki oleh Shena.
“Ada apa neng..?” kataku bercanda setelah aku sampai diatas dan langsung duduk di sofa bersamanya, aku diujung kiri dekat tangga dan Shena diujung kanan.
“Rese luh..sini temenin gue ngobrol ama curhat” katanya,
“Curhat apaan?”, “Apa! ajalah, yang penting gue ada temen ngobrol” katanya lagi. Maka, selama sejam lebih aku ngobrol tentang apa saja dan mendengarkan curhat tentang suaminya. Baru aku tahu, bahwa Shena sebenarnya “bete” berat dengan suaminya, karena sejak menikah sering ditinggal pergi lama oleh suaminya, sering lebih dari sebulan ditinggal.
“Kebayangkan gue kayak gShenana ? Kamu mau nggak temenin aku sekarang ini ?” tanyanya sambil menggeser duduknya mendekatiku setelah gelasnya diletakan dimeja sampingnya. Aku bisa menebak apa yang ada dipikiran dan yang diinginkannya saat ini.
“Kan gue sekarang lagi nemenin..” jawabku lagi sambil membenahi posisi dudukku agar lebih nyaman dan agak serong menghadap Shena. Shena makin mendekat ke posisi dudukku. Setelah tidak ada jarak duduk denganku lagi, Shena mulai membelai rambutku dengan tangan kirinya sambil bertanya
“Mau..?”, aku diam saja sambil tersenyum dan memandang matanya yang mulai sayu menahan sesuatu yang bergolak.
“BagaShenana dengan orang-orang rumah lainnya (pembantu-pembantunya) dan gShenana kalau mendadak istriku dan nyokap pulang ?” tanyaku,
“Mereka tidak akan datang kalau aku nggak panggil dan maknyak bisa berjam-jam kalau belanja.” jawabnya semakin dekat ke wajahku.
Sedetik kemudian tangan kirinya telah dilingkarkan dileherku dan tangan kanannya telah membelai pipi kiriku dengan wajah yang begitu dekat di wajahku diiringi nafas harumnya yang sudah mendengus pelan tetapi tidak beraturan menerpa wajahku. Tanpa pikir panjang lagi, tangan kananku kuselipkan diantara lehernya yang jenjang dan rambutnya yang hitam sebahu, kutarik kepalanya dan kucium bibir merah mudanya yang mungil. Tangan kiriku yang tHardinya diam saja mulai bergerak secara halus membelai-belai dipinggang kanannya.
”Mmhh..mmhh..” nafas Shena mulai memburu dan mendengus-dengus, kami mulai saling melumat bibir dan mulai melakukan French kiss, bibir kami saling menghisap dan menyedot lidah kami yang agak basah, very hot French kiss ini berlangsung dengan dengusan nafas kami yang terus memburu, aku mulai menciumi dagunya, pipinya, kujilati telinganya sebentar, menuju belakang telinganya, kemudian bibir dan lidahku turun menuju lehernya, kuciumi dan kujilati lehernya,
“hhnngg.. Ahhdhii.. oohh.. honeey.. enngghh” desahnya sambil memejamkan matanya menikmati permainan bibir dan lidahku di leher jenjangnya yang putih dan kedua tangannya merengkuh kepalaku, sementara kepala Shena bergerak kekiri dan kekanan menikmati kecupan-kecupan serta jilatan di lehernya.
Tangan kiriku yang awalnya hanya membelai pinggangnya, kemudian turun membelai dan mengusap-usap beberapa saat dipaha kanannya yang putih, mulus dan halus untuk kemudian mulai menyelusup kedalam kaus gombrongnya menuju buah dadanya. Aku agak terkejut merasakan buah dadanya yang agak besar, bulat dan masih kencang, padahal setahuku Shena memberikan ASI ke anak tunggalnya selama setahun lebih. Tanganku bergerak nakal membelai dan meremas-remas lembut dengan sedikit meremas pinggiran bawah buah dada kanannya.
“Buah dadamu masih kencang dan kenyal neng.” kataku sambil kulepas permainan dilehernya dan memandang wajahnya yang manis dan agak bersemu merah tanpa kusudahi remasan tanganku di buah dada kanannya. “Kamu suka yaa..” sahutnya sambil tersenyum dan aku mengangguk.
“Terusin dong..” pintanya manja sambil kembali kami berciuman dengan bergairah.
“Mmhh.. mmhh.. ssrrp.. ssrrp..” ciuman maut kami beradu kembali. Tangan kiriku tetap menjalankan tugasnya, dengan lembut membelai, meremas, dan memuntir putingnya yang mengeras kenyal.
Tangan kanan Shena yang tHardinya berada dikepalaku, sudah turun membelai tonjolan selangkanganku yang masih terbungkus celana katun. Shena menggosok-gosokkan tangan kanannya secara berirama sehingga membuat aku makin terangsang dan kemaluanku makin mengeras dibuatnya. Nafas kami terus memburu diselingi desahan-desahan kecil Shena yang menikmati foreplay ini. Masih dengan posisi miring, tangan kiriku menghentikan pekerjaan meremas buah dadanya untuk turun gunung menuju keselangkangannya. Shena mulai menggeser kaki kanannya untuk meloloskan tangan nakalku menuju sasarannya. Aku mulai meraba-raba CD yang menutup kemaluannya yang kurasakan sudah lembab dan basah.
Perlahan kugesek-gesekkan jari jemariku sementara Shena pasrah merintih-rintih dan mendesah-desah menikmati permainan jemariku dan pagutan-pagutan kecil bibirku serta jilatan-jilatan lidahku dilehernya yang jenjang dan halus diiringi desehan dan rintihannya berulang-ulang. Pinggulnya diangkat-angkat seperti memohon jemariku untuk masuk kedalam CD-nya meningkatkan finger play ku. Tanpa menunggu, jariku bergerak membuka ikatan kanan CD-nya dan mulai membelai rambut kemaluannya yang lembut dan agak jarang. Jari tengahku sengaja kuangkat dahulu untuk sedikit menunda sentuhan di labia mayoranya, sementara ! jari telunjuk dan jari manisku yang bekerja menggesek-gesekkan dan agak kujepit-jepit pinggiran bibir kemaluannya dengan lembut dan penuh perasaan.
Sementara Shena memejamkan matanya dan dari bibir mungilnya mengeluarkan rintihan-rintihan juga desahan-desahan berkali-kali. Kemudian jari tengahku mulai turun dan kugesek-gesekkan untuk membelah bibir kemaluannya yang kurasa sudah basah. Berkali-kali kugesek-gesek dengan sisi dalam jari tengahku, kemudian mulai kutekuk dan kugaruk-garuk jari tengahku agak dalam di bibir kemaluannya yang kenyal, lembut dan bersih. Sementara Shena makin merintih-rintih dan mendesah-desah sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan gerakan naik turun kekiri dan kekanan
“Ouuhh.. hemmhh.. sshh.. aahh.. Dhii.. eehhnakh.. honey.. oohh… ..sshh..” rintih dan desahannya berkali-kali. Finger play ini kusertai dengan ciuman-ciuman di leher dan bibirnya serta sambil kami saling menyedot lidah. Setelah puas dengan posisi miring, kemudian aku agak mendorong tubuhnya untuk duduk dengan posisi selonjor santai, sementara aku berdiri dikarpet dengan dengkulku menghadapnya, Shena agak terdiam dengan nafasnya memburu, perlahan kubuka kaus gombrongnya, saat itulah aku dapat melihat tubuhnya separuh telanjang, lebih putih dan indah dibandingkan istriku yang berkulit agak kecoklatan, dua bukit kembarnya terlihat bulat membusung padat, sangat indah dengan ukuran 36B, putih, dengan puting merah muda dan sudah mengeras menahan nafsu birahi yang bergejolak.
Sambil tangan kiriku bertopang pada tepian sofa, mulutku mulai menciumi buah dada kanannya dan tangan kananku mulai membelai, menekan, dan meremas-remas buah dada kirinya dengan lembut.
“Aahh.. hhnghh.. honeey.. enaak.. bangeet.. terruss.. aahh.. mmnghh.. hihihi.. auhh..adhi..” Shena bergumam tak karuan menikmati permainanku, kedua tangannya meremas dan menarik-narik rambutku. Shena mendesah-desah dan merintih-rintih hebat ketika putingnya kuhisap-hisap dan agak kugigit-gigit kecil sambil tangan kananku meremas buah dada kirinya dan memelintir-pilintir putingnya. Shena sangat menikmati permainanku didadanya bergantian yang kanan dan kiri, hingga dia tak sadar berucap
“Hardii.. oohh.. bhuat ahkhuu puas kayak adhikku di hotel dulu.. hhnghh.. mmhh..”, ups..aku agak kaget, tanpa berhenti bermain aku berpikir rupanya Shena menguping
“malam pertamaku” dulu bersama istriku, memang pada malam itu dan pada ML-ML sebelumnya aku selalu membuat istriku berteriak-teriak menikmati permainan sex-ku. Rupanya..Oke deeh kakak, sekaranglah saat yang sebenarnya juga sudah aku tunggu-tunggu dari dulu.
“Hardii.. sekarang dong.. aahh.. akhu sudah nggak tahann.. oohh..” ujarnya, tapi aku masih ingin berlama-lama menikmati kemulusan dan kehalusan kulit tubuh Shena.
Setelah aku bermain dikedua buah dadanya, menjilat, menghisap, menggigit, meremas dan memelintir, aku jilati seluruh badannya, jalur tengah buah dadanya, perutnya yang ramping, putih dan halus, kugelitik pusarnya yang bersih dengan ujung lidahku, kujilati pinggangnya,
“Aduuh.. geli dong sayang.. uuhh..”, kemudian aku menuju ke kedua pahanya yang putih mulus, kujilati dan kuciumi sepuasnya
“Aahh.. ayo dong sayang.. kamu kok nakal sihh.. aahh..”, sampailah aku di selangkangannya, Shena memakai CD transparan berwarna merah muda yang terbuat dari sutra lembut, dan kulihat sudah sangat basah oleh pelumas kemaluannya.
“Sayang.. kamu mau ngapain?” tanyanya sambil melongokkan kepalanya kebawah kearahku. Aku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku kearahnya nakal. Dengan mudah CD-nya kubuka ikatan sebelah kirinya setelah ikatan kanan telah terbuka, sekarang tubuh Shena sudah polos tanpa sehelai benangpun menghalangi, kemudian aku buka kedua kakinya dan kulihat pemandangan surga dunia yang sangat indah.
Bibir kemaluannya sangat bersih dan berwarna agak merah muda dengan belahan berwarna merah dan sangat bagus (mungkin jarang digunakan oleh suaminya) meskipun sudah melahirkan satu orang anak, dan diatasnya dihiasi bulu-bulu halus dan rapi yang tidak begitu lebat.
“Oohh.. Shena.. bersih dan merah banget..” ujarku memuji,
“hihihi.. suka ya..?” tanyanya, tanpa kujawab lidahku langsung bermain dengan kemaluannya, kujilati seluruh bibir kemaluannya berkali-kali up and down, tubuh Shena mengejang-ngejang
“Aahh..aahh..dhhii..oohh..eenak Hardhii..aahh..Herman nggak pernah mau begini..mmhh..” lidahku mulai menjilati bibir kemaluannya turun naik dan menjilati labia mayoranya dengan ujung! lidahku. Shena menggeliat-geliat, mendesah-desah, dan melenguh-lenguh, aku menjilati kemaluannya sambil kedua tanganku meremas-remas kedua buah dadanya
“Hhnghh.. nngghh.. aahh.. dhii.. honey..” gumamnya sangat menikmati permainan lidah dan bibirku yang menghisap-hisap dan menjilat-jilat klitorisnya berulang-ulang, menghisap-hisap seluruh sudut kemaluannya serta lidahku mendesak-desak kedalam liang kemaluannya berkali-kali tanpa ampun
“Oohhnghh.. dhii.. more.. honey.. more.. ahh..”, tangan kananku kemudian turun untuk bergabung dengan bibir dan lidahku di kemaluannya, sedikit-sedikit dengan gerakan maju mundur jari tengahku kumasuk-masukkan kedalam lubang kemaluannya yang sudah becek, makin lama makin dalam kumasukkan jari tengahku sambil tetap bergerak maju mundur.
Setelah masuk seluruhnya, jari tengahku mulai beraksi menggaruk-garuk seluruh bagian dinding dalam liang surga Shena sambil sesekali kugerakkan ujungnya berputar-putar dan kusentuh-sentuh daerah G-spotnya, Shena meradang dan menggelinjang hebat ketika kusentuh G-spot miliknya. Lidahku tidak berhenti menjilati sambil kuhisap-hisap klitorisnya. Shena berusaha mengimbangi finger playku dengan menggoyang-goyangkan pantatnya naik turun, kekiri dan kekanan dan bibirnya tidak berhenti merintih dan mendesah
“Sshh..enghh..uuhh..Hardhii..ouuhh..aahh..sshh..enghh..” tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya selain suara rintihan, erangan, lenguhan dan desahan kenikmatan. Sekitar 20 menit kemudian liang kemaluannya berkedut-kedut dan menghisap
“Oohhnghh.. ahh.. dhii.. akhu.. sham.. oohh.. henghh.. sham.. phaii.. aahh.. honey.. hengnghh ..aa..aa..” Shena berteriak-teriak mencapai klShenaksnya sambil menyemburkan cairan kental dari dalam kemaluannya yang berdenyut-denyut berkali-kali
“serrtt.. serrtt.. serrtt..” kucabut jariku dan aku langsung menghisap cairan yang keluar dari lubang kemaluannya sampai habis tak bersisa, tubuhnya mengejang dan menggelinjang hebat disertai rintihan kepuasan, kedua kakinya dirapatkan menjepit kepalaku, dan kedua tangannya menekan kepalaku lebih dalam kearah kemaluannya. Kemudian tubuhnya mulai lemas setelah menikmati klShenaksnya yang dahsyat
“Aahh.. Hardhii.. eenghh.. huuhh..” kemaluannya seperti menghisap-hisap bibirku yang masih menempel dalam dan erat di kemaluannya.
“Oh.. Hardi.. kamu gila.. enak banget.. oohh.. lidah dan hisapanmu waow.. tob banget dah.. oohh..” katanya sambil tersenyum puas sekali melihat kearah wajahku yang masih berada diatas kemaluannya sambil kujilati klitorisnya disamping itu tanganku tidak berhenti bekerja di buah dada kanannya,
“Herman nggak pernah mau oral-in aku..oohh..” dengan selingan suara dan desahannya yang menurutku sangat seksi.
Sambil beranjak duduk, Shena mengangkat kepalaku, dan melumat bibirku
“Sekarang gantian aku, kamu sekarang berdiri biar aku yang bekerja, oke ?!?” ujarnya,
“Oke honey, jangan kaget ya..” sahutku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku lagi sambil berdiri, sekilas wajahnya agak keheranan tapi Shena langsung bekerja membuka gesperku, kancing dan retsleting celanaku. Shena agak terkejut melihat tonjolah ditengah CD-ku,
“Wow..berapa ukurannya Di ?” tanyanya, “Kira-kira aja sendiri..” jawabku sekenanya, tanpa ba bi bu Shena langsung meloloskan CD-ku dan dia agak terbelalak dengan kemegahan Patung Liberty-ku dengan helm yang membuntal,
“Aww.. gila.. muat nggak nih..?”, sebelum aku menjawab lidahnya yang mungil dan agak tajam telah memulai serangannya dengan menjilati seluruh bagian kemaluanku, dari ujung sampai pangkal hingga kedua kantung bijiku dihisap-hisapnya rakus
“Sshh.. aahh.. Shena.. sshh..” aku dibuatnya merem melek menikmati jilatannya.
“Abis dicukur ya ?” tanyanya sambil terus menjilat, aku hanya tersenyum sambil membelai kepalanya.
Kemudian Shena mulai membuka bibir mungilnya dan mencoba mengulum kemaluanku, “Mm..” gumamnya, kemaluanku mulai masuk seperempat kemulutnya kemudian Shena berhenti dan lidahnya mulai beraksi dibagian bawah kemaluanku sambil menghisap-hisap kemaluanku “Serrp.. serrp.. serrp..”, tangan kirinya memegang pantat kananku dan tangan kanannya memilin-milin batang kemaluanku, nikmat sekali rasanya
“Aahh.. sshh…” aku menikmati permainannya, lalu mulut mungilnya mulai menelan batang kemaluanku yang tersisa secara perlahan-lahan, kurasa kenikmatan yang amat sangat dan kehangatan rongga mulutnya yang tidak ada taranya saat kemaluanku terbenam seluruhnya didalam mulutnya. Agak nyeri sedikit diujung helmku, tapi itu dikalahkan nikmatnya kuluman bibir iparku ini. Shena mulai memaju mundurkan gerakan kepalanya sambil terus mengulum kemaluanku,
“Sshh.. aahh.. enak.. Shena..a hh.. terus .. sayang.. uuhh..” gumamku, lidahnya tidak berhenti bermain pula sehingga aku merasakan goyangan-goyangan kenikmatan dikemaluanku dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun, nikmat sekali, aku mengikuti irama gerakan maju mundur kepalanya dengan memaju mundurkan pinggulku, kedua tanganku ku benamkan dirambut kepalanya yang kuacak-acak, Ahh nikmat sekali rasanya
“Clop.. clop.. clop..”. Setelah itu dengan agak membungkukkan posisi tubuhku, tangan kananku mulai mengelus-elus punggungnya sedangkan tangan kiriku mulai meremas-remas buah dada kanannya, kuremas, kuperas, kupijit dan kupuntir puting susunya, desahannya mulai terdengar mengiringi desahan dan rintihanku sambil tetap mengulum, mengocok dan menghisap kemaluanku,
“Shena.. mmhh..” rintihku. Mendengar rintihanku, Shena makin mempercepat tempo permainannya, gerakan maju mundur dan jilatan-jilatan lidahnya yang basah makin menggila sambil dihisap dan disedot kemaluanku, dipuntir-puntirnya kemaluanku dengan bibir mungilnya dengan gerakan kepala yang berputar-putar membuat seluruh persendian tubuhku berdesir-desir dan aku merintih tak karuan.
“Aahh.. Shena.. oohh.. mmnghh.. gila benerr.. oohh..” Kuluman dan hisapannya tidak berhenti hingga 20 menit,
“Gila luh.. 20 menit gue oral kamu nggak klShenaks.. sampai pegel mulut gue.” katanya sambil berdiri dan melingkarkan kedua tangannya dileherku untuk kemudian kami berciuman sangat panas, Shena sambil berdiri berjinjit karena tinggiku 172 cm, sedangkan dia 160 cm. 5 menit kami menikmati ciuman membara.
Kedua tanganku meremas-remas kedua bongkahan pinggulnya yang bulat dan padat, namun kenyal dan halus kulitnya, lalu aku membopongnya menuju kekamarnya sambil terus berciuman. Sambil merebahkan tubuh mungilnya, kami berdua terus berciuman panas dan tubuh kami rebah dikasur empuknya sambil terus berpelukan. Nafas kami saling memburu deras menikmati tubuh yang sudah bersimbah keringat, berguling kekanan dan kekiri
“Mmhh.. mmhh.. serrp.. serrp..”, tangan kananku kembali meluncur ke buah dada kirinya, meremas dan memuntir-puntir putingnya, Shena memejamkan mata dan mengernyitkan dahinya menikmati permainan ini sambil bibirnya dan bibirku saling mengulum deras, berpagutan, menghisap lidah, dan dengan nafas saling memburu. Kuciumi kembali lehernya, kiri kanan, Shena mendesah-desah sambil kakinya dilingkarkan dipinggangku dan menggoyang-goyangkan pinggulnya. Kemaluanku terjepit diantara perutnya dan perutku, dan karena Shena menggoyang-goyangkan pinggulnya, kurasakan gesekan-gesekan nikmat pada kemaluanku,
“Aahh..ahh..Hardi..cumbui aku honey..ahh..puasi aku sayang..ehmm..” Shena mengerang-erang. Aku kembali meluncur ke kedua buah dadanya yang indah dan mulai menjilati, menghisap, menggigit-gigit kecil, meremas, dan memilin puting susunya yang sudah mengeras
“Ahh.. terus honey.. oohh.. sshh..”, setelah puas bermain dengan kedua buah dada indahnya, aku menuruni tubuhnya untuk melumat kemaluannya, kujilati semua sudutnya, up and down, kuhisap-hisap klitorisnya dan kujilat-jilat, kuhisap-hisap lubang kemaluan dan klitorisnya sepuas-puasnya
“Oohh.. oohh.. sshh.. aahh.. honey.. kham.. muu.. nakhal.. oohh.. nakhaal.. banget sihh.. henghh.. oohh.. emmhh..” desahan demi desahan diiringi tubuhnya yang menggelinjang dan berkelojotan, kemaluannya terasa makin basah dan lembab,
“Aaahh..dhhii..oohh..” kemaluannya mulai mengempot-empot sebagai tanda hampir mencapai klShenaks, sementara kemaluanku sudah mengeras menunggu giliran untuk menyerang.
Aku melepas jilatan dan hisapanku di kemaluannya untuk kemudian bergerak keatas kearah wajahnya yang manis, kulihat Shena mengigit bibir bawahnya dengan dahinya yang mengerenyit serta nafasnya yang memburu ketika ujung kemaluanku bermain di bibir kemaluannya up and down “Mmhh.. Hardi.. ayo dong.. aku udah nggak tahan nihh.. oohh.. jangan nakal gitu dong.. aahh..” Shena menikmati sentuhan binal ujung kemaluanku dibibir kemaluannya
“Okhe.. honey.. siap-siap yaa..” kataku juga menahan birahi yang sudah memuncak. Perlahan kuturunkan kemaluanku menghunjam ke kemaluannya
“Enghh.. aahh.. Hardi.. oohh.. do it honey.. oohh..” desahnya, Kemaluannya agak sempit dan kurasakan agak kempot kedalam menahan hunjaman kemaluanku.
“Slepp..” baru kepala kemaluanku yang masuk, Shena berteriak
“Enghh.. aahh.. enak sayang.. sshh.. oohh..” sambil mencengkeram bahuku seperti ingin membenamkan kuku-kuku jarinya kekulitku
“Ayo Hardi.. aahh.. terusss honey.. aahh.. aahh..” kemaluannya kembali mengempot-empot dan menghisap-hisap kemaluanku tanda awal menuju klShenaks
“Ahh.. Shena.. enak banget..itu mu.. ahh..” aku menikmati hisapan kemaluannya yang menghisap-hisap kepala kemaluanku. Tidak berapa lama kemudian Shena kembali berteriak
“AHardii.. aahh.. khuu.. aahh.. aahh.. oohh..” Shena kembali berteriak dan merintih mencapai klShenaksnya dShenana baru kepala kemaluanku saja yang masuk. Aku geregetan, sudah dua kali Shena mencapai klShenaks sedangkan aku belum sama sekali, begitu Shena sedang menikmati klShenaksnya, aku langsung menghunjamkan seluruh batang kemaluanku kedalam liang kemaluannya
“Sloop..sloop..sloopp..” dengan gerakan turun naik yang berirama
“Aahh.. aahh.. hemnghh.. oohh.. aahh.. dhii.. aahh.. aahh.. ehh.. nhak ..sha..yang.. enghh..oohh..” Shena mendesah-desah dan berteriak-teriak merasakan nikmatnya rojokan kemaluanku di liang kemaluannya yang sempit dan agak peret.
Aku terus menaik turunkan kemaluanku dan menghunjam-hunjamkan keliang kemaluannya, sementara Shena makin melenguh, mendesah dan merintih-rintih merasakan gesekan-gesekan batang kemaluanku dan garukan-garukan kepala kemaluanku didalam liang kemaluannya yang basah dan kurasakan sangat nikmat, seperti menghisap dan memilin-milin kemaluanku. Suara rintihan dan desahan Shena semakin keras kudengar memenuhi ruang kamarnya sementara deru nafas kami semakin! memburu, dan akhirnya
“Aahh.. dhii..ahh.. khuu.. sam..phai.. lhaa..ghii.. aahh..aahh.. aahh..” jeritnya terputus-putus mencapai kenikmatan ketiganya, aku masih belum puas, kutarik kedua tangannya dan aku menjatuhkan diri kebelakang sehingga posisinya sekarang Shena berada diatasku. Setelah kami beradu pandang dan berciuman mesra sesaat, Shena mulai memaju mundurkan dan memutar pinggulnya, memelintir kemaluanku didalam liang kemaluannya, gerakan-gerakannya berirama dan semakin cepat diiringi suara rintihan dan desahan kami berdua,
“Aahh.. Shena.. oohh.. enak banget..aahh..” aku menikmati gerakan binalnya, sementara kedua tanganku kembali meremas kedua buah dadanya dan jemariku memilin puting-putingnya
“Aahh.. hemhh.. oohh.. nghh.. ” teriakannya kembali menggema keseluruh ruangan kamar,
“Tahan.. dhulu.. aahh.. tahan..” sahutku terbata menikmati gesekan kemaluannya di kemaluanku,
“Enghh.. akhu.. nggak khuat.. oohh.. honey.. aahh..” balasnya sambil mengelinjang-gelinjang hebat dengan kemaluannya yang sudah mengempot-empot
“Seerrt.. seerrt.. seerrt..” Shena mengeluarkan banyak cairan dari dalam kemaluannya dan aku merasakan hangatnya cairan tersebut diseluruh batang kemaluanku, tubuhnya mengigil disertai kemaluannya berdenyut-denyut hebat dan kemudian Shena ambruk dipelukanku kelelahan
“Oohh.. adhi.. hhhh.. mmhh.. hahh..enak banget sayang.. oohh.. mmhh..” bibirnya kembali melumat bibirku sambil menikmati klShenaksnya yang keempat, sementara kemaluanku masih bersarang berdenyut-denyut perkasa didalam kemaluannya yang sangat basah oleh cairan kenikmatan dari kemaluan miliknya yang masih berdenyut-denyut dan menghisap-hisap kemaluanku.
Kami terdiam sesaat, kemudian
“Aku haus banget sayang, aku minum dulu yaa..boleh ?” pintanya memecah kesunyian masih berpelukan erat sambil kubelai-belai punggungnya dengan tangan kiriku dan agak kuremas-remas pantatnya dengan tangan kananku,
“Boleh, tapi jangan lama-lama ya, aku belum apa-apa nih..” ujarku jahil sambil tersenyum. Sambil mencubit pinggangku Shena melepas pelukannya, melepas kemaluanku yang bersarang di liang kemaluannya
“Plop..” sambil memejamkan matanya menikmati sensasi pergeseran kemaluanku dan didinding-dinding kemaluannya yang memisah untuk kemudian berdiri dan berjalan keluar kamar mengambil sirup orange dimeja samping sofa. Kemudian Shena berjalan kembali memasuki kamar sambil minum dan menawarkannya padaku. Aku meneguknya sedikit sambil mengawasi Shena berjalan menuju kamar mandi dalam kamarnya yang besar. Indah sekali pemandangan tubuhnya dari belakang, putih mulus dan tanpa cacat. Shena masuk kekamar mandi, sejenak kuikuti dia, kulihat Shena sedang membasuh tubuh indahnya yang berkeringat dengan handuk “Kenapa ? Udah nggak sabar ya ?” tanyanya sambil melirikku dan tersenyum menggoda.
Tanpa basa-basi kuhampiri Shena, kupeluk dari belakang dan kuciumi tengkuknya, pundaknya dan lehernya. Sementara kedua tanganku bergerilya membelai kulit tubuhnya yang halus.
“Aahh..beneran nggak sabar..hihihi..” ucapnya
“Emang..abis upacaranya banyak amat.”. Sambil tetap membelakanginya, tangan kananku mulai menuju kebuah dada kanan dan kirinya, dengan posisi tangan kananku yang melingkar di dadanya dua bukit bulat nan indah miliknya kugapai, sementara tangan kiriku mulai menuju ke kemaluannya.
“Hemhh..sshh..aahh..enghh..” desahannya mulai terdengar lagi setelah jari tengah tangan kiriku bermain di klitorisnya, sesekali kumasukkan dan kukeluarkan jari tengahku kedalam liang kemaluannya yang mulai basah! dan lembab serta tak ketinggalan tangan kananku meremas-remas buah dada kanan dan kirinya. Kedua kakinya agak diregangkan sehingga memudahkan jemari tangan kiriku bergerak bebas meng-eksplorasi kemaluannya dan bibir serta lidahku tidak berhenti mencium juga menjilat seluruh tengkuk, leher dan pundaknya kiri dan kanan, sementara tangan kanannya menggapai dan membelai-belai rambutku serta tangan kirinya membelai-belai tangan kiriku.
“Ahh.. adhhii.. sshh.. mmhh..enak sayang..enghh..enaakhh..”, kurasakan kemaluan mulai berdenyut-denyut, lalu agak kudorong punggungnya kedepan, kedua tangannya menjejak washtaffel didepannya, kemudian pinggulnya agak kutarik kebelakang serta pinggangnya agak kutekan sedikit kebawah. Setelah itu kudorong kemaluanku membelah kedua kemaluannya dari belakang
“Srreepp..” aku tidak mau tanggung-tanggung kali ini, kujebloskan seluruh batang kemaluanku kedalam liang kemaluannya
“Oouhh.. aahh.. adhhii.. oohh..” teriaknya berkali-kali seiring dengan hunjaman-hunjaman kemaluanku, tangan kiriku mencengkeram pinggang kirinya sedangkan tangan kananku meremas-remas buah dada kanannya yang sudah sangat keras dan kenyal
“Aahh.. Hardhii.. aahh.. harder.. aahh.. harder honey..aahh..” pintanya sehingga gerakan maju mundurku makin beringas
“Pook.. pook.. pook..” bunyi benturan tubuhku dibokongnya. Beberapa lama! kemudian liang kemaluannya mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap kembali dan aku tak kuasa menahan rintihan-rintihan bersamaan dengan rintihannya
“Shena.. aahh.. enak shay.. hemnghh..”
“Aahh.. akhuu.. aahh.. sham.. phai.. aahh..”, “Tahan.. dulu.. sha.. yang..hhuuh..” ujarku sambil terus menghunjam-hunjamkam kemaluanku beringas karena aku juga mulai merasakan hal yang sama,
“Aahh.. akhuu.. nggak.. kuat.. aahh.. AAHH..”
“Seerrt..seerrt..seerrt..” kembali Shena mencapai klShenaks dan menyemburkan cairan kental tubuhnya, berkali-kali, aku nggak peduli dan tetap ku genjot maju mundur kemaluanku ke dalam kemaluannya yang sudah sangat becek.
Kurasakan kemaluanku seperti disedot-sedot dan dipuntir-puntir di dalam kemaluannya yang sudah bereaksi terhadap orgasmenya. Akhirnya mengalirlah lava panas dari dalam tubuhku melewati batang kemaluanku kemudian ke ujungnya lantas memuncratkan sperma hangatku ke dalam kemaluannya yang hangat
“Aahh…” kami mendesah lega setelah sedari tHardi! berpacu mencapai kenikmatan yang amat sangat. Tubuh Shena mengigil menikmati sensasi yang baru saja dilaluinya untuk kemudian kembali mengendur meskipun kemaluannya masih mengempot dan menghisap-hisap, aku diam dan kubiarkan Shena menikmati sensasi kenikmatan klShenaksnya.
“Ahh.. punyamu enak ya Shena.. bisa ngempot-ngempot gini..”ujarku memuji,
“Enak mana sama punya Hardikku ?” tanyanya sambil menghadapkan kearah wajahku dibelakangnya dan tersenyum
“Punyamu..hisapannya lebih hebat..mmhh..” kucium mesra bibirnya dan Shena memejamkan matanya. Kemudian kucabut kemaluanku
“Ploop..” “Aahh..” Shena agak menjerit, dan cepat kugandeng tangannya keluar dari kamar mandi dan kembali ketempat tidur. Setelah Shena merebahkan dirinya terlentang di tempat tidur, aku berada diatasnya sambil kuciumi dan kulumat bibir mungilnya
“Mmhh..mmhh..” tangan kanannya meremas-remas kemaluanku yang masih saja gagah setelah 2 jam bertempur
“Kamu hebat Di, udah 2 jam masih keras aja.. dan kamu bener-bener bikin aku puas.” puji Shena,
“Sekali lagi yaa, yang ini gong nya, aku bikin kamu puas dan nggak akan ngelupain aku selamanya, oke ?!” balasku, sambil berkata aku mulai menggeser tubuhku dan mengangkanginya, kemudian tanganku menuntun kemaluanku memasuki liang kemaluannya menuju pertempuran terakhir pada hari itu.
“Sleepp..”
“Auuwhh..” Shena agak menjerit. Perlahan tapi mantap kudorong kemaluanku, sambil terus kutatap wajah manis iparku ini, Shena merem melek, mengernyitkan dahinya, dan menggigit bibir bawahnya dengan nafas memburu menahan kenikmatan yang amat sangat didinding-dinding kemaluannya yang becek
“Hehhnghh.. engghh.. aahh..” gerangnya.
Aku mulai memaju mundurkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan makin lama makin cepat, makin cepat, dan makin cepat, sementara Shena yang berada dibawahku mulai melingkarkan kedua kaki indahnya kepinggangku dan kedua tangannya memegang kedua tanganku yang sedang menyangga tubuhku, Shena mengerang-erang, mendesah-desah dan melenguh-lenguh
“Aahh…. oohh.. sshh.. teruss.. honey.. oohh..”, sementara akupun terbawa suasana dengusan nafas kami berdua yang memburu dengan menyertainya mendesah, mengerang, dan melenguh bersamanya
“Enghh.. Shenaa.. oohh.. ennakh.. sayang..?” tanyaku
“He-eh.. enghh.. aahh.. enghh.. enakhh.. banghethh.. dhii… aahh..” lenguhannya kadang meninggi disertai jeritan-jeritan kecil dari bibir mungilnya
“Oohh.. Hardhii.. oohh.. enghh..” tubuhnya mulai bergelinjangan dan berkelojotan, matanya mulai dipejamkan, jepitan kaki-kakinya mulai mengetat dipinggangku, kami terus memacu irama persetubuhan kami, aku yang bergerak turun naik memompa dan merojok-rojok batang kemaluanku kedalam liang kemaluannya diimbangi gerakan memutar-mutar pinggul Shena yang menimbulkan sensasi memilin-milin di batang kemaluanku, nikmat sekali.
Kulepas pelukanku untuk kemudian aku merubah posisiku yang tHardinya menidurinya ke posisi duduk, kuangkat kedua kaki Shena yang indah dengan kedua tanganku dan kubuka lebar-lebar untuk kembali kupompa batang kemaluanku kedalam liang kemaluannya yang makin basah dan makin menghisap-hisap
“Enghh.. Hardhii.. oohh.. shaa.. yang.. aahh..” kedua tangan Shena meremas erat bantal dibawah kepalanya yang menengadah keatas disertai rintihan, teriakan, desahan dan lenguhan dari bibir mungilnya yang tidak berhenti. Kepalanya terangguk-angguk dan badannya terguncang-guncang mengimbangi gerakan tubuhku yang makin beringas. Kemudian aku mengubah posisi kedua kaki Shena untuk bersandar dipundakku, sementara agak kudorong tubuhku kedepan, kedua tanganku serta merta bergerak kekedua buah dadanya untuk meremas-remas yang bulat membusung dan memuntir-puntir puting susunya kenyal dan mengeras tanpa kuhentikan penetrasi kemaluanku kedalam liang kemaluannya yang hangat dan basah. Shena tidak berhenti merintih dan mendesah sambil dahinya mengernyit menahan klShenaksnya agar kami lebih lama menikmati permainan yang makin lama semakin nikmat dan membawa kami melayang jauh.
“Oohh.. Ahh.. Dhii.. enghh.. ehn.. nnakhh..” desahan dan rintihan Shena menikmati gesekan-gesekan batang kemaluan dan rojokan-rojokan kepala kemaluanku berirama merangsangku untuk makin memacu pompaanku, nafas kami saling memburu.
Setelah mulai kurasakan ada desakan dari dalam tubuhku untuk menuju kemaluanku, aku merubah posisi lagi untuk kedua tanganku bersangga pada siku-siku tanganku dan membelai-belai rambutnya yang sudah basah oleh kucuran keringat dari kulit kepalanya. Sambil aku merapatkan tubuhku diatas tubuh Shena, kedua kaki Shena mulai menjepit pinggangku lagi untuk memudahkan kami melakukan very deep penetration, rintihan dan desahan nafasnya yang memburu masih terdengar meskipun kami sambil berciuman
“Mmnghh.. mmhh.. oohh.. ahh.. Dhii.. mmhh.. enghh.. aahh..”
“Oohh.. Shenaa.. enghh.. khalau.. mau sampai.. oohh.. bhilang.. ya.. sha.. yang..enghh..aahh..” ujarku meracau
“Iyaa.. honey..oohh..aahh..” tubuh kami berdua makin berkeringat, dan rambut kami juga tambah acak-acakan, sesekali kami saling melumat bibir dengan permainan lidah yang panas disertai gerakan maju mundur pinggulku yang diimbangi gerakan memutar, kekanan dan kekiri pinggul Shena.
“Oohh.. dhii.. oohh.. uu.. dhahh.. belomm.. engghh.. akhu.. udahh.. nggak khuat..niihh,,” erangan-erangan kenikmatan Shena disertai tubuhnya yang makin menggelinjang hebat dan liang kemaluannya yang mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap hampir mencapai klShenaksnya
“Dhikit.. laghi.. sayang.. oohh..” sambutku karena kemaluanku juga sudah mulai berdenyut-denyut
“Aahh.. aa.. dhii.. noww..oohh.. enghh..aahh” jeritnya
“Yeeaa.. aahh..” jeritanku mengiringi jeritan Shena, akhirnya kami mencapai klShenaks bersamaan,
“Srreett.. crreett.. srreett.. crreett..” kami secara bersamaan dan bergantian memuntahkan cairan kenikmatan berkali-kali sambil mengerang-erang dan mendesah desah, kami berpelukan sangat erat, aku menekan pinggulku dan menancapkan kemaluanku sedalam-dalamnya ke dalam liang kemaluan Shena, sementara Shena membelit pinggangku dengan kedua kaki indahnya dan memelukku erat sekali seakan tak ingin dilepaskan lagi sambil kuciumi lehernya dan bibir kami juga saling berciuman.
Nikmat yang kami reguk sangatlah dahsyat dan sangat sulit dilukiskan dengan kata-kata. Sementara kami masih saling berpelukan erat, kemaluan Shena masih mengempot-empot dan menghisap-hisap habis cairan spermaku seakan menelannya sampai habis, dan kemaluanku masih berdenyut-denyut didalamnya,dan kemudian secara perlahan tubuh kami mengendur saling meregang, dan akupun jatuh tergulir disamping kanannya.
Sesaat rebah berdiam diri bersebelahan, Shena kemudian merebahkan kepalanya dipundak kiriku sambil terengah-engah kelelahan dan mencoba mengatur nafasnya setelah menikmati permainan surga dunia kami. Kulit tubuhnya yang putih dan halus berkeringat bersentuhan dengan kulitku yang berkeringat, Shena memelukku mesra, dan tangan kiriku membelai rambut dan pundaknya.
“Hardi.. kamu hebat banget, gue sampai puas banget sore ini, klShenaks yang gue rasakan beberapa kali belum pernah gue alamin sebelumnya, hemmhh..” Shena berkata sambil menghela nafas panjang
“Ma kasih ya sayang.. thank you banget..” ujarnya lagi sambil kami berciuman mesra sekali seakan tak ingin diakhiri. Tak terasa kami sudah mereguk kenikmatan berdua lebih dari 4 jam lamanya dan hari sudah menjelang sore. Setelah puas berciuman dan bermesraan, kami berdua menuju kamar mandi untuk membasuh keringat yang membasahi tubuh kami, kami saling membasuh dan membelai tak lupa diselingi ciuman-ciuman kecil yang mesra. Setelah selesai kami berpakaian dan menuju lantai bawah ke ruang tengah untuk menonton TV dan menunggu istri dan mertuaku serta anaknya pulang dari kegiatan masing-masing. Sambil menunggu kami masih saling berciuman menikmati waktu yang tersisa, Shena berucap padaku
“Hardi..kalo gue telpon, kamu mau dateng untuk temenin gue ya sayang..”
“Pasti !” jawabku, lalu kami kembali berciuman. Sejak kejHardian itu, tiap kali Herman (suaminya) tidak di Jakarta, paling tidak seminggu 2 kali aku pasti datang kerumah Shena iparku itu untuk mereguk kenikmatan berdua hingga larut malam dengan alasan pada istriku lembur atau ada rapat dikHermanr, dan sebulan sekali aku pasti menghabiskan weekendku merengkuh kenikmatan langit ketujuh berdua Shena.
Dengan tinggi badan 160 cm, berat badan kurang lebih 46 kg, berkulit putih bersih, memiliki rambut indah tebal dan hitam sebahu, matanya bening, dan memiliki suara agak cempreng tapi menurutku seksi, sangat menggodaku. Pada awalnya kami biasa-biasa saja, seperti misalnya pada saat aku menemani pacarku kerumahnya atau dia menemani pacarku kerumahku, kami hanya ngobrol seperlunya saja, tidak ada yang istimewa sampai setelah aku menikah 2 tahun kemudian dia menghHardiahi kami (aku dan pacarku) dengan sebuah kamar di hotel berbintang dengan dia bersama anak tunggalnya ikut menginap di kamar sebelah kamarku.
Setelah menikah, frekuensi pertemuan aku dengan Shena jHardi lebih sering, dan kami berdua lebih berani untuk ngobrol sambil diselingi canda-canda konyol. Pada suatu hari, aku dan istri beserta mertuaku berdatangan kerumahnya untuk weekend dirumahnya yang memang enak untuk ditinggali. Dengan bangunan megah berlantai dua, pekarangannya yang cukup luas dan ditumbuhi oleh tanaman-tanaman hias, serta beberapa pohon rindang membuat mata segar bila memandang kehijauan di pagi hari. Letak rumahnya juga agak jauh dari tetangga membuat suasana bisa lebih private. Sesampainya disana, setelah istirahat sebentar rupanya istriku dan mertuaku mengajak untuk berbelanja keperluan bulanan.
Tetapi aku agak mengantuk, sehingga aku meminta ijin untuk tidak ikut dan untungnya Shena memiliki supir yang dapat dikaryakan untuk sementara. JHardilah aku tidur di kamar tidur tamu di lantai bawah. Kira-kira setengah jam aku mencoba untuk tidur, anehnya mataku tidak juga terpejam, sehingga aku putus asa dan kuputuskan untuk melihat acara TV dahulu. Aku bangkit dan keluar kamar, tetapi aku agak kaget ternyata Shena tidak ikut berbelanja. Shena menggunakan kaus gombrong berwarna putih, lengan model you can see dan dengan panjang kausnya sampai 15cm diatas lutut kakinya yang putih mulus.
“Lho..kok nggak ikut ?” tanyaku sambil semilir kuhirup wangi parfum yang dipakainya, harum dan menggairahkan,
“Tauk nih..lagi males aja gue..” sahutnya tersenyum dan melirikku sambil membuat sirup orange dingin dimeja makan,
“Herman kemana..?” tanyaku lagi tentang suaminya,
“Lagi keluar negeri, biasa..urusan kHermanrnya..” sahutnya lagi. Lalu aku menuju kedepan sofa tempat menonton TV kemudian aku asik menonton film di TV. Sementara Shena berlalu menuju tingkat atas (mungkin ke kamarnya).
Sedang asik-asiknya aku nonton, tiba-tiba kudengar Shena memanggilku dari lantai atas;
“Di..Hardi..”,
“Yaa..” sahutku,
“Kesini sebentar deh Di..”, dengan tidak terburu-buru aku naik dan mendapatinya sedang duduk disofa besar untuk 3 orang sambil meminum sirup orangenya dan menghidupkan TV. Dilantai atas juga terdapat ruang keluarga mini yang lumayan tersusun apik dengan lantainya dilapisi karpet tebal dan empuk, dan hanya ada 1 buah sofa besar yang sedang diduduki oleh Shena.
“Ada apa neng..?” kataku bercanda setelah aku sampai diatas dan langsung duduk di sofa bersamanya, aku diujung kiri dekat tangga dan Shena diujung kanan.
“Rese luh..sini temenin gue ngobrol ama curhat” katanya,
“Curhat apaan?”, “Apa! ajalah, yang penting gue ada temen ngobrol” katanya lagi. Maka, selama sejam lebih aku ngobrol tentang apa saja dan mendengarkan curhat tentang suaminya. Baru aku tahu, bahwa Shena sebenarnya “bete” berat dengan suaminya, karena sejak menikah sering ditinggal pergi lama oleh suaminya, sering lebih dari sebulan ditinggal.
“Kebayangkan gue kayak gShenana ? Kamu mau nggak temenin aku sekarang ini ?” tanyanya sambil menggeser duduknya mendekatiku setelah gelasnya diletakan dimeja sampingnya. Aku bisa menebak apa yang ada dipikiran dan yang diinginkannya saat ini.
“Kan gue sekarang lagi nemenin..” jawabku lagi sambil membenahi posisi dudukku agar lebih nyaman dan agak serong menghadap Shena. Shena makin mendekat ke posisi dudukku. Setelah tidak ada jarak duduk denganku lagi, Shena mulai membelai rambutku dengan tangan kirinya sambil bertanya
“Mau..?”, aku diam saja sambil tersenyum dan memandang matanya yang mulai sayu menahan sesuatu yang bergolak.
“BagaShenana dengan orang-orang rumah lainnya (pembantu-pembantunya) dan gShenana kalau mendadak istriku dan nyokap pulang ?” tanyaku,
“Mereka tidak akan datang kalau aku nggak panggil dan maknyak bisa berjam-jam kalau belanja.” jawabnya semakin dekat ke wajahku.
Sedetik kemudian tangan kirinya telah dilingkarkan dileherku dan tangan kanannya telah membelai pipi kiriku dengan wajah yang begitu dekat di wajahku diiringi nafas harumnya yang sudah mendengus pelan tetapi tidak beraturan menerpa wajahku. Tanpa pikir panjang lagi, tangan kananku kuselipkan diantara lehernya yang jenjang dan rambutnya yang hitam sebahu, kutarik kepalanya dan kucium bibir merah mudanya yang mungil. Tangan kiriku yang tHardinya diam saja mulai bergerak secara halus membelai-belai dipinggang kanannya.
”Mmhh..mmhh..” nafas Shena mulai memburu dan mendengus-dengus, kami mulai saling melumat bibir dan mulai melakukan French kiss, bibir kami saling menghisap dan menyedot lidah kami yang agak basah, very hot French kiss ini berlangsung dengan dengusan nafas kami yang terus memburu, aku mulai menciumi dagunya, pipinya, kujilati telinganya sebentar, menuju belakang telinganya, kemudian bibir dan lidahku turun menuju lehernya, kuciumi dan kujilati lehernya,
“hhnngg.. Ahhdhii.. oohh.. honeey.. enngghh” desahnya sambil memejamkan matanya menikmati permainan bibir dan lidahku di leher jenjangnya yang putih dan kedua tangannya merengkuh kepalaku, sementara kepala Shena bergerak kekiri dan kekanan menikmati kecupan-kecupan serta jilatan di lehernya.
Tangan kiriku yang awalnya hanya membelai pinggangnya, kemudian turun membelai dan mengusap-usap beberapa saat dipaha kanannya yang putih, mulus dan halus untuk kemudian mulai menyelusup kedalam kaus gombrongnya menuju buah dadanya. Aku agak terkejut merasakan buah dadanya yang agak besar, bulat dan masih kencang, padahal setahuku Shena memberikan ASI ke anak tunggalnya selama setahun lebih. Tanganku bergerak nakal membelai dan meremas-remas lembut dengan sedikit meremas pinggiran bawah buah dada kanannya.
“Buah dadamu masih kencang dan kenyal neng.” kataku sambil kulepas permainan dilehernya dan memandang wajahnya yang manis dan agak bersemu merah tanpa kusudahi remasan tanganku di buah dada kanannya. “Kamu suka yaa..” sahutnya sambil tersenyum dan aku mengangguk.
“Terusin dong..” pintanya manja sambil kembali kami berciuman dengan bergairah.
“Mmhh.. mmhh.. ssrrp.. ssrrp..” ciuman maut kami beradu kembali. Tangan kiriku tetap menjalankan tugasnya, dengan lembut membelai, meremas, dan memuntir putingnya yang mengeras kenyal.
Tangan kanan Shena yang tHardinya berada dikepalaku, sudah turun membelai tonjolan selangkanganku yang masih terbungkus celana katun. Shena menggosok-gosokkan tangan kanannya secara berirama sehingga membuat aku makin terangsang dan kemaluanku makin mengeras dibuatnya. Nafas kami terus memburu diselingi desahan-desahan kecil Shena yang menikmati foreplay ini. Masih dengan posisi miring, tangan kiriku menghentikan pekerjaan meremas buah dadanya untuk turun gunung menuju keselangkangannya. Shena mulai menggeser kaki kanannya untuk meloloskan tangan nakalku menuju sasarannya. Aku mulai meraba-raba CD yang menutup kemaluannya yang kurasakan sudah lembab dan basah.
Perlahan kugesek-gesekkan jari jemariku sementara Shena pasrah merintih-rintih dan mendesah-desah menikmati permainan jemariku dan pagutan-pagutan kecil bibirku serta jilatan-jilatan lidahku dilehernya yang jenjang dan halus diiringi desehan dan rintihannya berulang-ulang. Pinggulnya diangkat-angkat seperti memohon jemariku untuk masuk kedalam CD-nya meningkatkan finger play ku. Tanpa menunggu, jariku bergerak membuka ikatan kanan CD-nya dan mulai membelai rambut kemaluannya yang lembut dan agak jarang. Jari tengahku sengaja kuangkat dahulu untuk sedikit menunda sentuhan di labia mayoranya, sementara ! jari telunjuk dan jari manisku yang bekerja menggesek-gesekkan dan agak kujepit-jepit pinggiran bibir kemaluannya dengan lembut dan penuh perasaan.
Sementara Shena memejamkan matanya dan dari bibir mungilnya mengeluarkan rintihan-rintihan juga desahan-desahan berkali-kali. Kemudian jari tengahku mulai turun dan kugesek-gesekkan untuk membelah bibir kemaluannya yang kurasa sudah basah. Berkali-kali kugesek-gesek dengan sisi dalam jari tengahku, kemudian mulai kutekuk dan kugaruk-garuk jari tengahku agak dalam di bibir kemaluannya yang kenyal, lembut dan bersih. Sementara Shena makin merintih-rintih dan mendesah-desah sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan gerakan naik turun kekiri dan kekanan
“Ouuhh.. hemmhh.. sshh.. aahh.. Dhii.. eehhnakh.. honey.. oohh… ..sshh..” rintih dan desahannya berkali-kali. Finger play ini kusertai dengan ciuman-ciuman di leher dan bibirnya serta sambil kami saling menyedot lidah. Setelah puas dengan posisi miring, kemudian aku agak mendorong tubuhnya untuk duduk dengan posisi selonjor santai, sementara aku berdiri dikarpet dengan dengkulku menghadapnya, Shena agak terdiam dengan nafasnya memburu, perlahan kubuka kaus gombrongnya, saat itulah aku dapat melihat tubuhnya separuh telanjang, lebih putih dan indah dibandingkan istriku yang berkulit agak kecoklatan, dua bukit kembarnya terlihat bulat membusung padat, sangat indah dengan ukuran 36B, putih, dengan puting merah muda dan sudah mengeras menahan nafsu birahi yang bergejolak.
Sambil tangan kiriku bertopang pada tepian sofa, mulutku mulai menciumi buah dada kanannya dan tangan kananku mulai membelai, menekan, dan meremas-remas buah dada kirinya dengan lembut.
“Aahh.. hhnghh.. honeey.. enaak.. bangeet.. terruss.. aahh.. mmnghh.. hihihi.. auhh..adhi..” Shena bergumam tak karuan menikmati permainanku, kedua tangannya meremas dan menarik-narik rambutku. Shena mendesah-desah dan merintih-rintih hebat ketika putingnya kuhisap-hisap dan agak kugigit-gigit kecil sambil tangan kananku meremas buah dada kirinya dan memelintir-pilintir putingnya. Shena sangat menikmati permainanku didadanya bergantian yang kanan dan kiri, hingga dia tak sadar berucap
“Hardii.. oohh.. bhuat ahkhuu puas kayak adhikku di hotel dulu.. hhnghh.. mmhh..”, ups..aku agak kaget, tanpa berhenti bermain aku berpikir rupanya Shena menguping
“malam pertamaku” dulu bersama istriku, memang pada malam itu dan pada ML-ML sebelumnya aku selalu membuat istriku berteriak-teriak menikmati permainan sex-ku. Rupanya..Oke deeh kakak, sekaranglah saat yang sebenarnya juga sudah aku tunggu-tunggu dari dulu.
“Hardii.. sekarang dong.. aahh.. akhu sudah nggak tahann.. oohh..” ujarnya, tapi aku masih ingin berlama-lama menikmati kemulusan dan kehalusan kulit tubuh Shena.
Setelah aku bermain dikedua buah dadanya, menjilat, menghisap, menggigit, meremas dan memelintir, aku jilati seluruh badannya, jalur tengah buah dadanya, perutnya yang ramping, putih dan halus, kugelitik pusarnya yang bersih dengan ujung lidahku, kujilati pinggangnya,
“Aduuh.. geli dong sayang.. uuhh..”, kemudian aku menuju ke kedua pahanya yang putih mulus, kujilati dan kuciumi sepuasnya
“Aahh.. ayo dong sayang.. kamu kok nakal sihh.. aahh..”, sampailah aku di selangkangannya, Shena memakai CD transparan berwarna merah muda yang terbuat dari sutra lembut, dan kulihat sudah sangat basah oleh pelumas kemaluannya.
“Sayang.. kamu mau ngapain?” tanyanya sambil melongokkan kepalanya kebawah kearahku. Aku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku kearahnya nakal. Dengan mudah CD-nya kubuka ikatan sebelah kirinya setelah ikatan kanan telah terbuka, sekarang tubuh Shena sudah polos tanpa sehelai benangpun menghalangi, kemudian aku buka kedua kakinya dan kulihat pemandangan surga dunia yang sangat indah.
Bibir kemaluannya sangat bersih dan berwarna agak merah muda dengan belahan berwarna merah dan sangat bagus (mungkin jarang digunakan oleh suaminya) meskipun sudah melahirkan satu orang anak, dan diatasnya dihiasi bulu-bulu halus dan rapi yang tidak begitu lebat.
“Oohh.. Shena.. bersih dan merah banget..” ujarku memuji,
“hihihi.. suka ya..?” tanyanya, tanpa kujawab lidahku langsung bermain dengan kemaluannya, kujilati seluruh bibir kemaluannya berkali-kali up and down, tubuh Shena mengejang-ngejang
“Aahh..aahh..dhhii..oohh..eenak Hardhii..aahh..Herman nggak pernah mau begini..mmhh..” lidahku mulai menjilati bibir kemaluannya turun naik dan menjilati labia mayoranya dengan ujung! lidahku. Shena menggeliat-geliat, mendesah-desah, dan melenguh-lenguh, aku menjilati kemaluannya sambil kedua tanganku meremas-remas kedua buah dadanya
“Hhnghh.. nngghh.. aahh.. dhii.. honey..” gumamnya sangat menikmati permainan lidah dan bibirku yang menghisap-hisap dan menjilat-jilat klitorisnya berulang-ulang, menghisap-hisap seluruh sudut kemaluannya serta lidahku mendesak-desak kedalam liang kemaluannya berkali-kali tanpa ampun
“Oohhnghh.. dhii.. more.. honey.. more.. ahh..”, tangan kananku kemudian turun untuk bergabung dengan bibir dan lidahku di kemaluannya, sedikit-sedikit dengan gerakan maju mundur jari tengahku kumasuk-masukkan kedalam lubang kemaluannya yang sudah becek, makin lama makin dalam kumasukkan jari tengahku sambil tetap bergerak maju mundur.
Setelah masuk seluruhnya, jari tengahku mulai beraksi menggaruk-garuk seluruh bagian dinding dalam liang surga Shena sambil sesekali kugerakkan ujungnya berputar-putar dan kusentuh-sentuh daerah G-spotnya, Shena meradang dan menggelinjang hebat ketika kusentuh G-spot miliknya. Lidahku tidak berhenti menjilati sambil kuhisap-hisap klitorisnya. Shena berusaha mengimbangi finger playku dengan menggoyang-goyangkan pantatnya naik turun, kekiri dan kekanan dan bibirnya tidak berhenti merintih dan mendesah
“Sshh..enghh..uuhh..Hardhii..ouuhh..aahh..sshh..enghh..” tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya selain suara rintihan, erangan, lenguhan dan desahan kenikmatan. Sekitar 20 menit kemudian liang kemaluannya berkedut-kedut dan menghisap
“Oohhnghh.. ahh.. dhii.. akhu.. sham.. oohh.. henghh.. sham.. phaii.. aahh.. honey.. hengnghh ..aa..aa..” Shena berteriak-teriak mencapai klShenaksnya sambil menyemburkan cairan kental dari dalam kemaluannya yang berdenyut-denyut berkali-kali
“serrtt.. serrtt.. serrtt..” kucabut jariku dan aku langsung menghisap cairan yang keluar dari lubang kemaluannya sampai habis tak bersisa, tubuhnya mengejang dan menggelinjang hebat disertai rintihan kepuasan, kedua kakinya dirapatkan menjepit kepalaku, dan kedua tangannya menekan kepalaku lebih dalam kearah kemaluannya. Kemudian tubuhnya mulai lemas setelah menikmati klShenaksnya yang dahsyat
“Aahh.. Hardhii.. eenghh.. huuhh..” kemaluannya seperti menghisap-hisap bibirku yang masih menempel dalam dan erat di kemaluannya.
“Oh.. Hardi.. kamu gila.. enak banget.. oohh.. lidah dan hisapanmu waow.. tob banget dah.. oohh..” katanya sambil tersenyum puas sekali melihat kearah wajahku yang masih berada diatas kemaluannya sambil kujilati klitorisnya disamping itu tanganku tidak berhenti bekerja di buah dada kanannya,
“Herman nggak pernah mau oral-in aku..oohh..” dengan selingan suara dan desahannya yang menurutku sangat seksi.
Sambil beranjak duduk, Shena mengangkat kepalaku, dan melumat bibirku
“Sekarang gantian aku, kamu sekarang berdiri biar aku yang bekerja, oke ?!?” ujarnya,
“Oke honey, jangan kaget ya..” sahutku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku lagi sambil berdiri, sekilas wajahnya agak keheranan tapi Shena langsung bekerja membuka gesperku, kancing dan retsleting celanaku. Shena agak terkejut melihat tonjolah ditengah CD-ku,
“Wow..berapa ukurannya Di ?” tanyanya, “Kira-kira aja sendiri..” jawabku sekenanya, tanpa ba bi bu Shena langsung meloloskan CD-ku dan dia agak terbelalak dengan kemegahan Patung Liberty-ku dengan helm yang membuntal,
“Aww.. gila.. muat nggak nih..?”, sebelum aku menjawab lidahnya yang mungil dan agak tajam telah memulai serangannya dengan menjilati seluruh bagian kemaluanku, dari ujung sampai pangkal hingga kedua kantung bijiku dihisap-hisapnya rakus
“Sshh.. aahh.. Shena.. sshh..” aku dibuatnya merem melek menikmati jilatannya.
“Abis dicukur ya ?” tanyanya sambil terus menjilat, aku hanya tersenyum sambil membelai kepalanya.
Kemudian Shena mulai membuka bibir mungilnya dan mencoba mengulum kemaluanku, “Mm..” gumamnya, kemaluanku mulai masuk seperempat kemulutnya kemudian Shena berhenti dan lidahnya mulai beraksi dibagian bawah kemaluanku sambil menghisap-hisap kemaluanku “Serrp.. serrp.. serrp..”, tangan kirinya memegang pantat kananku dan tangan kanannya memilin-milin batang kemaluanku, nikmat sekali rasanya
“Aahh.. sshh…” aku menikmati permainannya, lalu mulut mungilnya mulai menelan batang kemaluanku yang tersisa secara perlahan-lahan, kurasa kenikmatan yang amat sangat dan kehangatan rongga mulutnya yang tidak ada taranya saat kemaluanku terbenam seluruhnya didalam mulutnya. Agak nyeri sedikit diujung helmku, tapi itu dikalahkan nikmatnya kuluman bibir iparku ini. Shena mulai memaju mundurkan gerakan kepalanya sambil terus mengulum kemaluanku,
“Sshh.. aahh.. enak.. Shena..a hh.. terus .. sayang.. uuhh..” gumamku, lidahnya tidak berhenti bermain pula sehingga aku merasakan goyangan-goyangan kenikmatan dikemaluanku dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun, nikmat sekali, aku mengikuti irama gerakan maju mundur kepalanya dengan memaju mundurkan pinggulku, kedua tanganku ku benamkan dirambut kepalanya yang kuacak-acak, Ahh nikmat sekali rasanya
“Clop.. clop.. clop..”. Setelah itu dengan agak membungkukkan posisi tubuhku, tangan kananku mulai mengelus-elus punggungnya sedangkan tangan kiriku mulai meremas-remas buah dada kanannya, kuremas, kuperas, kupijit dan kupuntir puting susunya, desahannya mulai terdengar mengiringi desahan dan rintihanku sambil tetap mengulum, mengocok dan menghisap kemaluanku,
“Shena.. mmhh..” rintihku. Mendengar rintihanku, Shena makin mempercepat tempo permainannya, gerakan maju mundur dan jilatan-jilatan lidahnya yang basah makin menggila sambil dihisap dan disedot kemaluanku, dipuntir-puntirnya kemaluanku dengan bibir mungilnya dengan gerakan kepala yang berputar-putar membuat seluruh persendian tubuhku berdesir-desir dan aku merintih tak karuan.
“Aahh.. Shena.. oohh.. mmnghh.. gila benerr.. oohh..” Kuluman dan hisapannya tidak berhenti hingga 20 menit,
“Gila luh.. 20 menit gue oral kamu nggak klShenaks.. sampai pegel mulut gue.” katanya sambil berdiri dan melingkarkan kedua tangannya dileherku untuk kemudian kami berciuman sangat panas, Shena sambil berdiri berjinjit karena tinggiku 172 cm, sedangkan dia 160 cm. 5 menit kami menikmati ciuman membara.
Kedua tanganku meremas-remas kedua bongkahan pinggulnya yang bulat dan padat, namun kenyal dan halus kulitnya, lalu aku membopongnya menuju kekamarnya sambil terus berciuman. Sambil merebahkan tubuh mungilnya, kami berdua terus berciuman panas dan tubuh kami rebah dikasur empuknya sambil terus berpelukan. Nafas kami saling memburu deras menikmati tubuh yang sudah bersimbah keringat, berguling kekanan dan kekiri
“Mmhh.. mmhh.. serrp.. serrp..”, tangan kananku kembali meluncur ke buah dada kirinya, meremas dan memuntir-puntir putingnya, Shena memejamkan mata dan mengernyitkan dahinya menikmati permainan ini sambil bibirnya dan bibirku saling mengulum deras, berpagutan, menghisap lidah, dan dengan nafas saling memburu. Kuciumi kembali lehernya, kiri kanan, Shena mendesah-desah sambil kakinya dilingkarkan dipinggangku dan menggoyang-goyangkan pinggulnya. Kemaluanku terjepit diantara perutnya dan perutku, dan karena Shena menggoyang-goyangkan pinggulnya, kurasakan gesekan-gesekan nikmat pada kemaluanku,
“Aahh..ahh..Hardi..cumbui aku honey..ahh..puasi aku sayang..ehmm..” Shena mengerang-erang. Aku kembali meluncur ke kedua buah dadanya yang indah dan mulai menjilati, menghisap, menggigit-gigit kecil, meremas, dan memilin puting susunya yang sudah mengeras
“Ahh.. terus honey.. oohh.. sshh..”, setelah puas bermain dengan kedua buah dada indahnya, aku menuruni tubuhnya untuk melumat kemaluannya, kujilati semua sudutnya, up and down, kuhisap-hisap klitorisnya dan kujilat-jilat, kuhisap-hisap lubang kemaluan dan klitorisnya sepuas-puasnya
“Oohh.. oohh.. sshh.. aahh.. honey.. kham.. muu.. nakhal.. oohh.. nakhaal.. banget sihh.. henghh.. oohh.. emmhh..” desahan demi desahan diiringi tubuhnya yang menggelinjang dan berkelojotan, kemaluannya terasa makin basah dan lembab,
“Aaahh..dhhii..oohh..” kemaluannya mulai mengempot-empot sebagai tanda hampir mencapai klShenaks, sementara kemaluanku sudah mengeras menunggu giliran untuk menyerang.
Aku melepas jilatan dan hisapanku di kemaluannya untuk kemudian bergerak keatas kearah wajahnya yang manis, kulihat Shena mengigit bibir bawahnya dengan dahinya yang mengerenyit serta nafasnya yang memburu ketika ujung kemaluanku bermain di bibir kemaluannya up and down “Mmhh.. Hardi.. ayo dong.. aku udah nggak tahan nihh.. oohh.. jangan nakal gitu dong.. aahh..” Shena menikmati sentuhan binal ujung kemaluanku dibibir kemaluannya
“Okhe.. honey.. siap-siap yaa..” kataku juga menahan birahi yang sudah memuncak. Perlahan kuturunkan kemaluanku menghunjam ke kemaluannya
“Enghh.. aahh.. Hardi.. oohh.. do it honey.. oohh..” desahnya, Kemaluannya agak sempit dan kurasakan agak kempot kedalam menahan hunjaman kemaluanku.
“Slepp..” baru kepala kemaluanku yang masuk, Shena berteriak
“Enghh.. aahh.. enak sayang.. sshh.. oohh..” sambil mencengkeram bahuku seperti ingin membenamkan kuku-kuku jarinya kekulitku
“Ayo Hardi.. aahh.. terusss honey.. aahh.. aahh..” kemaluannya kembali mengempot-empot dan menghisap-hisap kemaluanku tanda awal menuju klShenaks
“Ahh.. Shena.. enak banget..itu mu.. ahh..” aku menikmati hisapan kemaluannya yang menghisap-hisap kepala kemaluanku. Tidak berapa lama kemudian Shena kembali berteriak
“AHardii.. aahh.. khuu.. aahh.. aahh.. oohh..” Shena kembali berteriak dan merintih mencapai klShenaksnya dShenana baru kepala kemaluanku saja yang masuk. Aku geregetan, sudah dua kali Shena mencapai klShenaks sedangkan aku belum sama sekali, begitu Shena sedang menikmati klShenaksnya, aku langsung menghunjamkan seluruh batang kemaluanku kedalam liang kemaluannya
“Sloop..sloop..sloopp..” dengan gerakan turun naik yang berirama
“Aahh.. aahh.. hemnghh.. oohh.. aahh.. dhii.. aahh.. aahh.. ehh.. nhak ..sha..yang.. enghh..oohh..” Shena mendesah-desah dan berteriak-teriak merasakan nikmatnya rojokan kemaluanku di liang kemaluannya yang sempit dan agak peret.
Aku terus menaik turunkan kemaluanku dan menghunjam-hunjamkan keliang kemaluannya, sementara Shena makin melenguh, mendesah dan merintih-rintih merasakan gesekan-gesekan batang kemaluanku dan garukan-garukan kepala kemaluanku didalam liang kemaluannya yang basah dan kurasakan sangat nikmat, seperti menghisap dan memilin-milin kemaluanku. Suara rintihan dan desahan Shena semakin keras kudengar memenuhi ruang kamarnya sementara deru nafas kami semakin! memburu, dan akhirnya
“Aahh.. dhii..ahh.. khuu.. sam..phai.. lhaa..ghii.. aahh..aahh.. aahh..” jeritnya terputus-putus mencapai kenikmatan ketiganya, aku masih belum puas, kutarik kedua tangannya dan aku menjatuhkan diri kebelakang sehingga posisinya sekarang Shena berada diatasku. Setelah kami beradu pandang dan berciuman mesra sesaat, Shena mulai memaju mundurkan dan memutar pinggulnya, memelintir kemaluanku didalam liang kemaluannya, gerakan-gerakannya berirama dan semakin cepat diiringi suara rintihan dan desahan kami berdua,
“Aahh.. Shena.. oohh.. enak banget..aahh..” aku menikmati gerakan binalnya, sementara kedua tanganku kembali meremas kedua buah dadanya dan jemariku memilin puting-putingnya
“Aahh.. hemhh.. oohh.. nghh.. ” teriakannya kembali menggema keseluruh ruangan kamar,
“Tahan.. dhulu.. aahh.. tahan..” sahutku terbata menikmati gesekan kemaluannya di kemaluanku,
“Enghh.. akhu.. nggak khuat.. oohh.. honey.. aahh..” balasnya sambil mengelinjang-gelinjang hebat dengan kemaluannya yang sudah mengempot-empot
“Seerrt.. seerrt.. seerrt..” Shena mengeluarkan banyak cairan dari dalam kemaluannya dan aku merasakan hangatnya cairan tersebut diseluruh batang kemaluanku, tubuhnya mengigil disertai kemaluannya berdenyut-denyut hebat dan kemudian Shena ambruk dipelukanku kelelahan
“Oohh.. adhi.. hhhh.. mmhh.. hahh..enak banget sayang.. oohh.. mmhh..” bibirnya kembali melumat bibirku sambil menikmati klShenaksnya yang keempat, sementara kemaluanku masih bersarang berdenyut-denyut perkasa didalam kemaluannya yang sangat basah oleh cairan kenikmatan dari kemaluan miliknya yang masih berdenyut-denyut dan menghisap-hisap kemaluanku.
Kami terdiam sesaat, kemudian
“Aku haus banget sayang, aku minum dulu yaa..boleh ?” pintanya memecah kesunyian masih berpelukan erat sambil kubelai-belai punggungnya dengan tangan kiriku dan agak kuremas-remas pantatnya dengan tangan kananku,
“Boleh, tapi jangan lama-lama ya, aku belum apa-apa nih..” ujarku jahil sambil tersenyum. Sambil mencubit pinggangku Shena melepas pelukannya, melepas kemaluanku yang bersarang di liang kemaluannya
“Plop..” sambil memejamkan matanya menikmati sensasi pergeseran kemaluanku dan didinding-dinding kemaluannya yang memisah untuk kemudian berdiri dan berjalan keluar kamar mengambil sirup orange dimeja samping sofa. Kemudian Shena berjalan kembali memasuki kamar sambil minum dan menawarkannya padaku. Aku meneguknya sedikit sambil mengawasi Shena berjalan menuju kamar mandi dalam kamarnya yang besar. Indah sekali pemandangan tubuhnya dari belakang, putih mulus dan tanpa cacat. Shena masuk kekamar mandi, sejenak kuikuti dia, kulihat Shena sedang membasuh tubuh indahnya yang berkeringat dengan handuk “Kenapa ? Udah nggak sabar ya ?” tanyanya sambil melirikku dan tersenyum menggoda.
Tanpa basa-basi kuhampiri Shena, kupeluk dari belakang dan kuciumi tengkuknya, pundaknya dan lehernya. Sementara kedua tanganku bergerilya membelai kulit tubuhnya yang halus.
“Aahh..beneran nggak sabar..hihihi..” ucapnya
“Emang..abis upacaranya banyak amat.”. Sambil tetap membelakanginya, tangan kananku mulai menuju kebuah dada kanan dan kirinya, dengan posisi tangan kananku yang melingkar di dadanya dua bukit bulat nan indah miliknya kugapai, sementara tangan kiriku mulai menuju ke kemaluannya.
“Hemhh..sshh..aahh..enghh..” desahannya mulai terdengar lagi setelah jari tengah tangan kiriku bermain di klitorisnya, sesekali kumasukkan dan kukeluarkan jari tengahku kedalam liang kemaluannya yang mulai basah! dan lembab serta tak ketinggalan tangan kananku meremas-remas buah dada kanan dan kirinya. Kedua kakinya agak diregangkan sehingga memudahkan jemari tangan kiriku bergerak bebas meng-eksplorasi kemaluannya dan bibir serta lidahku tidak berhenti mencium juga menjilat seluruh tengkuk, leher dan pundaknya kiri dan kanan, sementara tangan kanannya menggapai dan membelai-belai rambutku serta tangan kirinya membelai-belai tangan kiriku.
“Ahh.. adhhii.. sshh.. mmhh..enak sayang..enghh..enaakhh..”, kurasakan kemaluan mulai berdenyut-denyut, lalu agak kudorong punggungnya kedepan, kedua tangannya menjejak washtaffel didepannya, kemudian pinggulnya agak kutarik kebelakang serta pinggangnya agak kutekan sedikit kebawah. Setelah itu kudorong kemaluanku membelah kedua kemaluannya dari belakang
“Srreepp..” aku tidak mau tanggung-tanggung kali ini, kujebloskan seluruh batang kemaluanku kedalam liang kemaluannya
“Oouhh.. aahh.. adhhii.. oohh..” teriaknya berkali-kali seiring dengan hunjaman-hunjaman kemaluanku, tangan kiriku mencengkeram pinggang kirinya sedangkan tangan kananku meremas-remas buah dada kanannya yang sudah sangat keras dan kenyal
“Aahh.. Hardhii.. aahh.. harder.. aahh.. harder honey..aahh..” pintanya sehingga gerakan maju mundurku makin beringas
“Pook.. pook.. pook..” bunyi benturan tubuhku dibokongnya. Beberapa lama! kemudian liang kemaluannya mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap kembali dan aku tak kuasa menahan rintihan-rintihan bersamaan dengan rintihannya
“Shena.. aahh.. enak shay.. hemnghh..”
“Aahh.. akhuu.. aahh.. sham.. phai.. aahh..”, “Tahan.. dulu.. sha.. yang..hhuuh..” ujarku sambil terus menghunjam-hunjamkam kemaluanku beringas karena aku juga mulai merasakan hal yang sama,
“Aahh.. akhuu.. nggak.. kuat.. aahh.. AAHH..”
“Seerrt..seerrt..seerrt..” kembali Shena mencapai klShenaks dan menyemburkan cairan kental tubuhnya, berkali-kali, aku nggak peduli dan tetap ku genjot maju mundur kemaluanku ke dalam kemaluannya yang sudah sangat becek.
Kurasakan kemaluanku seperti disedot-sedot dan dipuntir-puntir di dalam kemaluannya yang sudah bereaksi terhadap orgasmenya. Akhirnya mengalirlah lava panas dari dalam tubuhku melewati batang kemaluanku kemudian ke ujungnya lantas memuncratkan sperma hangatku ke dalam kemaluannya yang hangat
“Aahh…” kami mendesah lega setelah sedari tHardi! berpacu mencapai kenikmatan yang amat sangat. Tubuh Shena mengigil menikmati sensasi yang baru saja dilaluinya untuk kemudian kembali mengendur meskipun kemaluannya masih mengempot dan menghisap-hisap, aku diam dan kubiarkan Shena menikmati sensasi kenikmatan klShenaksnya.
“Ahh.. punyamu enak ya Shena.. bisa ngempot-ngempot gini..”ujarku memuji,
“Enak mana sama punya Hardikku ?” tanyanya sambil menghadapkan kearah wajahku dibelakangnya dan tersenyum
“Punyamu..hisapannya lebih hebat..mmhh..” kucium mesra bibirnya dan Shena memejamkan matanya. Kemudian kucabut kemaluanku
“Ploop..” “Aahh..” Shena agak menjerit, dan cepat kugandeng tangannya keluar dari kamar mandi dan kembali ketempat tidur. Setelah Shena merebahkan dirinya terlentang di tempat tidur, aku berada diatasnya sambil kuciumi dan kulumat bibir mungilnya
“Mmhh..mmhh..” tangan kanannya meremas-remas kemaluanku yang masih saja gagah setelah 2 jam bertempur
“Kamu hebat Di, udah 2 jam masih keras aja.. dan kamu bener-bener bikin aku puas.” puji Shena,
“Sekali lagi yaa, yang ini gong nya, aku bikin kamu puas dan nggak akan ngelupain aku selamanya, oke ?!” balasku, sambil berkata aku mulai menggeser tubuhku dan mengangkanginya, kemudian tanganku menuntun kemaluanku memasuki liang kemaluannya menuju pertempuran terakhir pada hari itu.
“Sleepp..”
“Auuwhh..” Shena agak menjerit. Perlahan tapi mantap kudorong kemaluanku, sambil terus kutatap wajah manis iparku ini, Shena merem melek, mengernyitkan dahinya, dan menggigit bibir bawahnya dengan nafas memburu menahan kenikmatan yang amat sangat didinding-dinding kemaluannya yang becek
“Hehhnghh.. engghh.. aahh..” gerangnya.
Aku mulai memaju mundurkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan makin lama makin cepat, makin cepat, dan makin cepat, sementara Shena yang berada dibawahku mulai melingkarkan kedua kaki indahnya kepinggangku dan kedua tangannya memegang kedua tanganku yang sedang menyangga tubuhku, Shena mengerang-erang, mendesah-desah dan melenguh-lenguh
“Aahh…. oohh.. sshh.. teruss.. honey.. oohh..”, sementara akupun terbawa suasana dengusan nafas kami berdua yang memburu dengan menyertainya mendesah, mengerang, dan melenguh bersamanya
“Enghh.. Shenaa.. oohh.. ennakh.. sayang..?” tanyaku
“He-eh.. enghh.. aahh.. enghh.. enakhh.. banghethh.. dhii… aahh..” lenguhannya kadang meninggi disertai jeritan-jeritan kecil dari bibir mungilnya
“Oohh.. Hardhii.. oohh.. enghh..” tubuhnya mulai bergelinjangan dan berkelojotan, matanya mulai dipejamkan, jepitan kaki-kakinya mulai mengetat dipinggangku, kami terus memacu irama persetubuhan kami, aku yang bergerak turun naik memompa dan merojok-rojok batang kemaluanku kedalam liang kemaluannya diimbangi gerakan memutar-mutar pinggul Shena yang menimbulkan sensasi memilin-milin di batang kemaluanku, nikmat sekali.
Kulepas pelukanku untuk kemudian aku merubah posisiku yang tHardinya menidurinya ke posisi duduk, kuangkat kedua kaki Shena yang indah dengan kedua tanganku dan kubuka lebar-lebar untuk kembali kupompa batang kemaluanku kedalam liang kemaluannya yang makin basah dan makin menghisap-hisap
“Enghh.. Hardhii.. oohh.. shaa.. yang.. aahh..” kedua tangan Shena meremas erat bantal dibawah kepalanya yang menengadah keatas disertai rintihan, teriakan, desahan dan lenguhan dari bibir mungilnya yang tidak berhenti. Kepalanya terangguk-angguk dan badannya terguncang-guncang mengimbangi gerakan tubuhku yang makin beringas. Kemudian aku mengubah posisi kedua kaki Shena untuk bersandar dipundakku, sementara agak kudorong tubuhku kedepan, kedua tanganku serta merta bergerak kekedua buah dadanya untuk meremas-remas yang bulat membusung dan memuntir-puntir puting susunya kenyal dan mengeras tanpa kuhentikan penetrasi kemaluanku kedalam liang kemaluannya yang hangat dan basah. Shena tidak berhenti merintih dan mendesah sambil dahinya mengernyit menahan klShenaksnya agar kami lebih lama menikmati permainan yang makin lama semakin nikmat dan membawa kami melayang jauh.
“Oohh.. Ahh.. Dhii.. enghh.. ehn.. nnakhh..” desahan dan rintihan Shena menikmati gesekan-gesekan batang kemaluan dan rojokan-rojokan kepala kemaluanku berirama merangsangku untuk makin memacu pompaanku, nafas kami saling memburu.
Setelah mulai kurasakan ada desakan dari dalam tubuhku untuk menuju kemaluanku, aku merubah posisi lagi untuk kedua tanganku bersangga pada siku-siku tanganku dan membelai-belai rambutnya yang sudah basah oleh kucuran keringat dari kulit kepalanya. Sambil aku merapatkan tubuhku diatas tubuh Shena, kedua kaki Shena mulai menjepit pinggangku lagi untuk memudahkan kami melakukan very deep penetration, rintihan dan desahan nafasnya yang memburu masih terdengar meskipun kami sambil berciuman
“Mmnghh.. mmhh.. oohh.. ahh.. Dhii.. mmhh.. enghh.. aahh..”
“Oohh.. Shenaa.. enghh.. khalau.. mau sampai.. oohh.. bhilang.. ya.. sha.. yang..enghh..aahh..” ujarku meracau
“Iyaa.. honey..oohh..aahh..” tubuh kami berdua makin berkeringat, dan rambut kami juga tambah acak-acakan, sesekali kami saling melumat bibir dengan permainan lidah yang panas disertai gerakan maju mundur pinggulku yang diimbangi gerakan memutar, kekanan dan kekiri pinggul Shena.
“Oohh.. dhii.. oohh.. uu.. dhahh.. belomm.. engghh.. akhu.. udahh.. nggak khuat..niihh,,” erangan-erangan kenikmatan Shena disertai tubuhnya yang makin menggelinjang hebat dan liang kemaluannya yang mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap hampir mencapai klShenaksnya
“Dhikit.. laghi.. sayang.. oohh..” sambutku karena kemaluanku juga sudah mulai berdenyut-denyut
“Aahh.. aa.. dhii.. noww..oohh.. enghh..aahh” jeritnya
“Yeeaa.. aahh..” jeritanku mengiringi jeritan Shena, akhirnya kami mencapai klShenaks bersamaan,
“Srreett.. crreett.. srreett.. crreett..” kami secara bersamaan dan bergantian memuntahkan cairan kenikmatan berkali-kali sambil mengerang-erang dan mendesah desah, kami berpelukan sangat erat, aku menekan pinggulku dan menancapkan kemaluanku sedalam-dalamnya ke dalam liang kemaluan Shena, sementara Shena membelit pinggangku dengan kedua kaki indahnya dan memelukku erat sekali seakan tak ingin dilepaskan lagi sambil kuciumi lehernya dan bibir kami juga saling berciuman.
Nikmat yang kami reguk sangatlah dahsyat dan sangat sulit dilukiskan dengan kata-kata. Sementara kami masih saling berpelukan erat, kemaluan Shena masih mengempot-empot dan menghisap-hisap habis cairan spermaku seakan menelannya sampai habis, dan kemaluanku masih berdenyut-denyut didalamnya,dan kemudian secara perlahan tubuh kami mengendur saling meregang, dan akupun jatuh tergulir disamping kanannya.
Sesaat rebah berdiam diri bersebelahan, Shena kemudian merebahkan kepalanya dipundak kiriku sambil terengah-engah kelelahan dan mencoba mengatur nafasnya setelah menikmati permainan surga dunia kami. Kulit tubuhnya yang putih dan halus berkeringat bersentuhan dengan kulitku yang berkeringat, Shena memelukku mesra, dan tangan kiriku membelai rambut dan pundaknya.
“Hardi.. kamu hebat banget, gue sampai puas banget sore ini, klShenaks yang gue rasakan beberapa kali belum pernah gue alamin sebelumnya, hemmhh..” Shena berkata sambil menghela nafas panjang
“Ma kasih ya sayang.. thank you banget..” ujarnya lagi sambil kami berciuman mesra sekali seakan tak ingin diakhiri. Tak terasa kami sudah mereguk kenikmatan berdua lebih dari 4 jam lamanya dan hari sudah menjelang sore. Setelah puas berciuman dan bermesraan, kami berdua menuju kamar mandi untuk membasuh keringat yang membasahi tubuh kami, kami saling membasuh dan membelai tak lupa diselingi ciuman-ciuman kecil yang mesra. Setelah selesai kami berpakaian dan menuju lantai bawah ke ruang tengah untuk menonton TV dan menunggu istri dan mertuaku serta anaknya pulang dari kegiatan masing-masing. Sambil menunggu kami masih saling berciuman menikmati waktu yang tersisa, Shena berucap padaku
“Hardi..kalo gue telpon, kamu mau dateng untuk temenin gue ya sayang..”
“Pasti !” jawabku, lalu kami kembali berciuman. Sejak kejHardian itu, tiap kali Herman (suaminya) tidak di Jakarta, paling tidak seminggu 2 kali aku pasti datang kerumah Shena iparku itu untuk mereguk kenikmatan berdua hingga larut malam dengan alasan pada istriku lembur atau ada rapat dikHermanr, dan sebulan sekali aku pasti menghabiskan weekendku merengkuh kenikmatan langit ketujuh berdua Shena.
Cerita Dewasa Ketahuan Bercinta Dengan Tanteku
Cerita Dewasa Ketahuan Bercinta Dengan Tanteku. Cerita Dewasa Terbaru - Cerita yang dituangkan di sini adalah kisah nyata dan bagi yang kebetulan merasa sama nama atau kisahnya mohon dimaafkan itu hanyalah kebetulan. Kejadian ini terjadi sekitar 6 tahun yang lalu, waktu itu aku masih berusia 16 tahun.
Aku mempunyai seorang tante bernama Lia yang umurnya waktu itu 36 tahun. Tante Lia adalah adik dari Mamaku. Tante Lia sudah menjanda selama lima tahun. Dari perkawinan dia dengan almarhum suaminya tidak di karunia anak. Tante Lia sendiri melanjutkan usaha peninggalan dari almarhum suaminya. Dia tinggal di salah satu perumahan yang tidak jauh dari rumahku. Dia tinggal dengan seorang pembantunya, Mbak Sumi. Tante Lia ini orangnya menurutku seksi sekali.
Payudaranya besar bulat dengan ukuran 36C, sedangkan tingginya sekitar 165 cm dengan kaki langsing seperti peragawati dan perutnya rata soalnya dia belum punya anak. Hal ini membuatku sering ke rumahnya dan betah berlama-lama kalau sedang ada waktu. Dan sehari-harinya aku cuma mengobrol dengan tante Lia yang seksi ini dan dia itu orangnya supel benar tidak canggung cerita-cerita dengan
Maka aku berupaya menemaninya dan sekalian ingin melihat tubuhnya yang seksi. Setiap kali aku melihat tubuhnya yang seksi, aku selalu terangsang dan aku lampiaskan dengan onani sambil membayangkan tubuhnya. Kadangkala timbul pikiran kotorku ingin bersetubuh dengannya tapi aku tidak berani berbuat macam-macam terhadap dia, aku takut nanti dia akan marah dan melaporkan ke orang tuaku. Hari demi hari keinginanku untuk bisa mendapatkan tante Lia semakin kuat saja.
Kadang-kadang kupergoki tante Lia saat nabis mAlan, dia hanya memakai lilitan handuk saja. Melihatnya jantungku deg-degan rasanya, ingin segera membuka handuknya dan melahap habis tubuh seksinya itu. Kadang-kadang juga dia sering memanggilku ke kamarnya untuk mengancingkan bajunya dari belakang. Benar-benar memancing gairahku. Sampai pada hari itu tepatnya malam minggu, aku sedang malas keluar bersama teman-teman dan aku pun pergi ke rumah Tante Lia. Sesampai di rumahnya, tante Lia baru akan bersiap makan dan sedang duduk di ruang tamu sambil membaca majalah.
Kami pun saling bercerita, tiba-tiba hujan turun deras sekali dan Tante Lia memintaku menginap saja di rumahnya malam ini dan memintaku memberitahu orang tuaku bahwa aku akan menginap di rumahnya berhubung hujan deras sekali. “Lan, tante mau tidur dulu ya, udah ngantuk, kamu udah ngantuk belum?”, katanya sambil menguap. “Belum tante”, jawabku.
“Oh ya tante, Rio boleh pakai komputernya nggak, mau cek email bentar”, tanyaku. “Boleh, pakai aja” jawabnya lalu dia menuju ke kamarnya. Lalu aku memakai komputer di ruang kerjanya dan mengakses situs porno. Dan terus terang tanpa sadar kukeluarkan kemaluanku yang sudah tegang sambil melihat gambar wanita setengah baya bugil. Kemudian kuelus-elus batang kemaluanku sampai tegang sekali berukuran sekitar 15 cm karena aku sudah terangsang sekali.
Tanpa kusadari, tahu-tahu tante Lia masuk menyelonong begitu saja tanpa mengetuk pintu. Saking kagetnya aku tidak sempat lagi menutup batang kemaluanku yang sedang tegang itu. Tante Lia sempat terbelalak melihat batang kemaluanku yang sedang tegang hingga langsung saja dia bertanya sambil tersenyum manis. “Hayyoo lagi ngapain kamu, Lan?” tanyanya. “Aah, nggak apa-apa tante lagi cek email” jawabku sekenanya. Tapi tante Lia sepertinya sadar kalau aku saat itu sedang mengelus-elus batang kemaluanku.
“Ada apa sih tante?” tanyaku. “Aah nggak, tante cuma pengen ajak kamu temenin tante nonton di kamar” jawabnya. “Oh ya sudah, nanti saya nyusul ya tante” jawabku. “Tapi jangan lama-lama yah” kata Tante Lia lagi. Setelah itu aku berupaya meredam ketegangan batang kemaluanku, lalu aku beranjak menuju ke kamar tante kesepian dan menemani tante Lia nonton film horor yang kebetulan juga banyak mengumbar adegan-adegan syur. Melihat film itu langsung saja aku menjadi salah tingkah, soalnya batang kemaluanku langsung saja bangkit lagi.
Malah Tante Lia sudah memakai baju tidur yang tipis dan gilanya dia tidak memakai bra karena aku bisa melihat puting susunya yang agak mancung ke depan. Gairahku memuncak melihat pemandangan seperti itu, tapi apa boleh buat aku tidak berani berbuat macam-macam. Batang kemaluanku semakin tegang saja sehingga aku terpaksa bergerak-gerak sedikit guna membetulkan posisinya yang miring. Melihat gerakan-gerakan itu tante Lia rupanya langsung menyadari sambil tersenyum ke arahku. “Lagi ngapain sih kamu, Lan?” tanyanya sambil tersenyum. “Ah nggak apa-apa kok, tante” jawabku malu. Sementara itu tante Lia mendekatiku sehingga jarak kami semakin dekat di atas ranjang. “Kamu terangsang yah, Lan, lihat film ini?” “Ah nggak tante, biasa aja” jawabku mencoba mengendalikan diri.
Bisa kulihat payudaranya yang besar menantang di sisiku, ingin rasanya kuhisap-hisap sambil kugigit putingnya. Tapi rupanya hal ini tidak dirasakan olehku saja, Tante kesepian Lia pun rupanya sudah agak terangsang sehingga dia mencoba mengambil serangan terlebih dahulu. “Menurut kamu tante seksi nggak, Lan?” tanyanya. “Wah seksi sekali tante” kataku. “Seksi mana sama yang di film itu?” tanyanya lagi sambil membusungkan payudaranya sehingga terlihat semakin membesar. “Wah seksi tante dong, abis bodynya tante bagus sih” kataku.
“Ah masa sih?” tanyanya. “Iya benar tante, swear..” kataku. Jarak kami semakin merapat karena tante Lia terus mendekatkan tubuhnya padaku, lalu dia bertanya lagi padaku.. “Kamu mau nggak kalo diajak begituan sama tante”. “Mmaauu tante..” Ah, seperti ketiban durian runtuh, kesempatan ini tidak tentu aku sia-siakan, langsung saja aku memberanikan diri untuk mencoba mendekatkan diri pada tante Lia. “Wahh barang kamu lumayan juga, Lan” katanya. “Ah tante kesepian bisa aja..
Tante kok kelihatannya makin lama makin seksi aja sih.. Sampe saya gemes deh ngeliatnya..” kataku. “Ah nakal kamu yah, Lan” jawabnya sambil meletakkan tangannya di atas kemaluanku. “Waahh jangan dipegangin terus tante, ntar bisa tambah gede loh” kataku. “Ah yang benar nih?” tanyanya. “Iya tante.. Ehh.. Ehh aku boleh pegang itu nggak tante?” kataku sambil menunjuk ke arah payudaranya yang besar itu.
“Ah boleh aja kalo kamu mau” jawabnya. Wah kesempatan besar, tapi aku agak sedikit takut, takut dia marah tapi tangan si tante sekarang malah sudah mengelus-elus kemaluanku sehingga aku memberanikan diri untuk mengelus payudaranya. “Ahh.. Arghh enak Lan.. Kamu nakal ya” kata tante sembari tersenyum manis ke arahku, spontan saja kulepas tanganku. “Loh kok dilepas sih Lan?” tanyanya. “Ah takut tante marah” kataku. “Oohh nggak lah, Lan.. Kemari deh”.
Tanganku digenggam tante kesepian Lia, kemudian diletakkan kembali di payudaranya sehingga aku pun semakin berani meremas-remas payudaranya. “Aarrhh.. Sshh” rintihnya hingga semakin membuatku penasaran. Lalu aku pun mencoba mencium tante Lia, sungguh di luar dugaanku, Tante Lia menyambut ciumanku dengan beringas. Kami pun lalu berciuman dengan nafsu sekali sambil tanganku bergerilya di payudaranya yang sekal sekali itu. “Ahh kamu memang hebat Lan.. Terusin Lan.. Malam ini kamu mesti memberikan kepuasan sama tante yah.. Arhh.. Arrhh”.
“Tante, aku boleh buka baju tante nggak?” tanyaku. “Oohh silakan Lan”, sambutnya. Dengan cepat kubuka bajunya sehingga payudaranya yang besar dengan puting yang kecoklatan sudah berada di depan mataku, langsung saja aku menjilat-jilat payudaranya yang memang aku kagumi itu. “Arrgghh.. Arrgghh..” lagi-lagi tante mengerang-erang keenakan. “Teruuss.. Teerruuss Lan.. Ahh enak sekali..” Lama aku menjilati putingnya sehingga tanpa kusadari batang kemaluanku juga sudah mulai mengeluarkan cairan bening pelumas di atas kepalanya.
Lalu sekilas kulihat tangan Tante kesepian Lia sedang mengelus-elus bagian klitorisnya sehingga tanganku pun kuarahkan ke arah bagian celananya untuk kulepaskan. “Aahh buka saja Lan.. Ahh” Nafas Tante Lia terengah-engah menahan nafsu. Seperti kesetanan aku langsung membuka CD-nya dan lalu kuciumi. Sekarang Tante kesepian Lia sudah bugil total. Kulihat liang kemaluannya yang penuh dengan bulu.
Lalu dengan pelan-pelan kumasukkan jariku untuk menerobos liang kemaluannya yang sudah basah itu. “Arrhh.. Sshh.. Enak Lan.. Enak sekali” jeritnya. Setelah puas jariku bergerilya lalu kudekatkan mukaku ke liang kemaluannya untuk menjilati bibir kemaluannya yang licin dan mengkilap itu. Lalu dengan nafsu kujilati liang kemaluannya dengan lidahku turun naik seperti mengecat saja.
Tante Lia semakin kelabakan hingga dia menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sambil meremas payudaranya. “Aah.. Sshh tante udaahh nggaakk tahaann laaggii.. Tante udaahh maauu kkeeluuaarr.. Ohh”, dengan semakin cepat kujilati klitorisnya dan jariku kucobloskan ke liang kemaluannya yang semakin basah. Beberapa saat kemudian tubuhnya bergerak dengan liar sepertinya akan orgasme. Lalu kupercepat jilatanku dan tusukan jariku sehingga dia merasa keenakkan sekali lalu dia menjerit.. “Oohh.. Aarrhh..
Tante udah keeluuaarr Lan.. Ahh” sambil menjerit kecil pantatnya digoyang-goyangkan dan lidahku masih terus menjilati bagian bibir kemaluannya sehingga cairan orgasmenya kujilati sampai habis. Kemudian tubuhnya tenang seperti lemas sekali. “Wah ternyata kamu hebat sekali, tante sudah lama tidak merasakan kepuasan ini loh..” ujarnya sambil mencium bibirku sehingga cairan liang kemaluannya di bibirku ikut belepotan ke bibir Tante Lia. Sementara itu batang kemaluanku yang masih tegang di elus-elus oleh tante Lia dan aku pun masih memilin-milin puting tante yang sudah semakin keras itu. “Aahh..” desahnya sambil terus mencumbu bibirku. “Sekarang giliran tante.. Tante akan buat kamu merasakan nikmatnya tubuh tante”.
Tangan tante Lia segera menggerayangi batang kemaluanku lalu digenggamnnya batang kemaluanku dengan erat sehingga agak terasa sakit tapi kudiamkan saja karena terasa enak juga diremas-remas oleh tangan tante Lia. Lalu aku juga tidak mau kalah, tanganku juga terus meremas-remas payudaranya yang indah itu. Rupanya tante Lia mulai terangsang kembali ketika tanganku meremas-remas payudaranya dengan sesekali kujilati putingnya yang sudah tegang itu, seakan-akan seperti orang kelaparan, kukulum terus puting susunya sehingga tante Lia menjadi semakin blingsatan.
“Aahh kamu suka sekali sama dada tante yah, Lan?” “Iya Tante abis tetek tante bentuknya sangat merangsang sih.. Terus besar tapi masih tetap kencang..” “Aahh kamu memang pandai muji orang, Lan..” Sementara itu tangannya masih terus membelai batang kemaluanku yang kepalanya sudah berwarna kemerahan tetapi tidak dikocok hanya dielus-elus. Lalu tante kesepian Lia mulai menciumi dadaku terus turun ke arah selangkanganku sehingga aku pun mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa sampai akhirnya Tante Lia berjongok di bawah ranjang dengan kepala mendekati batang kemaluanku.
Sedetik kemudian dia mulai mengecup kepala batang kemaluanku yang telah mengeluarkan cairan bening pelumas dan merata tersebut ke seluruh kepala batang kemaluanku dengan lidahnya. Aku benar-benar merasakan nikmatnya service yang diberikan oleh Tante kesepian Lia. Lalu dia mulai membuka mulutnya dan lalu memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya sambil menghisap-hisap dan menjilati seluruh bagian batang kemaluanku sehingga basah oleh ludahnya.
Selang beberapa menit setelah tante kesepian melakukan hisapannya, aku mulai merasakan desiran-desiran kenikmatan menjalar di seluruh batang kemaluanku lalu kuangkat Tante Lia kemudian kudorong perlahan sehingga dia telentang di atas ranjang. Dengan penuh nafsu kuangkat kakinya sehingga dia mengangkang tepat di depanku. “Aahh Lan, ayolah masukin batang kemaluan kamu ke tante yah..
Tante udah nggak sabar mau ngerasain memek tante disodok-sodok sama batangan kamu itu”. “Iiyaa tante” kataku. Lalu aku mulai membimbing batang kemaluanku ke arah lubang kemaluannya tapi aku tidak langsung memasukkannya tapi aku gesek-gesekan terlebih dulu ke bibir kemaluannya sehingga tante kesepian Lia lagi-lagi menjerit keenakan.. “Aahh.. Aahh.. Ayolah Lan, jangan tanggung-tanggung masukiinn..” Lalu aku mendorong masuk batang kemaluanku.
Uh, agak sempit rupanya lubang kemaluannya sehingga agak sulit memasukkan batang kemaluanku yang sudah tegang sekali itu. “Aahh.. Sshh.. Oohh pelan-pelan Lan.. Teruss-teruuss.. Aahh” Aku mulai mendorong kepala batang kemaluanku ke dalam liang kemaluan Tante kesepian Lia sehingga dia merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika batang kemaluanku sudah masuk semuanya.
Kemudian batang kemaluanku mulai kupompakan dengan perlahan tapi dengan gerakan memutar sehingga pantat Tante Lia juga ikut-ikutan bergoyang. Rasanya nikmat sekali karena goyangan pantat tante Lia menjadikan batang kemaluanku seperti dipilin-pilin oleh dinding liang kemaluannya yang seret itu dan rasanya seperti empotan ayam. Sementara itu aku terus menjilati puting dan menjilati leher yang dibasahi keringatnya. Sementara itu tangan Tante Lia mendekap pantatku keras-keras sehingga kocokan yang kuberikan semakin cepat lagi.
“Oohh.. Sshh.. Lan.. Enak sekali.. Oohh.. Ohh..” mendengar rintihannya aku semakin bernafsu untuk segera menyelesaikan permainan ini. “Aahh.. Cepat Lan, tante mau keluuaarr.. Aahh” Tubuh tante kesepian Lia kembali bergerak liar sehingga pantatnya ikut-ikutan naik. Rupanya dia kembali orgasme, bisa kurasakan cairan hangat menyiram kepala batang kemaluanku yang sedang merojok-rojok liang kemaluannya. “Aahh.. Sshh.. Sshh”, desahnya, lalu tubuhnya kembali tenang menikmati sisa-sisa orgasmenya. “Wahh kamu memang hebaat Lan..
Tante sampe keok dua kali sedangkan kamu masih tegar” “Iiyaa tante.. Bentar lagi juga Alan keluar nih..” ujarku sambil terus menyodok liang kemaluannya yang berdenyut-denyut itu. “Aahh enak sekali tante.. Aahh..” “Terusin Lan.. Terus.. Aahh.. Sshh” erangan tante Lia membuatku semakin kuat merojok-rojok batang kemaluanku dalam liang kemaluannya. “Aauuhh pelan-pelan Lan, aahh.. Sshh”
“Aduh tante bentar lagi aku udah mau keluar nih..” kataku. “Aahh.. Lan.. Keluarin di dalam aja yah.. Aahh.. Tante mau ngerasain.. Ahh.. Shh.. Mau rasain siraman hangat peju kamu..” “Iiyyaa.. Tante..” Lalu aku mengangkat kaki kanan tante sehingga posisi liang kemaluannya lebih menjepit batang kemaluanku. “Aahh.. Oohh.. Aahh.. Sshh.. Tante, Rio mau keluar nih.. Ahh” lalu aku memeluk tante Lia sambil meremas-remas payudaranya. Sementara itu, tante Lia memelukku kuat-kuat sambil menggoyang-goyangkan pantatnya.
“Aahh tante juga mau keluar lagi aahh.. Sshh..” lalu dengan sekuat tenaga kurojok liang kemaluannya sehingga kumpulan air maniku yang sudah tertahan menyembur dengan dahsyat. Seerr.. Seerr.. Croott.. Croott.. “Aahh enak sekali tante.. Aahh.. Ahh..” Selama dua menitan aku masih menggumuli tubuh Tante kesepian Lia untuk menuntaskan semprotan maniku itu. Lalu Tante kesepian Lia menbelai-belai rambutku. “Ah kamu ternyata seorang jagoan, Lan..” Setelah itu dia mencabut batang kemaluanku dari liang kemaluannya kemudian dimasukkan kembali ke dalam mulutnya untuk dijilati oleh lidahnya.
Ah, ngilu rasanya batang kemaluanku dihisap olehnya. Dan kemudian kami berdua pun tidur saling berpelukan. Malam itu kami melakukannya sampai tiga kali. Setelah kejadian itu kami sering melakukan hubungan seks yang kadang-kadang meniru gaya-gaya dari film porno. Hubungan kami pun berjalan selama dua tahun dan akhirnya diketahui oleh orang tuaku. Karena merasa malu, Tante kesepian Lia pun pindah ke Jakarta dan menjalankan usahanya di sana.
Aku benar-benar sangat kehilangan Tante Lia dan semenjak kepindahannya, tante Lia tidak pernah menghubungiku lagi.
Aku mempunyai seorang tante bernama Lia yang umurnya waktu itu 36 tahun. Tante Lia adalah adik dari Mamaku. Tante Lia sudah menjanda selama lima tahun. Dari perkawinan dia dengan almarhum suaminya tidak di karunia anak. Tante Lia sendiri melanjutkan usaha peninggalan dari almarhum suaminya. Dia tinggal di salah satu perumahan yang tidak jauh dari rumahku. Dia tinggal dengan seorang pembantunya, Mbak Sumi. Tante Lia ini orangnya menurutku seksi sekali.
Payudaranya besar bulat dengan ukuran 36C, sedangkan tingginya sekitar 165 cm dengan kaki langsing seperti peragawati dan perutnya rata soalnya dia belum punya anak. Hal ini membuatku sering ke rumahnya dan betah berlama-lama kalau sedang ada waktu. Dan sehari-harinya aku cuma mengobrol dengan tante Lia yang seksi ini dan dia itu orangnya supel benar tidak canggung cerita-cerita dengan
Maka aku berupaya menemaninya dan sekalian ingin melihat tubuhnya yang seksi. Setiap kali aku melihat tubuhnya yang seksi, aku selalu terangsang dan aku lampiaskan dengan onani sambil membayangkan tubuhnya. Kadangkala timbul pikiran kotorku ingin bersetubuh dengannya tapi aku tidak berani berbuat macam-macam terhadap dia, aku takut nanti dia akan marah dan melaporkan ke orang tuaku. Hari demi hari keinginanku untuk bisa mendapatkan tante Lia semakin kuat saja.
Kadang-kadang kupergoki tante Lia saat nabis mAlan, dia hanya memakai lilitan handuk saja. Melihatnya jantungku deg-degan rasanya, ingin segera membuka handuknya dan melahap habis tubuh seksinya itu. Kadang-kadang juga dia sering memanggilku ke kamarnya untuk mengancingkan bajunya dari belakang. Benar-benar memancing gairahku. Sampai pada hari itu tepatnya malam minggu, aku sedang malas keluar bersama teman-teman dan aku pun pergi ke rumah Tante Lia. Sesampai di rumahnya, tante Lia baru akan bersiap makan dan sedang duduk di ruang tamu sambil membaca majalah.
Kami pun saling bercerita, tiba-tiba hujan turun deras sekali dan Tante Lia memintaku menginap saja di rumahnya malam ini dan memintaku memberitahu orang tuaku bahwa aku akan menginap di rumahnya berhubung hujan deras sekali. “Lan, tante mau tidur dulu ya, udah ngantuk, kamu udah ngantuk belum?”, katanya sambil menguap. “Belum tante”, jawabku.
“Oh ya tante, Rio boleh pakai komputernya nggak, mau cek email bentar”, tanyaku. “Boleh, pakai aja” jawabnya lalu dia menuju ke kamarnya. Lalu aku memakai komputer di ruang kerjanya dan mengakses situs porno. Dan terus terang tanpa sadar kukeluarkan kemaluanku yang sudah tegang sambil melihat gambar wanita setengah baya bugil. Kemudian kuelus-elus batang kemaluanku sampai tegang sekali berukuran sekitar 15 cm karena aku sudah terangsang sekali.
Tanpa kusadari, tahu-tahu tante Lia masuk menyelonong begitu saja tanpa mengetuk pintu. Saking kagetnya aku tidak sempat lagi menutup batang kemaluanku yang sedang tegang itu. Tante Lia sempat terbelalak melihat batang kemaluanku yang sedang tegang hingga langsung saja dia bertanya sambil tersenyum manis. “Hayyoo lagi ngapain kamu, Lan?” tanyanya. “Aah, nggak apa-apa tante lagi cek email” jawabku sekenanya. Tapi tante Lia sepertinya sadar kalau aku saat itu sedang mengelus-elus batang kemaluanku.
“Ada apa sih tante?” tanyaku. “Aah nggak, tante cuma pengen ajak kamu temenin tante nonton di kamar” jawabnya. “Oh ya sudah, nanti saya nyusul ya tante” jawabku. “Tapi jangan lama-lama yah” kata Tante Lia lagi. Setelah itu aku berupaya meredam ketegangan batang kemaluanku, lalu aku beranjak menuju ke kamar tante kesepian dan menemani tante Lia nonton film horor yang kebetulan juga banyak mengumbar adegan-adegan syur. Melihat film itu langsung saja aku menjadi salah tingkah, soalnya batang kemaluanku langsung saja bangkit lagi.
Malah Tante Lia sudah memakai baju tidur yang tipis dan gilanya dia tidak memakai bra karena aku bisa melihat puting susunya yang agak mancung ke depan. Gairahku memuncak melihat pemandangan seperti itu, tapi apa boleh buat aku tidak berani berbuat macam-macam. Batang kemaluanku semakin tegang saja sehingga aku terpaksa bergerak-gerak sedikit guna membetulkan posisinya yang miring. Melihat gerakan-gerakan itu tante Lia rupanya langsung menyadari sambil tersenyum ke arahku. “Lagi ngapain sih kamu, Lan?” tanyanya sambil tersenyum. “Ah nggak apa-apa kok, tante” jawabku malu. Sementara itu tante Lia mendekatiku sehingga jarak kami semakin dekat di atas ranjang. “Kamu terangsang yah, Lan, lihat film ini?” “Ah nggak tante, biasa aja” jawabku mencoba mengendalikan diri.
Bisa kulihat payudaranya yang besar menantang di sisiku, ingin rasanya kuhisap-hisap sambil kugigit putingnya. Tapi rupanya hal ini tidak dirasakan olehku saja, Tante kesepian Lia pun rupanya sudah agak terangsang sehingga dia mencoba mengambil serangan terlebih dahulu. “Menurut kamu tante seksi nggak, Lan?” tanyanya. “Wah seksi sekali tante” kataku. “Seksi mana sama yang di film itu?” tanyanya lagi sambil membusungkan payudaranya sehingga terlihat semakin membesar. “Wah seksi tante dong, abis bodynya tante bagus sih” kataku.
“Ah masa sih?” tanyanya. “Iya benar tante, swear..” kataku. Jarak kami semakin merapat karena tante Lia terus mendekatkan tubuhnya padaku, lalu dia bertanya lagi padaku.. “Kamu mau nggak kalo diajak begituan sama tante”. “Mmaauu tante..” Ah, seperti ketiban durian runtuh, kesempatan ini tidak tentu aku sia-siakan, langsung saja aku memberanikan diri untuk mencoba mendekatkan diri pada tante Lia. “Wahh barang kamu lumayan juga, Lan” katanya. “Ah tante kesepian bisa aja..
Tante kok kelihatannya makin lama makin seksi aja sih.. Sampe saya gemes deh ngeliatnya..” kataku. “Ah nakal kamu yah, Lan” jawabnya sambil meletakkan tangannya di atas kemaluanku. “Waahh jangan dipegangin terus tante, ntar bisa tambah gede loh” kataku. “Ah yang benar nih?” tanyanya. “Iya tante.. Ehh.. Ehh aku boleh pegang itu nggak tante?” kataku sambil menunjuk ke arah payudaranya yang besar itu.
“Ah boleh aja kalo kamu mau” jawabnya. Wah kesempatan besar, tapi aku agak sedikit takut, takut dia marah tapi tangan si tante sekarang malah sudah mengelus-elus kemaluanku sehingga aku memberanikan diri untuk mengelus payudaranya. “Ahh.. Arghh enak Lan.. Kamu nakal ya” kata tante sembari tersenyum manis ke arahku, spontan saja kulepas tanganku. “Loh kok dilepas sih Lan?” tanyanya. “Ah takut tante marah” kataku. “Oohh nggak lah, Lan.. Kemari deh”.
Tanganku digenggam tante kesepian Lia, kemudian diletakkan kembali di payudaranya sehingga aku pun semakin berani meremas-remas payudaranya. “Aarrhh.. Sshh” rintihnya hingga semakin membuatku penasaran. Lalu aku pun mencoba mencium tante Lia, sungguh di luar dugaanku, Tante Lia menyambut ciumanku dengan beringas. Kami pun lalu berciuman dengan nafsu sekali sambil tanganku bergerilya di payudaranya yang sekal sekali itu. “Ahh kamu memang hebat Lan.. Terusin Lan.. Malam ini kamu mesti memberikan kepuasan sama tante yah.. Arhh.. Arrhh”.
“Tante, aku boleh buka baju tante nggak?” tanyaku. “Oohh silakan Lan”, sambutnya. Dengan cepat kubuka bajunya sehingga payudaranya yang besar dengan puting yang kecoklatan sudah berada di depan mataku, langsung saja aku menjilat-jilat payudaranya yang memang aku kagumi itu. “Arrgghh.. Arrgghh..” lagi-lagi tante mengerang-erang keenakan. “Teruuss.. Teerruuss Lan.. Ahh enak sekali..” Lama aku menjilati putingnya sehingga tanpa kusadari batang kemaluanku juga sudah mulai mengeluarkan cairan bening pelumas di atas kepalanya.
Lalu sekilas kulihat tangan Tante kesepian Lia sedang mengelus-elus bagian klitorisnya sehingga tanganku pun kuarahkan ke arah bagian celananya untuk kulepaskan. “Aahh buka saja Lan.. Ahh” Nafas Tante Lia terengah-engah menahan nafsu. Seperti kesetanan aku langsung membuka CD-nya dan lalu kuciumi. Sekarang Tante kesepian Lia sudah bugil total. Kulihat liang kemaluannya yang penuh dengan bulu.
Lalu dengan pelan-pelan kumasukkan jariku untuk menerobos liang kemaluannya yang sudah basah itu. “Arrhh.. Sshh.. Enak Lan.. Enak sekali” jeritnya. Setelah puas jariku bergerilya lalu kudekatkan mukaku ke liang kemaluannya untuk menjilati bibir kemaluannya yang licin dan mengkilap itu. Lalu dengan nafsu kujilati liang kemaluannya dengan lidahku turun naik seperti mengecat saja.
Tante Lia semakin kelabakan hingga dia menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sambil meremas payudaranya. “Aah.. Sshh tante udaahh nggaakk tahaann laaggii.. Tante udaahh maauu kkeeluuaarr.. Ohh”, dengan semakin cepat kujilati klitorisnya dan jariku kucobloskan ke liang kemaluannya yang semakin basah. Beberapa saat kemudian tubuhnya bergerak dengan liar sepertinya akan orgasme. Lalu kupercepat jilatanku dan tusukan jariku sehingga dia merasa keenakkan sekali lalu dia menjerit.. “Oohh.. Aarrhh..
Tante udah keeluuaarr Lan.. Ahh” sambil menjerit kecil pantatnya digoyang-goyangkan dan lidahku masih terus menjilati bagian bibir kemaluannya sehingga cairan orgasmenya kujilati sampai habis. Kemudian tubuhnya tenang seperti lemas sekali. “Wah ternyata kamu hebat sekali, tante sudah lama tidak merasakan kepuasan ini loh..” ujarnya sambil mencium bibirku sehingga cairan liang kemaluannya di bibirku ikut belepotan ke bibir Tante Lia. Sementara itu batang kemaluanku yang masih tegang di elus-elus oleh tante Lia dan aku pun masih memilin-milin puting tante yang sudah semakin keras itu. “Aahh..” desahnya sambil terus mencumbu bibirku. “Sekarang giliran tante.. Tante akan buat kamu merasakan nikmatnya tubuh tante”.
Tangan tante Lia segera menggerayangi batang kemaluanku lalu digenggamnnya batang kemaluanku dengan erat sehingga agak terasa sakit tapi kudiamkan saja karena terasa enak juga diremas-remas oleh tangan tante Lia. Lalu aku juga tidak mau kalah, tanganku juga terus meremas-remas payudaranya yang indah itu. Rupanya tante Lia mulai terangsang kembali ketika tanganku meremas-remas payudaranya dengan sesekali kujilati putingnya yang sudah tegang itu, seakan-akan seperti orang kelaparan, kukulum terus puting susunya sehingga tante Lia menjadi semakin blingsatan.
“Aahh kamu suka sekali sama dada tante yah, Lan?” “Iya Tante abis tetek tante bentuknya sangat merangsang sih.. Terus besar tapi masih tetap kencang..” “Aahh kamu memang pandai muji orang, Lan..” Sementara itu tangannya masih terus membelai batang kemaluanku yang kepalanya sudah berwarna kemerahan tetapi tidak dikocok hanya dielus-elus. Lalu tante kesepian Lia mulai menciumi dadaku terus turun ke arah selangkanganku sehingga aku pun mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa sampai akhirnya Tante Lia berjongok di bawah ranjang dengan kepala mendekati batang kemaluanku.
Sedetik kemudian dia mulai mengecup kepala batang kemaluanku yang telah mengeluarkan cairan bening pelumas dan merata tersebut ke seluruh kepala batang kemaluanku dengan lidahnya. Aku benar-benar merasakan nikmatnya service yang diberikan oleh Tante kesepian Lia. Lalu dia mulai membuka mulutnya dan lalu memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya sambil menghisap-hisap dan menjilati seluruh bagian batang kemaluanku sehingga basah oleh ludahnya.
Selang beberapa menit setelah tante kesepian melakukan hisapannya, aku mulai merasakan desiran-desiran kenikmatan menjalar di seluruh batang kemaluanku lalu kuangkat Tante Lia kemudian kudorong perlahan sehingga dia telentang di atas ranjang. Dengan penuh nafsu kuangkat kakinya sehingga dia mengangkang tepat di depanku. “Aahh Lan, ayolah masukin batang kemaluan kamu ke tante yah..
Tante udah nggak sabar mau ngerasain memek tante disodok-sodok sama batangan kamu itu”. “Iiyaa tante” kataku. Lalu aku mulai membimbing batang kemaluanku ke arah lubang kemaluannya tapi aku tidak langsung memasukkannya tapi aku gesek-gesekan terlebih dulu ke bibir kemaluannya sehingga tante kesepian Lia lagi-lagi menjerit keenakan.. “Aahh.. Aahh.. Ayolah Lan, jangan tanggung-tanggung masukiinn..” Lalu aku mendorong masuk batang kemaluanku.
Uh, agak sempit rupanya lubang kemaluannya sehingga agak sulit memasukkan batang kemaluanku yang sudah tegang sekali itu. “Aahh.. Sshh.. Oohh pelan-pelan Lan.. Teruss-teruuss.. Aahh” Aku mulai mendorong kepala batang kemaluanku ke dalam liang kemaluan Tante kesepian Lia sehingga dia merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika batang kemaluanku sudah masuk semuanya.
Kemudian batang kemaluanku mulai kupompakan dengan perlahan tapi dengan gerakan memutar sehingga pantat Tante Lia juga ikut-ikutan bergoyang. Rasanya nikmat sekali karena goyangan pantat tante Lia menjadikan batang kemaluanku seperti dipilin-pilin oleh dinding liang kemaluannya yang seret itu dan rasanya seperti empotan ayam. Sementara itu aku terus menjilati puting dan menjilati leher yang dibasahi keringatnya. Sementara itu tangan Tante Lia mendekap pantatku keras-keras sehingga kocokan yang kuberikan semakin cepat lagi.
“Oohh.. Sshh.. Lan.. Enak sekali.. Oohh.. Ohh..” mendengar rintihannya aku semakin bernafsu untuk segera menyelesaikan permainan ini. “Aahh.. Cepat Lan, tante mau keluuaarr.. Aahh” Tubuh tante kesepian Lia kembali bergerak liar sehingga pantatnya ikut-ikutan naik. Rupanya dia kembali orgasme, bisa kurasakan cairan hangat menyiram kepala batang kemaluanku yang sedang merojok-rojok liang kemaluannya. “Aahh.. Sshh.. Sshh”, desahnya, lalu tubuhnya kembali tenang menikmati sisa-sisa orgasmenya. “Wahh kamu memang hebaat Lan..
Tante sampe keok dua kali sedangkan kamu masih tegar” “Iiyaa tante.. Bentar lagi juga Alan keluar nih..” ujarku sambil terus menyodok liang kemaluannya yang berdenyut-denyut itu. “Aahh enak sekali tante.. Aahh..” “Terusin Lan.. Terus.. Aahh.. Sshh” erangan tante Lia membuatku semakin kuat merojok-rojok batang kemaluanku dalam liang kemaluannya. “Aauuhh pelan-pelan Lan, aahh.. Sshh”
“Aduh tante bentar lagi aku udah mau keluar nih..” kataku. “Aahh.. Lan.. Keluarin di dalam aja yah.. Aahh.. Tante mau ngerasain.. Ahh.. Shh.. Mau rasain siraman hangat peju kamu..” “Iiyyaa.. Tante..” Lalu aku mengangkat kaki kanan tante sehingga posisi liang kemaluannya lebih menjepit batang kemaluanku. “Aahh.. Oohh.. Aahh.. Sshh.. Tante, Rio mau keluar nih.. Ahh” lalu aku memeluk tante Lia sambil meremas-remas payudaranya. Sementara itu, tante Lia memelukku kuat-kuat sambil menggoyang-goyangkan pantatnya.
“Aahh tante juga mau keluar lagi aahh.. Sshh..” lalu dengan sekuat tenaga kurojok liang kemaluannya sehingga kumpulan air maniku yang sudah tertahan menyembur dengan dahsyat. Seerr.. Seerr.. Croott.. Croott.. “Aahh enak sekali tante.. Aahh.. Ahh..” Selama dua menitan aku masih menggumuli tubuh Tante kesepian Lia untuk menuntaskan semprotan maniku itu. Lalu Tante kesepian Lia menbelai-belai rambutku. “Ah kamu ternyata seorang jagoan, Lan..” Setelah itu dia mencabut batang kemaluanku dari liang kemaluannya kemudian dimasukkan kembali ke dalam mulutnya untuk dijilati oleh lidahnya.
Ah, ngilu rasanya batang kemaluanku dihisap olehnya. Dan kemudian kami berdua pun tidur saling berpelukan. Malam itu kami melakukannya sampai tiga kali. Setelah kejadian itu kami sering melakukan hubungan seks yang kadang-kadang meniru gaya-gaya dari film porno. Hubungan kami pun berjalan selama dua tahun dan akhirnya diketahui oleh orang tuaku. Karena merasa malu, Tante kesepian Lia pun pindah ke Jakarta dan menjalankan usahanya di sana.
Aku benar-benar sangat kehilangan Tante Lia dan semenjak kepindahannya, tante Lia tidak pernah menghubungiku lagi.
Langganan:
Postingan (Atom)